Headline

Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.

Astrofisikawan Ambisius Mengirim Pesawat Sekecil Klip Kertas ke Lubang Hitam dalam Satu Abad

Thalatie K Yani
11/8/2025 08:00
Astrofisikawan Ambisius Mengirim Pesawat Sekecil Klip Kertas ke Lubang Hitam dalam Satu Abad
Astrofisikawan Cosimo Bambi mengusulkan misi nanokraf bertenaga laser menuju lubang hitam terdekat dalam waktu kurang dari satu abad.(Cosimo Bambi)

SEBUAH rencana visioner mengusulkan pengiriman pesawat luar angkasa sekecil klip kertas yang digerakkan laser dari Bumi menuju lubang hitam terdekat dalam waktu kurang dari satu abad. Dipimpin astrofisikawan Cosimo Bambi, misi ini bertujuan menguji batasan teori relativitas umum sekaligus menyelidiki misteri horizon peristiwa lubang hitam.

Meski teknologi saat ini belum memungkinkan, kemajuan dalam desain nanokraf, pendorongan laser, dan deteksi lubang hitam membuat perjalanan ini berpotensi terwujud dalam beberapa dekade ke depan. Misi ini bisa mengubah pemahaman kita tentang fisika secara mendasar.

Ide ini terdengar seperti fiksi ilmiah. Di mana pesawat sekecil klip kertas yang melaju secepat cahaya menggunakan sinar laser menuju lubang hitam, dengan tujuan meneliti struktur ruang dan waktu serta menguji hukum fisika. Namun, bagi Cosimo Bambi, ahli lubang hitam dan astrofisikawan, hal itu sangat mungkin terjadi.

Dalam jurnal iScience, Bambi memaparkan konsep untuk mewujudkan misi antar bintang ini. Jika berhasil, misi sepanjang satu abad ini dapat membawa data berharga dari lubang hitam terdekat yang bisa merevolusi teori relativitas umum dan hukum fisika.

“Kita belum memiliki teknologi untuk itu sekarang, tapi dalam 20 sampai 30 tahun mendatang, mungkin saja,” kata Bambi dari Universitas Fudan, Tiongkok.

Tantangan Misi

Dua tantangan utama misi ini adalah menemukan lubang hitam terdekat dan menciptakan probe, yang mampu bertahan selama perjalanan jauh tersebut.

Berdasarkan pengetahuan evolusi bintang, diperkirakan ada lubang hitam sekitar 20 hingga 25 tahun cahaya dari Bumi, tetapi menemukan lubang hitam bukan perkara mudah karena objek ini tidak memancarkan atau memantulkan cahaya, sehingga sulit dideteksi langsung. Para ilmuwan biasanya mengidentifikasinya lewat pengaruhnya pada bintang sekitar atau pembelokan cahaya.

“Teknologi baru memungkinkan kita menemukan lubang hitam,” ujar Bambi. “Saya yakin dalam satu dekade ke depan kita bisa menemukan satu yang cukup dekat.”

Setelah target ditemukan, tantangan berikutnya adalah cara mencapainya. Pesawat ruang angkasa konvensional yang memakai bahan bakar kimia terlalu besar dan lambat untuk perjalanan ini. Nanokraf, probe seberat gram yang terdiri dari microchip dan layar cahaya, menjadi solusi potensial. Sinar laser dari Bumi akan menembakkan foton ke layar ini, mempercepat pesawat hingga sepertiga kecepatan cahaya.

Dengan kecepatan itu, nanokraf bisa tiba di lubang hitam yang berjarak 20-25 tahun cahaya dalam waktu sekitar 70 tahun. Data yang dikumpulkan butuh waktu dua dekade lagi untuk dikirim kembali ke Bumi, sehingga total misi berlangsung sekitar 80-100 tahun.

Di dekat lubang hitam, para peneliti bisa melakukan eksperimen untuk menjawab pertanyaan besar fisika: Apakah lubang hitam benar-benar memiliki horizon peristiwa, batas dimana cahaya sekalipun tidak bisa lepas? Apakah hukum fisika berubah di dekat lubang hitam? Apakah teori relativitas umum Einstein tetap berlaku dalam kondisi ekstrim semesta?

Bambi menuturkan, biaya pembangunan laser saat ini bisa mencapai satu triliun euro, dan teknologi nanokraf masih dalam tahap pengembangan. Namun ia optimis biaya dan teknologi akan berkembang dalam tiga dekade mendatang.

“Mungkin terdengar gila dan seperti fiksi ilmiah,” katanya. “Tapi dulu orang bilang kita tidak akan pernah mendeteksi gelombang gravitasi karena terlalu lemah. Kini, 100 tahun kemudian, kita sudah melakukannya. Orang juga pernah bilang kita tidak akan bisa melihat bayangan lubang hitam, tapi sekarang kita sudah punya gambarnya.” (Science Daily/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya