Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Remaja Italia Selangkah Lagi Jadi Santo Milenial Pertama

Basuki Eka Purnama
11/10/2020 08:32
Remaja Italia Selangkah Lagi Jadi Santo Milenial Pertama
Sebuah poster yang mempromosikan beatifikasi Carlo Acutis(vaticannews.va)

SEORANG remaja Italia kelahiran Inggris yang mendedikasikan hidupnya untuk menyebarkan agama Katolik secara daring dan membantu kaum miskin dijadikan beato oleh Gereja Katolik, Sabtu (10/10).

Carlo Acutis yang meninggal dunia karena leukemia pada 2006 di usia 15 tahun berada dalam jalur menjadi santo setelah Vatican memutuskan bahwa dia secara ajaib menyelamatkan nyawa anak lainnya.

Proses beatifikasi itu membuat Acutis hanya terpaut satu mukjizat untuk menjadi santo milenial pertama.

Baca juga: Sehari India Bertambah 73.272 Kasus Baru Covid-19

Vatikan mengklaim Acutis mendapatkan bantuan dari Surga pada 2013 ketika dia menyelamatkan seorang bocah asal Brasil yang menderita penyakit pankreas langka.

Upacara beatifikasi itu digelar di Assisi, kediaman idola Acutis, Santo Fransiskus, yang mendedikasikan hidupnya untuk kaum miskin.

"Orang muda mungkin bosan dengan para pastor yang kerap ketinggalan zaman. Namun, Tuhan selalu memberikan kita petunjuk," ungkap juru bicara Biara Assisi Pastor Enzo Fortunato.

Acutis yang dijuluki rasul siber Ekaristi lahir di London dari orangtua Italia sebelum kemudian pindah ke Milan.

"Dia dianggap jenius di bidang komputer. Namun, apa yang dia lakukan? Dia tidak menggunakan komputer untuk sekadar bersenang-senang," ujar Ibu Acutis, Antonia Salzano.

"Kecintaannya pada Tuhan menyebabkan dia membuat sebuah laman daring mengenai mukjizat," lanjutnya.

Acutis yang jenazahnya disemayamkan di Assisi dengan mengenakan baju dan sepatu olahraga juga kerap mengingatkan rekan-rekannya bahwa internet bisa menjadi kutukan selain berkat.

Acutis telah menjadi relijius sejak muda meski ibunya mengakui keluarga mereka jarang pergi ke gereja.

Ketika dia tidak menulis program komputer atau bermain bola, Acutis dikenal karena kebaikannya pada kaum miskin.

"Dengan tabungannya, dia membeli sleeping bag untuk para tunawisma. Pada malam hari, dia juga membawakan minuman hangat untuk mereka," ungkap ibunya.

"Dia mengatakan lebih baik saya tidak bisa membeli sepatu jika itu berarti saya bisa berbuat baik untuk orang lain," imbuhnya.

Acutis juga menjadi relawan di sebuah dapur umum di Milan.

Uskup Assisi Domenico Sorrentino mengatakan, bulan ini, dapur umum itu akan kembali dibuka sebagai penghormatan untuk Acutis.

"Ketika dia meninggal, di upacara pemakamannya, gereja dipenuhi orang miskin. Semua orang bertanya-tanya apa yang mereka lakukan di sini. Ternyata Carlo kerap membantu mereka secara diam-diam," jelas Nicola Gori, yang mewakili upaya beatifikasi Acutis.

Jika Acutis nantinya dinyatakan sebagai santo, banyak orang menyarankan agar dia dinyatakan sebagai santo pelindung internet. (AFP/OL-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya