Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
SETIAP hari kereta menuju wilayah terpencil Kashmir, Banihal, yang menjadi oase internet penuh sesak dengan kerumunan orang-orang. Mereka rela menempuh perjalanan berjam-jam agar dapat terhubung internet di wilayah Kashmir yang disengketakan tersebut, dengan kondisi internet telah diputus selama lima bulan oleh Pemerintah India.
Kota pegunungan yang berpenduduk kurang dari 4.000 jiwa tersebut memiliki enam kafe internet yang tengah populer akibat pengekangan keamanan yang diberlakukan oleh Pemerintah India.
"Kecepatannya sangat lambat," ungkap manajer salah satu kafe internet, Irfan.
Irfan mengatakan, kafe internetnya mematok harga sekitar 3.000 Rupee atau sekitar Rp580 per jam kepada para pelanggannya, untuk dapat menghubungkan laptop mereka ke akses internet broadband dengan kecepatan yang amat lamban tersebut.
"Banyak warga Kashmir, kebanyakan mahasiswa dan profesional, datang berkunjung setiap hari," ujarnya.
Untuk sampai ke Banihal, mahasiswa Bhat Musaddiq Reyaz dan Aqeel Mukhtar berjuang mendapatkan kereta di Awantipora, sebuah kota di lembah Kashmir yang jaraknya lebih dari 100 kilometer di selatan Srinagar. Kedua mahasiswa tersebut mengaku berjuang mendapatkan akses internet ke Banihal untuk mendaftar kelas perkuliahan dan pengajuan beasiswa.
"Saya mencoba mendapatkan internet di kios pemerintah yang didirikan di distrik saya, namun saya menunggu selama dua jam pada dua hari yang berbeda dan tidak pernah mendapat giliran," terang Reyaz sembari menunggu datangnya kereta.
Baca juga: Korban Tewas Kebakaran Hutan Australia Bertambah Jadi 24 Orang
"Ini benar-benar merepotkan harus bepergian begitu banyak hanya untuk mengirim aplikasi online," saut Mukhtar.
Keduanya menghabiskan waktu selama dua jam perjalanan di satu trayek kereta, dan melanjutkan perjalanan menggunakan trayek kereta lainnya dengan berdiri selama 90 menit untuk dapat sampai ke Banihal. Mereka kemudian menunggu di tengah salju untuk mendapatkan bus yang membawa mereka dari stasiun ke kota dan kafe internet berada.
Sementara jaringan untuk panggilan telepon dan pesan teks yang sangat terbatas kini dapat digunakan, namun untuk jaringan internet masih terputus. Kondisi tersebut telah melumpuhkan ekonomi, dan warga tidak dapat melakukan pembayaran tagihan listrik, mengirim lamaran, atau bahkan hanya untuk mengirim pesan kepada keluarga di luar zona yang terdampak pemberlakuan.
Untuk dapat terkoneksi dengan internet, beberapa warga Kashmir lainnya bahkan melakukan perjalanan khusus ke kota Jammu atau ibu kota India, New Delhi, yang memakan waktu hingga hingga delapan jam perjalanan dari ibu kota Kashmir, Srinagar. Sementara Banihal, relatif memiliki waktu tempuh yang minim yakni hanya dua jam perjalanan dari Srinagar.
Pada awal Agustus lalu, Pemerintah India mengambil langkah tiba-tiba untuk mencabut status semi-otonomi Kashmir, memutus jaringan komunikasi, dan mengirim puluhan ribu pasukan tambahannya ke wilayah Kashmir yang menjadi salah satu zona paling termiliterisasi di dunia.
Pemerintah India mengatakan pihaknya memutus jaringan telepon dan internet untuk mencegah kerusuhan di wilayah Kashmir yang dilanda konflik berkepanjangan. (AFP/OL-1)
Pesawat Air India penerbangan 171 jatuh kurang dari 40 detik setelah lepas landas di ahmedabad, Gujarat.
KABUT tebal dan kondisi cuaca ekstrem kembali memakan korban di jalur peziarahan Himalaya. Helikopter yang mengangkut peziarah dari Kedarnath jatuh di dekat Gaurikund, India utara.
Insiden ini terjadi hanya tiga hari setelah kecelakaan besar lain di India, ketika sebuah pesawat komersial milik Air India jatuh di Gujarat, menewaskan sedikitnya 270 orang.
JUMLAH korban tewas dalam kecelakaan pesawat penumpang milik Air India terus bertambah. Otoritas kepolisian mengonfirmasi 279 jenazah korban kecelakaan pesawat Air India telah ditemukan.
CEO Boeing Kelly Ortberg menegaskan bahwa timnya siap mendukung investigasi yang dipimpin oleh Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat India terkait kecelakaan pesawat Boeing 787.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved