Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

64 Negara Kaya Gabung Program Distribusi Vaksin WHO

Faustinus Nua
23/9/2020 08:03
64 Negara Kaya Gabung Program Distribusi Vaksin WHO
Ilustrasi vaksin(AFP/NATALIA KOLESNIKOVA)

LEBIH dari 60 negara kaya bergabung dengan program yang didukung WHO untuk memfasilitasi akses negara-negara miskin pada vaksin covid-19. Namun, AS dan Tiongkok tidak ada dalam daftar yang diterbitkan pada Senin (21/9).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah berkoordinasi dengan grup aliansi vaksin global Gavi dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI) menciptakan mekanisme yang bertujuan untuk memastikan distribusi yang lebih adil dari setiap vaksin covid-19 di masa depan. Mekanisme yang dikenal sebagai Covax itu berupaya mengumpulkan dana yang dibutuhkan untuk menyediakan vaksin ke 92 negara berpenghasilan rendah.

WHO mendorong negara-negara yang lebih kaya untuk turut terlibat. Akhir pekan lalu, yang merupakan tenggat waktu pendaftaran, 64 negara menyatakan ikut serta. Sementara 38 lainnya diperkirakan akan bergabung dalam beberapa pekan mendatang.

"Komisi Eropa atas nama 27 negara anggota UE ditambah Norwegia dan Islandia (ikut bergabung)," kata WHO dalam sebuah pernyataan.

AS, di bawah Presiden Donald Trump tanpa henti mengkritik penanganan pandemi WHO dan sedang dalam proses menarik diri dari organisasi, tidak ada dalam daftar. Pun Tiongkok, tempat virus korona pertama kali muncul akhir tahun lalu, juga tidak turut serta.

"Tujuan fasilitas Covax adalah untuk mencoba bekerja dengan setiap negara di dunia," kata ketua Gavi Seth Berkley dalam konferensi virtual ketika ditanya tentang ketidakhadiran Tiongkok dari daftar.

"Saya dapat meyakinkan Anda bahwa kami telah melakukan percakapan dan akan terus melakukan percakapan dengan semua negara," imbuhnya.

Baca juga: WHO: Pemulihan Global Bisa Lebih Cepat Jika Vaksin Korona Merata

Selain berupaya mendorong lebih banyak negara bergabung dengan Covax, Berkley mengatakan ada juga dialog yang sedang berlangsung dengan negara-negara pengembang vaksin. Hal itu terkait distribusi bila vaksin berhasil diproduksi dengan aman dan efektif.

"Jika mereka memiliki vaksin yang berhasil keluar, bagaimana kita dapat memastikan vaksin tersebut tersedia untuk orang lain di dunia," ungkapnya.

Adapun, tujuan WHO adalah agar Covax mendapatkan dua miliar dosis vaksin yang aman dan efektif pada akhir tahun 2021. Namun mekanisme tersebut menghadapi berbagai tantangan yang signifikan, tidak terkecuali kekurangan dana yang serius.

WHO mengatakan sekitar US$38 miliar diperlukan untuk program ACT-Accelerator secara keseluruhan, yang mencakup Covax. Tetapi juga kolaborasi global untuk mengembangkan dan memastikan akses yang adil dan memperkuat sistem kesehatan. Sejauh ini baru menerima US$3 miliar.

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyuarakan optimisme banyak negara mewakili hampir dua pertiga dari populasi global, setuju untuk berpartisipasi dalam mekanisme tersebut.

"Covid-19 adalah krisis global yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menuntut respons global yang juga belum pernah terjadi sebelumnya," katanya dalam pernyataan itu.

Ia memperingatkan negara-negara agar tidak berusaha memperoleh stok vaksin untuk populasi mereka sendiri.

"Nasionalisme vaksin hanya akan melanggengkan penyakit dan memperpanjang pemulihan global," ujarnya.

"Ini bukan amal. Ini demi kepentingan terbaik setiap negara. Kita tenggelam atau berenang bersama".(AFP/OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya