Normalisasi Hubungan OKI dengan Israel Hambat Perdamaian Palestina

Yunia
18/5/2021 22:05
Normalisasi Hubungan OKI dengan Israel Hambat Perdamaian Palestina
Peserta aksi mengumpulkan donasi dari pengendara yang melintas untuk membantu rakyat Palestina di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (18/5/2021)(ANTARA/Mohamad Hamzah)

PENGAMAT Timur Tengah Yon Machmudi menilai normalisasi hubungan antara sejumlah negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dengan Israel akan menghambat upaya bersama memperjuangkan perdamaian antara Israel dan Palestina. Negara-negara tersebut di antaranya Mesir, Yordania, dan Uni Emirat Arab. 

Yon Machmudi menyebut ada orientasi politik yang berbeda, yang ditunjukkan OKI saat ini, dengan saat pertama kali dibentuk. Perbedaan ini dinilai dirasakan juga oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang nyatanya tetap melakukan serangan sesuai yang ditargetkan.

"Jadi melihat komposisi dari negara-negara yang menjadi anggota OKI ya, memang kemudian menampakkan orientasi politik yang berbeda dengan sebelumnya. Pertama kali OKI didirikan kan satu-satunya tujuan adalah melindungi Al-Aqsa dan tentu berkaitan juga dengan kemerdekaan Palestina. Walaupun masih memberikan dukungan tapi tidak sekeras sebelumnya," tutur Yon Machmudi melalui sambungan telekonferensi pada Selasa (18/5). 

Baca juga: Pengamat: Jokowi Perlu Sampaikan Sikap Indonesia atas Palestina

Ke depannya, Yon Machmudi menilai perlu ada langkah yang lebih konkret dari sekedar kecaman dari para negara anggota OKI. Negara-negara dengan daya tawar kuat kepada mitra strategis yang memiliki kedekatan dengan Israel, seperti Amerika Serikat, bisa bersatu untuk memberikan tekanan, salah satunya di sektor ekonomi. 

"Karenanya pemerintah Indonesia menyarankan agar terjadi persatuan terlebih dahulu kan, kesamaan perspektif persepsi dulu di kalangan negara-negara OKI agar dukungan dorongan dan langkah-langkah mendukung Palestina itu lebih konkret. Karena tanpa itu, berujung hanya kepada keputusan-keputusan meja pertemuan, dituangkan dalam kertas tapi hasilnya tidak kelihatan," tambah Yon Machmudi.

Dalam mengakhiri konflik berkepanjangan Israel-Palestina, Yon Machmudi menyebut solusi dua negara atau two-state solution bisa menjadi pilihan jalan keluar. 

Solusi ini memberikan kesempatan bagi kedua negara untuk membangun negara yang damai dan berdaulat, dan rakyat kedua negara juga memiliki hak yang sama. Sebelum nantinya menuju perbincangan alot soal sengketa perbatasan wilayah.

"Arab misalnya punya hubungan yang cukup dekat dengan Amerika, maka harus bisa meyakinkan Amerika bahwa solusi two-state solution ini adalah solusi terbaik dan membawa perdamaian abadi. Karena semua berkepentingan dengan itu, baik Israel maupun Palestina." (A-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya