Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Mencatat Sejarah Baru: Penemuan Lubang Hitam Supermasif Terbesar di Jagat Raya

Margaretha Tiffany
19/8/2025 17:15
Mencatat Sejarah Baru: Penemuan Lubang Hitam Supermasif Terbesar di Jagat Raya
Penemuan lubang hitam supermasive.(Dok. Freepik)

PARA astronom berhasil mengidentifikasi lubang hitam supermasif terbesar yang pernah tercatat, dengan massa mencapai 36 miliar kali massa Matahari. Gravitasi raksasa ini mampu membelokkan cahaya seluruh galaksi di belakangnya menjadi lingkaran nyaris sempurna, fenomena yang dikenal sebagai cincin Einstein.

Lubang hitam ini 10.000 kali lebih berat dari Sagitarius A* di pusat Bima Sakti dan mendekati batas teoritis ukuran lubang hitam di alam semesta. Tak heran, para ilmuwan menjulukinya “monster kosmik”.

Penelitian, yang dilansir news.com.au (18/09), menyoroti bintang-bintang di galaksi elips raksasa Messier 87 (M87) yang mengitarinya—dari kecepatan, jumlah, hingga usia.

“Objek ini termasuk dalam sepuluh lubang hitam paling masif yang pernah ditemukan, dan sangat mungkin yang terbesar,” ujar Thomas Collet, profesor astrofisika di University of Portsmouth sekaligus penulis studi yang diterbitkan di Monthly Notices of the Astronomical Society.

Penemuan Raksasa di Messier 87

M87, salah satu galaksi terbesar yang pernah terdeteksi, berjarak 5 miliar tahun cahaya dari Bumi. Cahaya yang kita terima kini dipancarkan ketika alam semesta baru berusia dua pertiga dari usianya sekarang.

Di masa itu, M87 dikenal sebagai “galaksi fosil” karena melahap galaksi-galaksi kecil di sekitarnya. Lubang hitam supermasif hasil penggabungan inilah yang kini terdeteksi sebagai lubang hitam ultramassive.

Para ilmuwan mengidentifikasi keberadaannya lewat dua bukti:

  • Lensa gravitasi, yang membelokkan cahaya dari galaksi lain.
  • Gerak bintang di pusat M87, yang melaju hingga 400 km/detik akibat tarikan gravitasi ekstrem.

Mengubah Persepsi tentang Alam Semesta

Biasanya, ada rasio sekitar 1000 banding 1 antara massa bintang dalam galaksi dan lubang hitam supermasifnya. Namun, data M87 menunjukkan rasio jauh lebih kecil, bahkan 100:1 atau 10:1 di masa awal kosmos.

Artinya, pada era tersebut, lubang hitam raksasa justru lebih umum dibandingkan perkiraan. Hal ini memberi indikasi kuat bahwa lubang hitam mungkin terbentuk lebih dulu daripada bintang.

“Dengan penemuan terbaru ini, kita mendapatkan petunjuk penting untuk menjawab teka-teki terbesar di alam semesta,” ujar astrofisikawan Ethan Siegel. “Beberapa tahun ke depan bisa membawa kita pada pemahaman yang lebih jelas tentang bagaimana semesta benar-benar bertumbuh. (news.com.au, futurism.com/Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya