Headline

Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.

WHO Tinjau Ulang Kemungkinan Penularan Covid-19 lewat Udara

Indrastuti
07/7/2020 12:15
WHO Tinjau Ulang Kemungkinan Penularan Covid-19 lewat Udara
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menghadiri konferensi pers pada Jumat(3/7) di Kantor Pusat WHO, Jenewa.(AFP/Fabrice Coffrini)

WHO menyatakan SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19, menyebar terutama melalui tetesan kecil yang dikeluarkan dari hidung dan mulut orang yang terinfeksi serta dengan cepat mengendap ke permukaan tanah.

Namun dalam surat terbuka kepada WHO yang diterbitkan pada hari Senin dalam jurnal Clinical Infectious Diseases, 239 ilmuwan di 32 negara menguraikan bukti yang menunjukkan partikel virus yang mengambang dapat menginfeksi orang yang menghirupnya.

Karena partikel-partikel yang lebih kecil itu dapat berlama-lama di udara, para ilmuwan mendesak WHO untuk memperbarui panduannya.

"Kami mengetahui artikel itu dan sedang meninjau isinya dengan para ahli teknis kami," kata juru bicara WHO, Tarik Jasarevic, Senin (6/7) dalam sebuah email seperti dilansir dari France24.com

Belum diketahui frekuensi dan kecepatan penyebaran virus korona melalui udara atau aerosol, berbeda dengan penularan melalui batuk dan bersin dari droplet yang ukurannya lebih besar.

Perubahan penilaian WHO terhadap risiko penularan dapat memengaruhi panduan WHO saat ini yakni menjaga jarak 1 meter. Demikian juga negara-negara harus menyesuaikan anjuran kepada warganya mengenai langkah-langkah pencegahan penularan virus.

Meskipun WHO mengatakan sedang mempertimbangkan aerosol sebagai kemungkinan cara penularan, masih ada kemungkinan panduan pencegahan tidak mengalami banyak perubahan.

Michael Osterholm, seorang ahli penyakit menular di University of Minnesota, mengatakan WHO telah lama enggan mengakui penularan aerosol influenza, "terlepas dari data yang meyakinkan," dan melihat kontroversi saat ini sebagai bagian dari debat yang telah berlangsung lama.

"Saya pikir tingkat frustrasi akhirnya meningkat sehubungan dengan kemungkinan transmisi udara pada penyakit seperti influenza dan SARS-CoV-2," kata Osterholm.

Profesor Babak Javid, seorang konsultan penyakit menular di Rumah Sakit Universitas Cambridge, mengatakan penularan virus melalui udara sangat mungkin terjadi, tetapi mengatakan kurangnya bukti tentang berapa lama virus bertahan di udara.

Jika virsu dapat bertahan di udara untuk jangka waktu yang lama, bahkan setelah orang yang terinfeksi meninggalkan ruang itu, tentu saja hal itu dapat memengaruhi tindakan yang harus diambil petugas kesehatan dan orang lain untuk melindungi diri mereka sendiri.

Pedoman WHO untuk petugas kesehatan, tertanggal 29 Juni, mengatakan SARS-CoV-2 terutama ditularkan melalui tetesan pernapasan dan pada permukaan. Tetapi transmisi melalui udara dimungkinkan dalam beberapa keadaan, seperti ketika melakukan prosedur intubasi dan penghasil aerosol. 

Baca juga: Perawatan Covid-19 Regeneron Memasuki Percobaan Tahap Akhir

Oleh karena itu, WHO menyarankan pekerja medis yang melakukan prosedur tersebut mengenakan masker N95 dan peralatan pelindung lainnya di ruang berventilasi memadai.

William Hanage, seorang ahli epidemiologi di Harvard T.H. Chan School of Public Health, mengatakan laporan yang sedang ditinjau di WHO "membuat banyak poin masuk akal tentang bukti bahwa cara penularan ini dapat terjadi, dan mereka harus ditanggapi dengan serius."

Tetapi seberapa sering penularan melalui udara terjadi, yang tidak diketahui, juga penting. 
"Jika transmisi melalui udara dimungkinkan tetapi jarang, maka menghilangkannya tidak akan berdampak besar," katanya dalam komentar melalui email.

Para pejabat di Pusat Pengendalian Penyakit Korea Selatan mengatakan pada Senin (6/7) mereka terus membahas berbagai masalah tentang covid-19, termasuk kemungkinan penularan melalui udara. Mereka mengatakan penyelidikan lebih lanjut dan bukti diperlukan. 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya