Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
MENANGGAPI serangan keji yang dilakukan oleh Amerika Serikat pada Jumat (3/1) di Irak terhadap Mayor Jenderal Qasem Soleimani, Komandan Brigade Quds IRCG, Kedutaan Besar (Kedubes) Republik Islam Iran di Jakarta menyampaikan sejumlah pernyataann.
"Kami menyampaikan belasungkawa atas pembunuhan syahid Qasem Soleimani dan Wakil Komandan Hashd al-Shaabi Irak, Abu Mahdi al-Muhandis sebagai tokoh-tokoh anti terorisme kepada Pemimpin Agung, warga Iran dan seluruh komunitas internasional termasuk masyarakat Republik Indonesia," tulis keterangan resmi Kedubes Iran yang diterima, Jakarta, Senin (6/1).
Dalam keterangan resmi tersebut juga disampaikan pihaknya mengutuk aksi AS yang meneror Mayjen Qasem Soleimani yang dinilai merupakan simbol dan pahlawan antiterorisme dan radikalisme di kawasan Timur Tengah.
"Jasa, pengorbanan, keberanian dan keahlian Mayjen Soleimani dalam memerangi ISIS dan kelompok takfiri di Suriah dan Irak merupakan bagian dari sejarah kontemporer yang tak akan terlupakan," tulis Kedubes Iran.
Baca juga: Kemenlu Imbau WNI di Iran dan Irak untuk Waspada
Dinilainya, tindakan keji tersebut merupakan serangan teror terhadap pejabat resmi Republik Islam Iran dan merupakan bentuk nyata dari aksi terorisme yang berbasis pemerintahan atau terorisme negara. Dan merupakan bagian dari pelanggaran yang luas terhadap berbagai peraturan internasional dan Piagam PBB.
"Tindakan jahat yang dilakukan atas konsultasi dan provokasi Rezim Zionis Israel adalah sebuah kesalahan strategis yang akan berujung pada peningkatan rasa ketidakamanan di kawasan," imbuhnya.
Dikatakan pula, aksi teror tersebut juga bertentangan dengan komitmen internasional AS dalam memerangi terorisme disebabkan AS dengan kejinya sedang melawan orang-orang dan pihak-pihak yang berperang dengan kelompok teroris.
Kedubes Iran pun menyatakan, kematian Mayjen Soleimani tidak akan dapat menghentikan perlawanan terhadap terorisme dan ekstremisme di kawasan tersebut tetapi akan memperkuat pohon muqawama di kawasan tersebut dan dunia.
"Republik Islam Iran akan mengerahkan seluruh kapasitas politik, hukum dan internasionalnya untuk membalas teror jahat ini. Iran tidak akan terpancing oleh perkembangan situasi dan akan memberikan pembalasan yang tegas pada waktu dan tempat yang diharapkannya," tukasnya. (OL-1)
negara tertua di dunia yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu, bahkan 6000 sebelum masehi dan hingga kini masih bertahan
Ulama Iran beralasan hal itu untuk melindungi para perempuan dari atmosfer maskulin dan agar mereka tidak melihat pria setengah telanjang.
Setiap kali timnas Iran mencetak gol, para pendukung perempuan itu berteriak semakin kencang.
Di kualifikasi Zona Asia untuk Piala Dunia 2022,Timnas Australia memetik kemenangan 3-0 atas Nepal, Jumat, (11/6) waktu setempat.
Terakhir kali perempuan diizinkan menonton laga sepak bola di Stadion Azadi adalah pada Oktober 2019 kala Iran melumat Kamboja 14-0.
Politisi ultrakonservatif Iran mengecam Mahdavikia karena mengenakan jersey yang menampilkan semua bendera negara anggota FIFA, termasuk Israel di sebuah laga persahabatan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved