SETAHUN sudah pandemi covid-19 melanda dunia. Sampai saat ini telah tercatat total 105 juta kasus positif dengan 2,29 juta kasus meninggal dunia.
Beragam cara dilakukan negara-negara di seluruh dunia demi menghambat penularan virus dan menekan jumlah kasus. Sejumlah diaspora Indonesia pun berbagi kisah penanggulangan pandemi di negara yang mereka tinggali.
Dosen Pusat Studi Asia dan Afrika di El Colegio de Mexico, Evi Yuliana Siregar mengatakan, saat ini Meksiko telah mencatat total 1,9 juta kasus positif, 1,45 juta di antaranya sembuh, dan 160 ribu meninggal dunia. Negara tersebut telah memberikan sebanyak 700 ribu dosis vaksin bagi tenaga kesehatan dan pejabat pemerintah guna menekan penyebaran virus.
Menurut Evi, kasus covid-19 di Meksiko masih terus meningkat karena sejak awal, penanganan pandemi tidak maksimal dan tergolong terlambat. Selain itu, banyak masyarakat yang masih tidak percaya dengan adanya virus. Keyakinan tersebut pun, seakan diperkuat oleh Presiden Meksiko Andrs Manuel Lpez Obrador yang awalnya juga enggan mengenakan masker.
“Pada masa awal, sama seperti di bagian dunia lainnya, sebagian masyarakat tidak percaya (covid-19). Masalah yang besar pula karena Presiden Meksiko pada awal pandemi tidak pake masker,” kata Evi dalam Sharing Session 4, Jumat (6/2).
“Awal pandemi pemerintah tidak punya informasi lengkap tentang infeksi, sistem 3T sangat lemah, budget yang diberikan pemerintah untuk covid-19 terlambat dan kecil sehingga rumah sakit tidak punya kapasitas yang semestinya,” tambahnya.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Membaik, BI : Perbaikan Terus Berlanjut.
Pandemi juga sangat memukul perekonomian Meksiko yang 50% diantaranya merupakan sektor non formal. Sekitar 33.000 restoran di Meksiko City bangkrut dan aturan pembatasan menimbulkan banyak pengangguran, sehingga kini banyak orang turun ke jalan untuk mencari nafkah.
“Ini jadi dilema apa yang harus didahhulukan, ekonomi apa kesehatan. Tapi pemerintah Meksiko sepertinya lebih cenderung pada ekonominya, karena pariwisata masih terbuka,” tuturnya.
Berbeda dengan Meksiko, Selandia Baru menjadi salah satu negara yang berhasil mengendalikan penyebaran covid-19. Mahasiswa S2 di Universitas Auckland Anton Reynaldo mengatakan, berdasarkan data pemerintah, total hanya terdapat 2.315 kasus covid-19 dengan 25 kematian.
Akibat aturan yang cukup ketat, sejak Oktober 2020 Selandia Baru telah menyatakan status level 1, sehingga warga lokal sudah beraktivitas normal seperti biasa, namun perjalanan dari luar negeri masih dibatasi.
“Bisa dibilang Selandia Baru cukup berhasil dalam mengendalikan penyebaran covid-19 dan ada beberapa hal yang menurut saya menjadi kunci keberhasilan Selandia Baru. Pertama, kecepatan dan ketepatan pemerintah dalam mengambil kebijakan, kedua kebenaran informasi yang didapat masyarakat, dan ketiga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah,” jelasnya.
“Mengandalkan satu pihak saja tidak cukup. Satu sisi, pihak pemerintah harus membuat strategi yang jelas berdasarkan sains dan data serta disampaikan dengan baik dan sesederhana mungkin. Tapi di sisi lain masyarakat juga perlu berperan aktif dalam mendengarkan arahan pemerintah untuk mau berempati terhadap sesama karena pandemi bukan masalah segelintir orang saja tapi masalah bersama,” ujarnya.
Sementara itu, vaksinasi rencananya akan diberikan pada pertengahan 2021 dengan pekerja perbatasan serta pekerja esensial menjadi fokus utama, sedangkan masyarakat diberikan hak untuk memilih apakah bersedia menerima vaksin atau tidak. (OL-4)