Headline

DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Penelitian: Trump Sumber Misinformasi Covid-19 Terbesar

Basuki Eka Purnama
02/10/2020 09:47
Penelitian: Trump Sumber Misinformasi Covid-19 Terbesar
Presiden AS Donald Trump(AFP/SAUL LOEB)

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump merupakan sumber misinformasi tentang covid-19 terbesar di dunia selama pandemi. Hal itu terungkap dalam penelitian yang dilakukan Cornell University, Kamis (1/10).

Tim dari Aliansi Ilmiah Cornell mengevaluasi 38 juta artikel berbahasa Inggris dari berbagai dunia antara 1 Januari dan 26 Mei tahun ini.

Mereka memeriksa pemberitaan dari sejumlah negara yaitu AS, Inggris, India, Irlandia, Australia, Selandia Baru, serta sejumlah negara Afrika dan Asia.

Baca juga: Situasi Covid-19 di Quebec Kritis

Tim itu mengidentifikasi 522.472 artikel yang mereproduksi misinformasi terkait pandemi covid-19 atau apa yang disebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai infodemi.

Infodemi itu kemudian dikategorikan ke 11 subtopik mulai dari teori konspirasi hingga serangan terhadap ilmuwan kenamaan AS Anthony Fauci dan tudingan virus korona adalah senjata kimia buatan Tiongkok.

Topik paling populer yang berhasil dikumpulkan adalah 'obat ajaib' yang muncul di 295.351 artikel, lebih banyak dari jumlah total 10 topik lainnya.

Tim menemukan bahwa pernyataan Trump memicu munculnya topik 'obat ajaib'. Topik itu muncul pada 24 April dalam konferensi pers di Gedung Putih kala Trump mengungkapkan kemungkinan menyuntikkan disinfektan ke dalam tubuh untuk menyebuhkan covid-19.

Lonjakan pemberitaan juga terjadi ketika Trump mempromosikan keampuhan hydroxychloroquine yang belum terbukti.

"Karenanya, kami menyimpulkan bahwa Presiden AS merupakan pemicu terbesar misinformasi mengenai covid-19," ungkap tim itu.

Pemimpin penelitian itu yang juga Direktur Aliansi Ilmiah Cornell Sarah Evanega mengatakan, "Jika warga mempercayai pernyataan tidak ilmiah dan tidak terbukti mengenai covid-19, mereka akan lebih mungkin melanggar protokol kesehatan sehingga berisiko menyebarkan virus korona." (AFP/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya