Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

WHO Ungkap Mandeknya Distribusi Vaksin Covid ke Negara Miskin

Atikah Ishma Winahyu
09/1/2021 10:48
WHO Ungkap Mandeknya Distribusi Vaksin Covid ke Negara Miskin
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus(AFP)

KEPALA Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan penyebab utama negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah belum menerima pasokan vaksin covid-19.

"Negara-negara kaya memiliki mayoritas pasokan (vaksin)," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada jumpa pers di Jenewa.

Dia pun mendesak negara-negara berpenghasilan tinggi untuk berhenti melakukan kesepakatan bilateral dengan produsen dan meminta mereka yang telah memesan kelebihan dosis untuk segera menyerahkannya ke fasilitas berbagi vaksin COVAX.

"Tidak ada negara yang istimewa dan harus menyerobot antrean untuk memvaksinasi semua penduduk mereka, sementara beberapa (negara) tetap tidak memiliki pasokan vaksin," tambahnya.

Di sisi lain, Uni Eropa mengatakan telah mencapai kesepakatan dengan Pfizer dan BioNTech untuk 300 juta dosis tambahan vaksin covid-19 yang akan memberi UE hampir setengah dari produksi global perusahaan untuk 2021.

Perebutan vaksin terjadi dengan cepat karena pemerintah juga berjuang menjinakkan varian yang lebih menular yang diidentifikasi di Inggris dan Afrika Selatan hingga mengancam sistem perawatan kesehatan yang kewalahan.

Baca juga:  WHO Janjikan Negara Miskin Dapat Vaksin Covid-19

Kepala Keadaan Darurat Mike Ryan menggemakan komentar dari Tedros, menekankan perlunya memberikan dosis kepada kelompok rentan dan petugas kesehatan garis depan terlebih dahulu, di mana pun mereka tinggal.

"Apakah kita akan membiarkan orang-orang yang rentan dan orang-orang yang paling berisiko untuk jatuh sakit dan meninggal karena virus ini?" tuturnya.

Pejabat WHO juga mendesak produsen vaksin untuk menyediakan data secara real-time untuk mempercepat peluncurannya.

Awal pekan ini, WHO mengatakan fasilitas COVAX telah mengumpulkan US$6 miliar dari US$7 miliar yang telah diupayakannya pada 2021 untuk membantu membiayai pengiriman ke 92 negara berkembang dengan sarana terbatas atau tidak memiliki sarana untuk membeli vaksin sendiri.

Hingga saat ini, negara-negara kaya termasuk Inggris, anggota Uni Eropa, Amerika Serikat, Swiss dan Israel berada di garis depan antrean pengiriman vaksin dari perusahaan termasuk Pfizer dan mitranya BioNTech, Moderna, dan AstraZeneca.

Hampir 88 juta orang telah dilaporkan terinfeksi oleh virus korona baru secara global dan sekitar 1,9 juta telah meninggal sejak Desember 2019.

Kasus telah melonjak di banyak negara dalam beberapa pekan terakhir dengan kapasitas vaksin yang kurang memadai untuk memperlambat penularan.

"Virus menyebar dengan kecepatan yang mengkhawatirkan di beberapa negara," kata Tedros.

"Masalahnya adalah tidak mematuhi sedikit (protokol kesehatan), menjadi kebiasaan. Tidak mematuhi memberi peluang virus untuk menyebar,” pungkasnya.(CNA/OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya