Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

Indonesia Satu Visi dengan Tiongkok Soal Pengentasan Kemiskinan

Dero Iqbal Mahendra
27/4/2019 14:21
Indonesia Satu Visi dengan Tiongkok Soal Pengentasan Kemiskinan
Presiden Tiongkok Xi Jinping (kanan) bersama Wapres Jusuf Kalla.(AFP/Andrea VERDELLI )

WAKIL Presiden Jusuf Kalla menilai program Belt and Road Initiative (BRI) yang diprakarsai Tiongkok sebagai program yang baik. Indonesia pun memiliki sejumlah kesamaan pandangan dari program tersebut, misalnya saja terkait pengentasan kemiskinan.

Persoalan pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan pemerataan hasil pembangunan menjadi salah satu hal yang disinggung dalam pidato pembukaan BRI II oleh Presiden Tiongok Xi Jinping di Beijing, Jumat (26/4).

Xi menjelaskan salah satu tujuan dari BRI adalah pemerataan pembangunan, pengentasan kemiskinan, dan juga penciptaan lapangan kerja di negara negara anggota.

Dalam hal tersebut Indonesia memiliki kesamaan pandangan dengan Tiongkok. Menurut Wapres, pemerataan pembangunan dan pengentasan kemiskinan merupakan suatu hal yang penting.

"Jadi salah satu concernnya itu adalah pemerataan. Mereka mengatakan di Tiongkok itu kalau keluar Beijing dua jam perjalanan sudah dapat melihat kemiskinan. Sedangkan kita tentu lebih jauh lagi, hanya di belakang jalan Thamrin sudah kelihatan kemiskinan," tutur Jusuf Kalla saat ditemui saat sarapan di Beijing Tiongkok, Sabtu (27/4).

Baca juga: Wapres akan Sampaikan Pandangan Indonesia di BRF II

Jusuf Kalla menyatakan persoalan kemiskian dan ketimpangan memang harus diperbaiki demi kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Indonesia pun dalam hal ini juga mendorong gagasan yang sama seperti yang disampaikan Presiden Xi Jinping.

"Inilah yang memang harus sama sama kita perbaiki. Jadi kita (memang) memiliki program yang sama juga," terang Jusuf Kalla.

Senada dengan Wapres, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menerangkan kemiskinan dan gap dalam pembangunan memang dialami semua negara, tanpa terkecuali Tiongkok.

Presiden Xi dalam pidatonya, menurut Retno, juga menyebutkan bahwa untuk mencapai kemakmuran, konektivitas dan infrastruktur menjadi suatu keharusan.

"Konektivitas dalam konteks belt and road initiative itu juga antarnegara. Jadi bagaimana kita bisa memperdekat jarak antara negara negara itu demi kemakmuran. Dalam hal ini merupakan kemakmuran untuk semua, khususnya bagaimana mempersempit gap pembangunan di masyarakat," terang Retno.

Selain itu, pada pidatonya, Presiden Xi Jinping juga mendorong keterbukaan pasar di Tiongkok bagi negara negara anggota BRI dan akan melakukan ekspor impor kedua di Shanghai.

Tiongkok, menurut Xi, berencana menciptakan platform bagi bisnis di luar Tiongkok untuk masuk ke pasarnya.

Untuk itu, Tiongkok akan memotong sejumlah tarif dan menurunkan nontarif barier bagi produk import.

Menurut Xi, aliran barang, modal, teknologi, dan masyarakat merupakan hal yang vital bagi pertumbuhan ekonomi. Tiongkok juga akan membuka akses pasar dan mengurangi daftar negatif investasi serta mendorong porsi kepemilikan asing dari sektor lainnya.

Rencananya, KTT BRI II ini akan menghasilkan dokumen 'joint komunike'. Dokumen tersebut menurutnya tidak akan ditandatangani. Ada sejumlah sektor yang akan di highlight di dalamnya.

Misalnya penguatan strategi kebijakan pembangunan (strengthening development policy strategy), boosting infrafrastructure connectivity, promoting sustainable developmeny, strengtening practical cooperation, dan advancing people to people exchanges. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya