Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
ARTIFICIAL intelligence atau akal imitasi (AI) dinilai memiliki potensi yang sangat besar dalam membentuk karakter bangsa. Untuk itu, AI tidak perlu dihindari, melainkan dirangkul agar menjadi kapabilitas diri.
Hal tersebut mengemuka dalam diskusi Istiqlal Technology Talks: Akal Imitasi (AI) dan Penguatan Karakter Bangsa di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (9/7).
Direktur Utama Bakti Komdigi Fadhilah Mathar menyampaikan, kita dapat memanfaatkan AI dengan maksimal sembari berusaha mengikis hal-hal negatif.
Ia memberikan dua contoh praktik yang bisa digunakan sehari-hari. Pertama, Fadhilah mencontohkan, penggunaan Google Maps dengan menggunakan AI sudah bisa menambahkan banyak sekali parameter ketika seseorang mau menuju suatu titik.
Google Maps tanpa AI misalnya hanya menawarkan pilihan-pilihan seperti mau menggunakan kendaraan umum atau pribadi.
“Tetapi begitu saya memasukkan Gemini untuk Google Maps ini, saya bisa menambahkan parameter lagi, masjid-masjid yang saya lalui sebelum saya sampai ke istiqlal. Misalnya orang-orang yang buru-buru mau ke Istiqlal, salat Jumat, tapi tidak sampai, mereka akan diberikan pilihan-pilihan seperti ini,” paparnya.
Hal kedua Fadhilah mencontohkan dirinya yang menggunakan aplikasi tartil Al-Quran dengan AI. Hal itu memudahkannya mengetahui tajwid yang paling sering salah berdasarkan warnanya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusdatin Kemendikdasmen Yudhistira Nugraha menyebut ada empat tingkatan bagaimana membangun literasi AI untuk penguatan karakter bangsa.
Pertama adalah find (menemukan), yakni bagaimana menemukan AI ini bermanfaat bagi kita. “Ini tahapan yang sangat basic yaitu lebih kepada mencari kemampuan-kemampuan dari masing-masing AI atau large language model (LLM) tersebut,” kata Yudhis.
Kedua adalah think (berpikir). Dalam konteks pendidikan misalnya bagaimana melatih peserta didik untuk berpikir kritis. Jangan sampai apa yang disampaikan AI langsung terima sebagai kebenaran.
“Contoh anak saya kalau apa-apa kan pakai salah satu AI. Tapi saya tanya, apakah jawaban itu benar. Coba bandingkan dengan membandingkan dengan model LLM lain, misalkan Copilot, Gemini, dan seterusnya. Di situ dia bisa melihat, oh ada perbedaan. Nah kenapa perbedaan itu berarti ada behind the scene-nya,” tuturnya.
Tahap ketiga adalah apply (menerapkan). Yudhis menjelaskan, dalam hal ini jangan langsung menggunakan AI tanpa tahu konteks atau apa manfaatnya, serta bagaimana menerapkannya untuk kebutuhan.
“Misalkan sebagai murid, sebagai researcher, oh ternyata AI itu membantu kita bisa menulis dalam bahasa Inggris yang baik. Kita menggunakan itu dengan bijak dan etis,” jelasnya.
Terakhir adalah develop (mengembangkan). “Bukan hanya sebagai pengguna. Artinya bagaimana kita ke depan membangun produk-produk AI sesuai dengan konteksnya kebutuhan kita,” ujarnya.
Ketua Tim Pelaksana Dewan TIK Nasional Ilham Akbar Habibie mengatakan alangkah baiknya AI digunakan untuk memperkuat karena dia adalah alat.
“Tentu AI sebagai alat bantu untuk manusia, bukan sebagai pengganti. Jadi kalau kita mendengar misalnya pendiri Open AI, Sam Altman, mengatakan tidak pernah dari awal AI dimaksudkan untuk menggantikan, itu lebih sebagai pelengkap,” kata Ilham.
Yang menurutnya perlu dilakukan dengan AI adalah untuk memperkuat program-program untuk kepentingan bangsa. “Kita cari yang kita mau. Kedaulatan pangan, kedaulatan air, kedaulatan energi. Misalnya makan begizi gratis dan sebagainya. Ini semuanya bisa kita majukan dengan menggunakan AI,” ungkapnya.
“Dia menjadi tool untuk memperbaiki kinerja daripada negara bangsa kita, khususnya buat pemerintah. Ada beberapa prioritas, itulah yang harus diperbaiki, disempurnakan. Bisa akselerasi atau bisa dibuat lebih efisien,” pungkas Ilham. (H-3)
MICROSOFT memperkenalkan mode Copilot pada aplikasi peramban Microsoft Edge, itu merupakan fitur berbasis AI yang mampu memudahkan pengguna saat berselancar di Microsoft Edge.
Financial Analyst Brahmantya Himawan mengatakan dalam dunia trading yang dipenuhi dinamika dan ketidakpastian, AI saja tidak cukup.
Penggunaan ChatGPT yang semakin masif ternyata memiliki dampak dan risiko pada diri penggunanya dan juga secara lebih luas bagi budaya masyarakat.
Sebuah penelitian dari Institut Max Planck untuk Pembangunan Manusia di Berlin, Jerman, menyebut ChatGPT telah secara signifikan memengaruhi cara manusia berbicara.
McKinsey juga mencatat bahwa perusahaan logistik yang proaktif mengadopsi AI memiliki margin keuntungan rata-rata 5% lebih tinggi dibandingkan yang tidak.
WARGA Jakarta dikejutkan oleh pemandangan tidak biasa pada Jumat, (18/7). Tiga unit mobil sport supercar dengan desain visual mencolok, bersama tiga truk LED bergaya futuristik,
SEORANG perempuan diduga menjadi korban penjambretan di sekitar Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Kejadian itu pun terekam oleh kamera seseorang dan beredar di media sosial.
MASJID Istiqlal mencanangkan Istiqlal EV Community yakni sebuah komunitas kendaraan listrik berbasis masjid pertama di Indonesia.
Bedah buku Mengarungi Jejak Merajut Asa 75 Tahun Indonesia-Tiongkok membahas tentang hubungan Indonesia-Tiongkok.
Sebanyak 100 pasangan dari berbagai latar belakang resmi menikah dalam perhelatan nikah massal yang diadakan Kemenag di Masjid Istiqlal.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved