Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Strok tak Lagi Identik dengan Penyakit Orang Tua, Anak Muda juga Berisiko

Despian Nurhidayat
14/6/2025 10:14
Strok tak Lagi Identik dengan Penyakit Orang Tua, Anak Muda juga Berisiko
ilustrasi(freepik)

DOKTER spesialis neurologi atau saraf di Rumah Sakit Universitas Indonesia, dr. Nurul Fadli, mengatakan bahwa dulu strok identik dengan  penyakit orang tua. Namun saat ini terdapat pola pergeseran epidemiologi strok ke arah usia produktif, bahkan dapat menyerang anak dan remaja. 

“Selama satu dekade terakhir, terdapat peningkatan jumlah kasus strok usia muda sebesar 67%.  Strok di usia muda memiliki dampak yang luas baik secara ekonomi maupun  sosial, yang akan membutuhkan perawatan medis lebih lama dan berbiaya besar. Data dari BPJS Kesehatan pada 2018 menunjukkan strok menghabiskan dana sebesar Rp2,56 triliun,” ungkapnya dilansir dari laman Rumah Sakit Universitas Indonesia. 

Faktor risiko  terjadinya strok antara lain hipertensi, peningkatan kadar gula darah, peningkatan kadar kolesterol, dan obesitas.  Di usia produktif, faktor risiko strok lebih sering disebabkan karena gaya hidup yang kurang baik, seperti pola makan yang tidak teratur, asupan gizi yang tidak seimbang, merokok, konsumsi alkohol, kurang bergerak secara aktif serta jarang berolahraga. 

Namun strok di usia muda memiliki beberapa faktor risiko yang berbeda dengan usia tua. Faktor risiko tersebut antara lain kelainan pembekuan darah. Beberapa penyakit yang menyebabkan  gangguan pembekuan darah seperti, sindrom antifosfolipid, anemia sel sabit, lupus, kanker dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyumbatan  pembuluh darah. 

Ada juga kelainan jantung seperti gangguan irama jantung, infeksi  jantung, serta adanya kebocoran katup jantung (patent foramen ovale) akan meningkatkan risiko terjadinya strok sumbatan.

Kelainan pembuluh darah seperti pelebaran pembuluh darah (aneurisma) dan malformasi arteri vena merupakan penyebab tersering  terjadinya stroke  pendarahan di usia muda. 

Sebanyak 1/3 penderita strok memiliki riwayat sakit kepala tipe migrain. Adanya migrain, terutama yang disertai dengan gejala penyerta seperti melihat kilatan cahaya, gangguan penglihatan, kesemutan dan kelemahan anggota gerak dapat meningkatkan risiko terjadinya strok sumbatan. 

Mehamilan dan masa nifas dapat meningkatkan risiko terjadinya strok sumbatan terutama mulai dari trimester ketiga hingga 6 minggu pascapersalinan. Penggunaan kontrasepsi hormonal juga meningkatkan risiko terjadinya strok sumbatan. 

Penggunaan obat-obatan terlarang seperti ganja, opioid dan kokain meningkatkan risiko terjadinya stroke , baik akibat langsung dari obat-obatan tersebut maupun akibat jalur penggunaan obat yang disuntikkan melalui pembuluh darah vena atau inhalasi.

Beberapa kelainan genetik seperti penyakit Fabry, gangguan mitokondria (MELAS), cerebral small vessel  disease(CADASIL) dan sindrom Marfan berisiko terjadinya terjadinya strok sumbatan.

Mencegah serangan strok terutama di usia muda penting dilakukan agar tidak menyesal di kemudian hari. Beberapa  faktor risiko terjadinya stroke  dapat dimodifikasi dengan cara menjalankan pola hidup sehat seperti mengatur pola makan, olahraga secara rutin, membatasi konsumsi alkohol, dan berhenti merokok. 

Selain itu jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berkala untuk mencegah  dan mengenali faktor risiko strok. (H-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya