Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Samakan Diri dengan Korban Nazi, Demonstran di Jerman Dikecam

Basuki Eka Purnama
23/11/2020 08:56
Samakan Diri dengan Korban Nazi, Demonstran di Jerman Dikecam
Polisi Jerman berhadapan dengan demonstran antipembatasan covid-19 di Leipzig.(AFP/STR)

MENTERI Luar Negeri Jerman Heiko Maas, Minggu (22/11), mengecam demonstran antimasker yang menyamakan diri dengan korban Nazi.

Maas menuding para demonstran itu meremehkan Holocaust dan melecehkan perjuangan para pejuang kemerdekaan.

Kecaman Maas itu dilontarkan setelah seorang perempuan muda berorasi dalam aksi demonstrasi menentang pembatasan covid-19 di Hanover, Sabtu (21/11). Demonstran perempuan itu mengaku merasa seperti Sophie Scholl, pelajar Jerman yang dieksekusi Nazi pada 1943 karena ambil bagian dalam perlawanan.

Baca juga: Cerpelai Terinfeksi Covid-19 Ditemukan di Prancis

Video pidato itu telah disaksikan lebih dari 1 juta kali di media sosial dengan banyak pihak mengecamnya.

"Siapa pun yang hari ini menyamakan diri dengan Sophgie Scholl atau Anne Frank mengejek keberanian perlawanan melawan Nazi," cicit Maas.

"Hal itu juga merendahan Holocaust dan menunjukkan siakp lipa terhadap sejarah. Tidak ada hal yang bisa menyamakan demonstrasi covid-19 dengan perjuangan kemerdekaan," lanjutnya.

Dalam video klip itu seorang petugas keamanan menghentikan pidato itu dan menyerahkan rompi yang dikenakan sembari mengatakan pernyataan demonstran itu melecehkan Holocaust.

"Saya tidak mamu menjaga keamanan untuk omong kosong ini," seru petugas keamanan itu.

Perempuan yang mengaku bernama Jana itu kemudian menangis dan turun dari panggung.

Dalam insiden lainnya, pekan lalu, seorang anak perempuan berusia 11 tahun asal Karlsruhe menyebut dirinya senasib dengan Anne Frank karena harus merayakan ulang tahunnya dengan diam-diam agar tetangganya tidak tahu dirinya mengundang teman-temannya ke rumah.

Frank yang buku harian yang ditulisnya saat bersembunyi di Belanda dibaca jutaan orang meninggal dunia di kamp konsentrasi Bergen-Belsen pada 1945. (AFP/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya