Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
PEMIMPIN Uni Eropa (UE) mempromosikan kesepakatan Brexit dengan Inggris, Kamis (17/10), namun Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menghadapi perlawanan keras dari parlemen.
"Tampaknya kami sudah dekat dengan penyelesaian," ujar Presiden Komisi UE Donald Tusk kepada reporter setelah 27 pemimpin Eropa menyetujui kesepakatan.
Namun, meski ada optimisme dari pihak Johnson, partai oposisi Inggris dan sejumlah sekutunya di DPR Inggris memperingatkan bahwa mereka tidak akan memberikan dukungan seandainya kesepakatan itu harus diputuskan melalui voting pada Sabtu (19/10).
Baca juga: Jerman Desak Turki Hentikan Serangan di Suriah
Jika kesepakatan itu ditolak, Johnson memiliki kewajiban untuk meminta pemimpin UE memiliki kesepakatan untuk menunda Brexit untuk ketiga kalinya, melanggar janjinya untuk memimpin Inggris meninggalkan Eropa pada 31 Oktober.
Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker memperingatkan bahwa penolakan seperti itu akan mempersulit situasi sementara Tusk mengatakan jika itu terjadi, dirinya akan berkomsultasi dengan negara anggota UE mengenai bagaimana menanggapinya.
Johnson bersikeras dirinya sangat optimistis anggota DPR Inggris akan mendukung kesepakatan itu. (AFP/OL-2)
Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyepakati kemitraan strategis Indonesia-Uni Eropa.
Usaha Presiden Prabowo Subianto menggandeng Uni Eropa merupakan langkah strategis dalam memperkuat diplomasi Indonesia di tengah dinamika global yang tidak menentu.
Prabowo mengatakan bahwa Eropa memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga stabilitas global, terutama di tengah situasi dunia yang tidak menentu.
Kebijakan visa cascade itu tak sekadar mempermudah kunjungan WNI ke Uni Eropa, tapi juga melancarkan upaya untuk berinvestasi, belajar, dan berjejaring.
Presiden Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif hingga 30% terhadap produk Uni Eropa dan Meksiko.
Setelah Rusia gempur Ukraina, Uni Eropa meluncurkan strategi penyimpanan darurat guna memastikan ketersediaan barang-barang penting seperti makanan, air, bahan bakar dan obat-obatan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved