Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PEMBUNUHAN komandan senior Pasukan Quds Garda Revolusi Iran, Jenderal Qassem Soleimani, dalam serangan udara militer AS di Baghdad, Irak, Jumat (3/1/2020) lalu, memicu munculnya demonstrasi di Washington, New York dan sejumlah wilayah Amerika Serikat (AS) lainnya. Demonstrasi tersebut menentang terjadinya perang antara Iran dengan AS.
Penyelenggara aksi mengatakan demonstrasi diadakan serempak di sekitar 70 kota wilayah AS guna mengecam pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani atas perintah Presiden AS Donald Trump. Serangan itu memicu kekhawatiran terjadinya perang baru di Timur Tengah.
"Kami tidak akan membiarkan negara kami dibawa ke dalam perang yang sembrono lainnya," ujar seorang orator demonstrasi yang berkumpul dengan sekitar 200 massa di luar Gedung Putih AS, Sabtu (4/1).
Setelah berunjuk rasa di depan Gedung putih, massa bergerak menuju Trump International Hotel, yang terletak tak jauh dari rumah presiden.
Salah satu demonstran, Sam Crook, prihatin atas tindakan Trump menabuh genderang perang atas Iran. Menurutnya, AS berada dalam cengkeraman pemimpin yang secara mental tidak stabil (Trump).
Baca juga: PM Inggris Bahas Soal Penyitaan Kapal Inggris oleh Otoritas Iran
Selain itu, Crook menyebut konfrontasi perang yang dilancarkan Trump terhadap Iran hanya pengalihannya jelang persidangan pemakzulan di Senat AS terkait Skandal Ukraina.
"Dia gila, dan memiliki reaksi kekanak-kanakan terhadap semuanya. Dan saya takut dia akan secara tidak sengaja dengan mudah memulai lautan api di Timur Tengah," kata Crook.
Warga Iran-Amerika, Shirin, khawatir tentang kemungkinan terjadinya perang dengan Iran, yang telah bersumpah untuk membalas dendam atas kematian Soleimani.
"Kami sudah menghabiskan triliunan dolar untuk memerangi perang yang tidak adil di Irak dan perang terpanjang hari ini di Afghanistan. Dan apa yang hendak kita tunjukkan untuk itu?" tutur Shirin.
Sementara itu, di Times Square New York, para demonstran turun ke jalan membawa poster serta atribut lainnya. Massa kemudian berteriak menyerukan protes terhadap prospek terjadinya perang dengan Iran dan penarikan 5.000 pasukan AS di Irak.
Selain di Washington dan New York, demonstrasi memprotes konfrontasi perang AS terhadap Iran juga terjadi di Chicago dan Los Angeles.
Pembunuhan Qassem Soleimani menandakan meningkatnya ketegangan antara Iran dan AS. Trump menginstruksikan pembunuhan Qassem Soleimani dengan dalih untuk menghentikan perang.
Adapun para pejabat AS mengatakan 3.000 tentara tambahan akan dikirim ke Timur Tengah sebagai tindakan pencegahan.(AFP/OL-5)
negara tertua di dunia yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu, bahkan 6000 sebelum masehi dan hingga kini masih bertahan
Ulama Iran beralasan hal itu untuk melindungi para perempuan dari atmosfer maskulin dan agar mereka tidak melihat pria setengah telanjang.
Setiap kali timnas Iran mencetak gol, para pendukung perempuan itu berteriak semakin kencang.
Di kualifikasi Zona Asia untuk Piala Dunia 2022,Timnas Australia memetik kemenangan 3-0 atas Nepal, Jumat, (11/6) waktu setempat.
Terakhir kali perempuan diizinkan menonton laga sepak bola di Stadion Azadi adalah pada Oktober 2019 kala Iran melumat Kamboja 14-0.
Politisi ultrakonservatif Iran mengecam Mahdavikia karena mengenakan jersey yang menampilkan semua bendera negara anggota FIFA, termasuk Israel di sebuah laga persahabatan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved