Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KEMENTERIAN Agama (Kemenag) turut buka suara terkait keberadaan grup Facebook Fantasi Sedarah yang memicu kehebohan di dunia maya. Kemenag menilai konten digital yang menormalisasi atau meromantisasi hubungan sedarah alias inses, walaupun hanya berupa tulisan atau fantasi, tetap berbahaya. Pasalnya itu dapat memengaruhi cara pandang masyarakat terhadap batasan moral dan hukum.
“Fenomena semacam ini tidak boleh dianggap remeh. Ketika masyarakat dibiarkan terpapar tanpa edukasi yang benar, maka batas antara yang halal dan haram akan kabur,” ungkap Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Kemenag Arsad Hidayat dalam keterangannya, Selasa (20/5).
Sebagai langkah preventif, Kemenag mendorong peningkatan edukasi keagamaan secara komprehensif di lingkungan keluarga, sekolah, hingga ruang digital. Arsad menekankan pentingnya pemahaman yang mendalam mengenai siapa saja yang termasuk mahram agar masyarakat dapat menjaga nilai dan kehormatan keluarga.
“Islam bukan hanya mengatur halal dan haram, tapi juga mengarahkan umatnya agar hidup sesuai fitrah, menjaga martabat, dan membangun peradaban yang sehat. Keluarga adalah titik awalnya,” tuturnya.
Di tengah gempuran konten digital yang mengaburkan batas moral, Kemenag mengajak masyarakat untuk bersikap bijak dan kritis dalam menyaring informasi. “Pemahaman yang utuh tentang relasi mahram bukan hanya menjaga kesucian keluarga, tapi juga pondasi bagi generasi masa depan yang kuat dan beradab,” pungkas Arsad. (H-3)
POLISI mengungkap kasus distribusi konten pornografi dari grup Facebook Fantasi Sedarah yang memuat konten negatif terkait hubungan sedarah atau inses.
KEMENTERIAN Agama (Kemenag) turut buka suara terkait keberadaan grup Facebook Fantasi Sedarah yang memicu kehebohan di dunia maya.
Sebelumnya, jagat maya dihebohkan dengan kemunculan grup Facebook bernama Fantasi Sedarah, yang kini telah berganti menjadi Suka Duka.
Firman menekankan bahwa negara harus turun tangan untuk memberantas perkumpulan menyimpang tersebut.
Fokus diarahkan pada konten berbahaya yang sulit dideteksi algoritma seperti grup tertutup atau konten yang dibungkus bahasa kode misalnya istilah samar untuk inses.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved