Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Konflik Tanah, Puluhan Petani Tewas di Darfur

Faustinus Nua
27/7/2020 12:57
Konflik Tanah, Puluhan Petani Tewas di Darfur
Peta Sudan dan negara-negara tetangganya.(AFP)

PBB melaporkan pada Minggu (26/7) terjadi pembantaian terhadap petani di Darfur, Sudan. Sekitar 60-an orang menjadi korban dan lebih dari 20-an warga sipil tewas dalam pembantaian itu.

Dikutip France24, badan PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan sekitar 500 pria bersenjata menyerang Kota Masteri, bagian utara Beida, di Darfur pada Sabtu sore.

Baca juga: Kamboja Larang Penerbangan dari Indonesia dan Malaysia

Penyerang menargetkan anggota komunitas Masalit lokal, menjarah dan membakar rumah dan bagian dari pasar lokal.

"Ini adalah salah satu dari serangkaian insiden keamanan terbaru yang dilaporkan selama pekan lalu yang menyebabkan beberapa desa dan rumah terbakar, pasar dan toko dijarah, dan infrastruktur rusak," tulis pernyataan OCHA.

Perdana Menteri Abdalla Hamdok mengatakan pemerintah akan mengirim pasukan keamanan ke Darfur. Hal itu untuk melindungi warga yang akan menggarap pertanian selama musim bertani.

"Pasukan keamanan bersama akan dikerahkan di 5 negara bagian wilayah Darfur untuk melindungi warga selama musim pertanian," kata kantor Hamdok.

Wilayah barat yang miskin itu telah mengalami konflik bertahun-tahun sejak pemberontakan etnis minoritas. Mereka mendorong pemerintah untuk meluncurkan kampanye bumi hangus yang menewaskan 300.000 orang dan membuat 2,5 juta orang terlantar.

Namun, kekerasan di Darfur sempat mereda sejak pemecatan Bashir oleh tentara di tengah protes massa terhadap pemerintahannya tahun lalu. Pemerintah dan koalisi sembilan kelompok pemberontak, termasuk faksi-faksi dari wilayah itu, menandatangani perjanjian perdamaian awal pada Januari.

Baca juga: Kasus Covid-19 Naik, Jepang Minta Warga WFH

Petani yang kehilangan tempat tinggal dalam konflik sejak itu mulai kembali ke tanah mereka saat musim tanam Juli-November. Pemerintah telah sepakat untuk melindungi warga.

Namun pertumpahan darah terus berlanjut, khususnya terkait hak atas tanah. Panen pun terancam ketika pembataian itu menargetkan komunitas pertanian Afrika dalam konflik dengan suku-suku Arab nomaden.(France24/OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya