Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Indonesia Harus Waspadai Risiko Diplomasi Vaksin Tiongkok

Insi Nantika Jelita
11/12/2020 14:48
Indonesia Harus Waspadai Risiko Diplomasi Vaksin Tiongkok
Petugas menurunkan kontainer berisi vaksin covid-19 buatan Sinovac di Bandara Soekarno-Hatta.(Antara/Dhemas Reviyanto)

PEMERINTAH Indonesia optimistis vaksin covid-19 buatan Tiongkok dapat mengatasi wabah terburuk. Namun, analis memperingatkan hal itu sebagai taruhan yang membuat Indonesia berutang dengan Tiongkok.

Diketahui, Indonesia telah menerima 1,2 juta dosis vaksin covid-19 buatan Sinovac dari Tiongkok. Adapun 1,8 juta dosis vaksin akan tiba pada bulan depan. Kalangan ahli menilai akses ini mungkin memiliki batasan.

"Diplomasi vaksin Tiongkok bukanlah tanpa syarat," ujar Dosen Hubungan Internasional Universitas Indonesia Ardhitya Eduard Yeremia dan Analisis dari The University of Sydney Klaus Heinrich Raditio dalam sebuah makalah, Jumat (11/12).

Baca juga: Australia Hentikan Uji Coba Vaksin Covid-19

Tiongkok dinilai dapat menggunakan pasokan vaksin covid-19 untuk memajukan agenda regionalnya. Terutama pada masalah sensitif, seperti klaim di Laut China Selatan.

Indonesia telah menandatangani kesepakatan untuk 350 juta dosis vaksin dari pemasok berbeda, termasuk AstraZeneca. Namun, mayoritas vaksin akan didatangkan dari Tiongkok, yakni Sinovac dan Sinopharm.

"Kerja sama vaksin dengan Tiongkok adalah yang paling terkenal. Itu menciptakan implikasi potensial di masa mendatang. Sejauh mana Indonesia akan bergantung pada rantai pasokan medis Tiongkok,” pungkas peneliti senior CSIS Evan Laksmana.

Baca juga: 1,2 Juta Dosis Vaksin Tiba, Presiden: Tunggu Arahan Petugas

Indonesia, negara dengan populasi terpadat keempat di duna, melaporkan lebih dari setengah juta kasus infeksi covid-19 dan sekitar 18.000 kematian.

Tiongkok adalah mitra dagang utama Indonesia. Bahkan, Negeri Tirai Bambu memiliki banyak proyek di Indonesia. Termasuk, kereta berkecepatan tinggi, yang merupakan bagian dari ledakan pembangunan infrastruktur One Belt One Road.

Namun, hubungan bilateral sempat diwarnai masalah. Pada Januari lalu, Indonesia mengerahkan jet tempur dan kapal perang untuk berpatroli di Kepulauan Natuna. Tepatnya, setelah penjaga pantai dan kapal penangkap ikan Tiongkok memasuki kawasan di tepi Laut China Selatan.(OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya