Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Uskup Agung Kolombo Merasa Dikhianati Intelejen Sri Lanka

Basuki Eka Purnama
27/4/2019 10:30
Uskup Agung Kolombo Merasa Dikhianati Intelejen Sri Lanka
Uskup Agung Kolombo Kardinal Malcolm Ranjith(AFP/ISHARA S KODIKARA)

PEMIMPIN umat Katolik Sri Lanka, Jumat (26/4), mengaku merasa dikhianati oleh kegagalan pemerintah menanggapi ancaman adanya serangan bom pada Hari Paskah.

Pemerintah Sri Lanka telah mengakui adanya keteledoran besar terhadap peringatan dari intelehen asing bahwa kelompok radikal Nasional Thowheeth Jama'ah (NTJ) berencana melakukan seragan bom bunuh diri di sejumlah gereja.

Pada 11 April, Kepala Polisi Sri Lanka merilis peringatan berdasarkan laporan intelejn. Namun, perdana menteri maupun menteri Sri Lanka mengaku tidak mendapatkan peringatan itu.

Sedikitnya 253 orang tewas ketika teroris meledakkan diri di dalam tiga gereja, termasuk dua gereja Katolik, dan tiga hotel di Sri Lanka.

Uskup Agung Kolombo Kardinal Malcolm Ranjith mengatakan gereja Katolik Sri Lanka sama sekali tidak diberi tahu mengenai ancaman serangan itu.

"Saya merasa dikhianati. Saya sangat sedih," ujar Ranjith ketika ditanya terkait peringatan serangan teror itu.

"Itu adalah sebuah kealpaan serius di sisi badan keamanan karena tidak memberi tahu kami," imbuhnya.

Baca juga: Muslim Sri Lanka Doa Bersama untuk Perdamaian

Dia menegaskan telah meminta penjelasan dari pemerintah namun tidak mendapatkannya.

"Mereka semua mengaku tidak tahu apa-apa. Mereka saling melempar tanggung jawab," kecam Ranjith.

Pada Jumat (26/4), Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe meminta maaf karena gagal mencegah aksi bom bunuh diri itu.

"Kami bertanggung jawab dan meminta maaf kepada semua warga karena gagal memberikan perlindungan kepada para korban," ungkap Wickremesinghe lewat Twitter.

"Kami berjanji akan membangun kembali gereja kita, membangkitkan ekonomi, dan mengambil langkah uang diperlukan untuk mencegah terorisme," imbuhnya.

Pengamat menyebut perselisihan antara Wickremesinghe dan Presiden Maithripala Sirisena menyebabkan berhentinya pembagian informasi intelejen itu. (AFP/OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya