Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Polisi Belarus Tangkap Ratusan Demonstran Perempuan

Haufan Hasyim Salengke
20/9/2020 06:56
Polisi Belarus Tangkap Ratusan Demonstran Perempuan
Polisi Belarus menangkap seorang demonstran perempuan dalam aksi unjuk rasa di Minsk.(AFP/TUT.BY)

POLISI antihuru-hara Belarus menahan ratusan perempuan, Sabtu (19/9), ketika sekitar 2.000 pengunjuk rasa oposisi berpawai melalui ibu kota Minsk, menuntut diakhirinya pemerintahan Presiden Alexander Lukashenko.

Pihak oposisi dijadwalkan akan mengadakan demonstrasi massa pada Minggu (20/9).

Belarus, bekas republik Uni Soviet yang bersekutu dekat dengan Rusia, telah diguncang protes jalanan massal sejak Lukashenko mengklaim kemenangan telak dalam pemilihan presiden 9 Agustus yang menurut para lawannya telah dicurangi. Dia membantah tuduhan mereka.

Sekitar 2.000 perempuan mengambil bagian dalam aksi "Sparkly March", memakai aksesori mengkilap dan membawa bendera merah-putih gerakan protes.

Baca juga: Belarus Tutup Perbatasan dengan Polandia dan Lituania

Mereka bentrok sebentar dengan polisi yang kemudian memblokade jalan mereka dan mulai menargetkan orang satu per satu dari kerumunan, kata seorang saksi mata.

Polisi kemudian mulai menyeret para demonstran ke dalam mobil polisi saat mereka berdiri membentuk rantai manusia, dengan cepat menahan beberapa ratus pemrotes, kata seorang jurnalis AFP yang melihat kejadian.

Di antara mereka yang ditahan pada Sabtu (19/9) adalah Nina Baginskaya, seorang aktivis berusia 73 tahun yang telah menjadi salah satu figur paling terkenal dari gerakan protes setelah bentrok dengan polisi bersenjata bulan lalu. Polisi membebaskannya di luar kantor polisi tidak lama kemudian.

Pengecut

Di satu lokasi, lusinan pengunjuk rasa perempuan terlihat dikelilingi pria berseragam hijau dan balaclava hitam di luar pusat perbelanjaan saat mereka berteriak, "Hanya pengecut yang memukul perempuan!"

Pawai itu adalah yang terbaru dari serangkaian protes perempuan yang menyerukan agar Presiden Alexander Lukashenko meletakkan jabatan menyusul kemenangannya yang disengketakan dalam pemilihan bulan lalu.

Saingannya, Svetlana Tikhanovskaya, juga mengklaim kemenangan. Dalam pernyataan yang dirilis menjelang pawai, Tikhanovskaya, yang mengungsi di Lithuania, memuji "Perempuan pemberani Belarusia."

"Mereka tetap berpawai meski terus-menerus diancam dan mendapat tekanan," ujarnya.

Polisi menahan begitu banyak pengunjuk rasa sehingga mereka kehabisan ruang di van, membebaskan sekitar 10 perempuan.

Seorang pengunjuk rasa perempuan dibawa dengan ambulans setelah terbaring di tanah, tampaknya tidak sadarkan diri. Layanan darurat dipanggil ke lokasi setelah kondisi beberapa perempuan menjadi tidak sehat selama penahanan.

Tindakan keras Lukashenko terhadap protes telah mendorong Uni Eropa untuk mempertimbangkan sanksi baru terhadap pemerintahnya.

Presiden, yang telah memerintah Belarus selama 26 tahun, menuduh para pengunjuk rasa didukung kekuatan asing. Awal bulan ini dia mendapatkan bantuan senilai US$1,5 miliar dari Rusia.

Lukashenko juga telah bertemu Presiden Vladimir Putin dan dilaporkan meminta bantuan orang kuat Rusia itu untuk meredam unjuk rasa. (AFP/France 24/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya