Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

100 Hari Pertama Kerja Presiden Joe Biden Jadi Perhatian Pasar

Fetry Wuryasti
21/12/2020 20:56
100 Hari Pertama Kerja Presiden Joe Biden Jadi Perhatian Pasar
Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden.(ALEX EDELMAN/AFP)

PEMILIHAN Presiden Amerika Serikat (AS) telah selesai pada November 2020 lalu dan Presiden terpilih AS Joseph Robinette Biden akan menjalankan jabatannya mulai 20 Januari 2021. Kerja 100 hari pertama Biden akan sangat menjadi perhatian investor pasar saham dan investasi.

Ekonom makro Bank Danamon, Irman Faiz, mengatakan pasar mengekspektasikan beberapa stimulus yang masif dari Biden.Dalam rencana 100 hari pertama kerja, stimulus ekonomi menjadi salah satu prioritas Biden.

Menurut Irman, Biden fokus kepada tambahan pembiayaan untuk maskapai penerbangan, salah satu sektor yang paling terpukul akibat pandemi.

Biden juga akan memperpanjang stimulus bagi pengangguran AS, juga paycheck protection untuk menjaga daya beli di AS, dan meningkatkan investasi pada manufaktur vaksin.

Kebijakan Biden juga akan menaikan pajak di dalam negeri, sehingga pendapatan dari fiskal nantinya akan lebih besar. Hal ini mendorong investor untuk lebih menempatkan dana mereka di negara berkembang.

"Investor Asing dengan FDI mereka akan cenderung mencari market baru di luar AS," kata Irman dalam webinar Economy Outlook, Senin (21/12).

Dari kebijakan moneter, Bank Sentral AS The Fed masih menerapkan kebijakan akomodatif, dengan ultra low policy rate. Ini menjadi faktor yang akan mendorong capital inflow ke negara-negara berkembang dengan imbal hasil yang lebih baik dibandngkan negara maju.

Tantangan eksekusi vaksin

Perkembangan vaksin Covid-19 menunjukan progres yang signifikan. Beberapa brand yang sudah mengumumkan efikasi rate-nya yaitu Pfizer, Moderna, dan Astrazaneca.

Menurut Irman, ini memberikan optimisme bagi investor untuk mulai melihat perbaikan ekonomi ke depannya. Sehingga investor yang tadinya menempatkan dana di safe heaven asset atau di negara-negara yang cenderung lebih stabil, sekarang mereka sudah mulai menariknya dan menyebarkannya ke negara berkembang.

Sebab vaksin ini memberikan harapan bahwa perbaikan ekonomi akan terjadi segera. Namun tetap menjadi tantangan terkait distribusi dan eksekusi vaksin.

Indonesia sudah melakukan kesepakatan di beberapa brand vaksin, seperi Sinovac, kemudian juga dengan 100 juta dosis Astrazaneca.

"Beberapa brand seperti Pfizer dan Moderna menyatakan butuh suhu tertentu untuk menjaga efektivitas vaksin yang hingga -70 derajat. Ini akan menjadi tantangan ke depannya," kata Irman.

Survei WHO dan Kementerian Kesehatan pada September menunjukkan hanya 60% penduduk Indonesia yang bersedia divaksin. Sedangkan 40% masih enggan divaksin. Dari 60% itu, hanya 35% yang bersedia membayar. Namun isu ini sudah dijawab Presiden Joko Widodo bahwa vaksin akan gratis.

"Ini akan meningkatkan peluang penerimaan vaksin di masyarakat. Yang menajdi fokus adalah bagaimana 40% lainnya ini dapat dijangkau vaksin dan mau menerima vaksin," kata Irman. (OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya