Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
Presiden Turki Tayyip Erdogan, Senin (15/2), menuduh Amerika Serikat membantu kelompok militan Kurdi yang diyakini telah mengeksekusi mati 13 warga Turki yang diculik di utara Irak.
Erdogan menyebut kecaman yang disampaikan AS terhadap eksekusi mati itu sebagai sebuah "lelucon".
Turki pada Minggu (14/2) mengatakan Partai Buruh Kurdistan (PKK) yang dianggap sebagai kelompok militan oleh Ankara, telah mengeksekusi para tahanan, termasuk di antaranya tentara dan polisi.
Eksekusi itu dilakukan di tengah adanya operasi militer terhadap PKK.
AS mengecam insiden itu dan mengatakan pihaknya akan berdiri bersama Turki, jika pembunuhan itu terbukti dilakukan oleh PKK.
AS dan Uni Eropa menetapkan PKK sebagai organisasi teroris, tetapi di Suriah, tentara-tentara AS bersama pejuang Unit Pelindungan Rakyat Kurdi (YPG). Turki menyebut YPG terhubung dengan PKK.
"Ada pernyataan yang dikeluarkan oleh AS. Itu adalah lelucon. Apakah kalian tidak seharusnya melawan PKK dan YPG? Kalian terang-terangan mendukung mereka dan berdiri di belakang mereka," kata Erdogan ke para pendukungnya, anggota AK Partai, di Kota Rize, yang berada di pesisir Laut Hitam.
Sejak Joe Biden terpilih sebagai presiden AS tahun lalu, Turki berulang kali mengatakan ingin memperbaiki hubungan dengan AS. Namun, dukungan AS terhadap YPG membuat Turki geram dan itu jadi penghalang membaiknya hubungan antara dua negara.
Erdogan mengatakan Ankara akan meneruskan operasi militer memberantas PKK di perbatasan dengan Irak. PKK telah meluncurkan pemberontakan selama puluhan tahun di daerah selatan Turki, yang dihuni oleh banyak warga etnis Kurdi. Setidaknya lebih dari 40.000 orang tewas akibat pertempuran antara tentara dan pasukan pemberontak.
"Jika kami bersama-sama dengan kalian di NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara, red). Jika kita akan terus bersatu, maka kalian harus bersikap tulus terhadap kami. Oleh karena itu, kalian harus mendukung kami, bukan para teroris," kata Erdogan.
Ia mengatakan tidak ada yang dapat mengkritik operasi militer Turki di perbatasan Suriah dan Irak setelah eksekusi tersebut. Negara-negara lain harus menentukan sikapnya mendukung Turki atau para militan. (Ant/OL-12)
PRESIDEN Turki Recep Tayyip Erdogan mengapresiasi kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Iran yang dicapai melalui upaya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
KETUA DPR Amerika Serikat Mike Johnson mengatakan Presiden Donald Trump diduga telah memberikan setiap kesempatan untuk Iran.
"Kita harus menjaga saluran dialog yang terbuka dengan Taliban dan mengejar keterlibatan secara bertahap daripada pendekatan berdasarkan kondisi yang sulit."
Hal itu terutama karena kedua negara sedang berjuang melawan pandemi virus korona dan menghadapi kesulitan ekonomi.
Turki saat ini memiliki pasukan di Afghanistan sebagai bagian dari pasukan NATO dan telah menawarkan untuk mengamankan bandara strategis Kabul setelah pasukan AS pergi pada akhir Agustus.
Undangan itu disampaikan ke ibu kota Iran oleh Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hussein, sehari setelah Baghdad mengumumkan pertemuan puncak yang ditetapkan akhir bulan ini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved