Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
HUBUNGAN Amerika Serikat (AS) dan Iran tetap memanas. Terkait hubungan yang tak harmonis tersebut, pejabat imigrasi AS telah mendeportasi seorang mahasiswa Iran yang hendak menempuh pendidikan di sebuah universitas di Boston.
Sebenarnya, pendeportasian mendapat penolakan dari Persatuan Kebebasan Warga Sipil AS (ACLU) dan sejumlah advokat. Namun pihak imigrasi AS tetap kukuh untuk meminta kembali mahasiswa dari Iran tersebut.
Mahasiswa Iran yang bernama Mohammad Shahab Dehghani Hossein Abadi yang berusia 24 tahun telah mendaftarkan diri di Northeastern University.
Namun dengan alasan demi meningkatkan keamanan di tengah hubungan yang memanas dengan Iran, pihak Proteksi Perbatasan dan Bea Cukai AS (CBP) mengatakan pihaknya tak bisa menerima kedatangan mahasiswa dari Iran tersebut.
Kasus pendeportasian tersebut jelas meningkatkan sejumlah pertanyaan baru mengenai tindakan yang tak adil yang dilakukan otoritas imigrasi di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.
Senator dari Massachusetts Elizabeth Warren, yang calon kandidat presiden dari Partai Demokrat, meminta pihak CBP untuk membatalkan deportasi pada Senin (20/1) malam dan berjanji akan menentang 'kebijakan xenofobia dari Trump'.
Pengacara yang berkantor di Boston, Kerry Doyke, yang kerap mewakili dua kantor pengacara dan ACLU, mengatakan Abadi telah memberikan berkas persyaratan kepada imigrasi secara daring. Namun Abadi ditolak memasuki AS dengan alasan sebuah alasan tertentu. Tetapi Abadi akan tetap berada di AS dengan memegang visa mahasiswa.
Tetapi seorang pejabat dari Departemen Keamanan Dalam Negeri AS mengungkapkan kenapa Abadi tak bisa menempuh pendidikan di AS.
Pejabat yang tak mau sebut namanya itu mengatakan bahwa otoritas perbatasan AS mendapat informasi bahwa Abadi memiliki anggota keluarga yang memliki hubungan bisnis dengan kelompok Hezbollah dari Libanon yang dimasukan dalam daftar kelompok teroris oleh AS dan gencar melakukan perlawanan terhadap Israel.
Penerbitan visa ditunda
Abadi seharusnya mendapat visa mahasiswa untuk menempuh pendidikan di AS pada pekan lalu. Namun visanya ditunda setelah dia mendarat di Bandara Internasional Boston Logan pada Minggu (19/1).
Setelah serangan udara militer AS di Irak yang menewaskan jenderal terkemuka Iran, Qassem Soleimani, puluhan warga negara AS yang keturunan Iran yang telah menjadi warga negara AS atau izin tinggal permanen juga ditahan oleh pejebat imigrasi di Negara Bagian Washington, AS. (AFP/Aljazeera/OL-09)Pemred media Iran Kayhan menuduh Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi bekerja untuk badan intelijen Israel, Mossad, dan menyerukan eksekusi terhadapnya.
PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan operasi militer di Iran membuka peluang, termasuk pemulangan sandera di Gaza.
PRESIDEN AS Donald Trump melontarkan kecaman tajam terhadap Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, atas klaim bahwa Teheran memenangkan konflik 12 hari terakhir dengan Israel.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bahwa dirinya mengetahui lokasi persembunyian Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, selama konflik 12 hari dengan Israel.
Iran akan melarang Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Rafael Mariano Grossi, untuk memasuki wilayahnya.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengeklaim telah menyelamatkan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dari kematian selama konflik dengan Israel.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved