Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

WHO: Eropa dalam Titik Kritis Pandemi

Atikah Ishmah Winahyu
08/1/2021 14:22
WHO: Eropa dalam Titik Kritis Pandemi
Covid-19(Ilustrasi)

ORGANISASI kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Eropa sedang berada dalam titik kritis dari perjalanan pandemi. DIrektur WHO untuk Eropa Hans Kluge mengatakan, meski kedatangan vaksin menawarkan cara baru untuk melawan virus, hampir setengah dari 53 negara di kawasan itu melaporkan lebih dari 150 kasus baru per 100.000 orang dalam tujuh hari, sementara seperempatnya mencatat lonjakan lebih dari 10% kasus selama seminggu terakhir.

Kluge mengatakan, negara-negara yang meluncurkan vaksin Pfizer-BioNTech bisa lebih fleksibel menerapkan jarak antara dosis pertama dan kedua karena keseimbangan harus dicapai antara memanfaatkan persediaan terbatas dan melindungi orang sebanyak mungkin.

Beberapa negara termasuk Inggris sedang berusaha mengantisipasi pasokan vaksin yang rendah dengan memperpanjang jarak antara dosis pertama dan kedua hingga 12 minggu, dan dengan mempertimbangkan dosis volume yang lebih rendah dari beberapa suntikan.

“Penting bahwa keputusan seperti itu mewakili kompromi yang aman antara kapasitas produksi global yang terbatas saat ini, dan keharusan bagi pemerintah untuk melindungi sebanyak mungkin orang sambil mengurangi beban gelombang berikutnya pada sistem kesehatan,” ujar Kluge.

Siddhartha Datta, dari unit imunisasi dan penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin WHO, mengakui bahwa beberapa negara akan menghadapi keadaan luar biasa, tetapi mereka yang memilih untuk memprioritaskan pemberian dosis pertama sangat disarankan untuk melihat bukti yang kuat tentang konsekuensinya.

Wilayah Eropa mencatat lebih dari 580 ribu kematian akibat covid pada 2020, sementara 27 negara dalam proyek pemantauan kematian berlebih EuroMOMO, melaporkan peningkatan tiga kali lipat dalam kematian berlebih dibandingkan dengan 2018 dan peningkatan lima kali lipat selama 2019.

“Tanda-tanda stabilisasi atau bahkan penurunan insiden di beberapa negara perlu diperlakukan dengan hati-hati karena dampak dari periode liburan, dengan pertemuan keluarga dan jarak fisik yang tidak diterapkan belum diketahui,” kata Kluge.

Baca juga : Inggris Perpanjang Larangan Masuk Bagi Wisatawan dari Afrika

Dia menuturkan, lebih dari 230 juta orang di kawasan itu tinggal di negara-negara di bawah lockdown nasional, dengan lebih banyak negara akan mengumumkan langkah-langkah baru dalam minggu mendatang karena varian yang lebih menular, yang pertama kali terdeteksi di Inggris cukup meningkatkan kewaspadaan.

Mutasi baru tersebut telah terdeteksi di 22 negara Eropa, meskipun tampaknya tidak menghasilkan perubahan signifikan pada penyakit itu sendiri, namun penularannya yang lebih tinggi menjadi perhatian.

“Ini adalah penilaian kami, seiring waktu, dapat menggantikan garis keturunan lain, seperti yang terlihat di Inggris dan Denmark,” katanya.

Tanpa ada tindakan pencegahan untuk memperlambat penyebarannya, akan ada peningkatan dampak pada sistem kesehatan yang sudah bermasalah.

"Ini situasi yang mengkhawatirkan," tuturnya.

"Untuk waktu yang singkat, kami perlu melakukan lebih dari yang telah kami lakukan dan untuk mengintensifkan tindakan kesehatan dan sosial masyarakat untuk memastikan kami dapat meratakan garis vertikal yang curam di beberapa negara," lanjutnya.

Tindakan dasar seperti mengenakan masker, membatasi pertemuan sosial, menjaga jarak dan mencuci tangan, bersama dengan pengujian, pelacakan, dan karantina, harus diintensifkan untuk menurunkan penularan, menghilangkan ketegangan di bangsal covid-19 dan menyelamatkan nyawa masyarakat.

Kluge mengatakan, terbatasnya pasokan suntikan dan meningkatnya beban di rumah sakit membuat petugas kesehatan dan kelompok berisiko harus menjadi prioritas vaksinasi untuk menghindari runtuhnya sistem kesehatan. (The Guardian/OL-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Baharman
Berita Lainnya