Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
Mantan Penasihat Keamanan Nasional Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, John Bolton menulis sebuah buku dengan judul ‘The Room Where It Happened’ yang mengungkap rahasia Trump. Buku ini menceritakan mulai soal pemilihan ulang hingga warga Uighur di Tiongkok.
Dalam buku yang akan dirilis dalam waktu dekat itu, Bolton menyebut bahwa Trump meminta bantuan Presiden Tiongkok Xi Jinping agar terpilih kembali dalam pemilihan presiden dengan membeli lebih banyak produk pertanian AS.
Dalam pertemuan empat mata antara Trump dan Xi di sela-sela pertemuan G20 pada Juni 2019 di Jepang, Xi mengeluh kepada Trump tentang kritik AS terhadap Tiongkok.
"Dia (Trump) kemudian mengalihkan pembicaraan ke pemilihan presiden AS mendatang, menyinggung kemampuan ekonomi Tiongkok untuk memengaruhi kampanye yang sedang berlangsung, memohon kepada Xi untuk memastikan dia menang," tulis Bolton.
Laporan setelah pertemuan G20 menunjukkan bahwa Trump telah menekan Xi untuk membeli lebih banyak produk pertanian AS, tapi Xi enggan membuat komitmen apa pun. Berbicara kepada Senat pada Rabu, perwakilan perdagangan AS Robert Lighthizer pun membantah Trump meminta Xi untuk membantunya dalam pemilihan.
Dalam mengejar hubungan yang baik dengan Xi, Trump digambarkan mengesampingkan isu-isu hak asasi manusia. Bahkan Trump disebut memberikan dorongan kepada pemimpin komunis untuk terus membangun kamp konsentrasi untuk populasi Muslim Uighur di Tiongkok.
"Menurut penerjemah kami, Trump mengatakan bahwa Xi harus melanjutkan pembangunan kamp, yang menurut Trump adalah hal yang tepat untuk dilakukan. Staf utama Dewan Keamanan Nasional untuk Asia Matthew Pottinger mengatakan kepada saya bahwa Trump mengatakan sesuatu yang sangat mirip selama perjalanan November 2017 ke Tiongkok," tulis Bolton.
Baca juga: Trump Teken UU Uighur, Tiongkok Bereaksi Keras
Merespons hal tersebut, Trump pun mencuit bahwa buku tersebut terdiri dari kebohongan dan cerita palsu. Pemerintahan Trump telah berusaha untuk menghentikan penerbitan buku Bolton tersebut dan mengklaim buku itu mengandung informasi rahasia.
Upaya terakhir oleh Gedung Putih dan Departemen Kehakiman pada minggu ini terlambat karena salinan sudah didistribusikan ke penjual buku dan jurnalis. Pada Rabu, jaksa federal dilaporkan tengah mempertimbangkan tuduhan terhadap Bolton.
Menanggapi upaya pemerintahan Trump yang terbaru tersebut, dalam sebuah pernyataan pada Rabu, penerbit buku Bolton, Simon dan Schuster menyebut bahwa perintah penahanan departemen kehakiman adalah sembrono dan bermotivasi politik.
Ratusan ribu salinan buku John Bolton ‘The Room Where It Happened’ telah didistribusikan di seluruh negara dan dunia. Berarti perintah yang diminta oleh pemerintah tidak akan menghasilkan apa-apa. (The Guardian/OL-14)
Sejumlah pemuda yang tergabung dalam Front Muslim Muda Banten (FMMB) mengutuk keras tindakan pemerintah Tiongkok terhadap masyarakat muslim yang ada di Uighur.
Tiongkok mengubah nama ratusan desa di wilayah Xinjiang sebagai sebuah upaya menghapus makna budaya dan agama bagi etnis Uighur,
Salah satu perwakilan massa dari Aliansi Mahasiswa Islam Bersatu (AMIB), Amril, menduga Abdulhakim dan organisasinya mendukung Israel dibandingkan Palestina.
Sebagai Direktur Eksekutif Pusat Studi Uighur, Abdulhakim Idris diduga menjadi corong kepentingan negara barat.
POLISI antihuru hara berpatroli di lingkungan perkotaan dekat ibu kota India pada Rabu (2/8), setelah meletusnya dua kasus kerusuhan sektarian yang telah menewaskan enam orang.
Wang Xiaohing berdalih tindakan ini untuk memberantas kekuatan kriminal dan menopang keamanan politik, serta kontrol sosial di seluruh negeri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved