Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Perhatikan Obat yang Sebabkan Gagal Ginjal

M Iqbal Al Machmudi
21/3/2025 19:47
Perhatikan Obat yang Sebabkan Gagal Ginjal
Ilustrasi(freepik.com)

PENYAKIT gagal ginjal salah satu disebabkan karena pasien sering mengonsumsi obat-obatan secara secara terus menerus dan dalam kurun waktu yang lama. Namun ternyata hanya tidak semua obat yang menyebabkan gagal ginjal meski dikonsumsi dalam waktu yang panjang.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Ginjal Hipertensi RSUP Fatmawati, Elizabeth Yasmine Wardoyo mengatakan penyakit ginjal biasanya disertai penyakit lain seperti hipertensi, diabetes melitus (DM), jantung, dan lain sebagainya. Sehingga ada banyak obat yang perlu dikomnsumsi sehingga perlu berkonsultasi dengan dokter.

Obat-obatan untuk penyakit jantung, DM, atau pun hipertensi tidak merusak ginjal. Tapi yang perlu diwaspadai adalah obat-obat penghilang nyeri atau penghilang rasa sakit yang ternyata sering kali merusak ginjal.

"Apalagi misalnya yang sering terjadi pasien gemuk membuat nyeri lututnya. Selama gemuk pasti lututnya nyeri terus karena menopang badan yang berlebih. Selama itu jadi minum obat penghilang nyeri terus menerus maka itu yang harus diwaspadai," kata Yasmine saat ditemui di RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan, Kamis (12/3).

Pada kasus seperti itu yang harus dilakukan adalah menurunkan berat badan agar lututnya tidak merasa nyeri baik dilakukan dengan cara operasi atau perlu konsultasi lanjutan oleh dokter spesialis terkait.

Sehingga tidak tergantung pada obat-obat nyeri. Terutama sekali untuk pasien-pasien yang sudah ada gangguan fungsi ginjal, misalnya pasien gangguan ginjal yang berobat ke dokter lain, dan dokter itu tidak mengetahui pasien menderita risiko gangguan ginjal sehingga diberikan obat-obat pain killer yang biasa.

"Padahal obat-obat itu jadi bahaya kalau untuk pasien dengan penyakit ginjal. Oleh karena itu saya biasanya bilang pasien-pasien kalau memang ada gangguan fungsi ginjal mau berobat kemana pun boleh tapi harus bilang, saya ada gangguan ginjal jadi hati-hati dengan pain killer," ujarnya.

Meski begitu, konsumsi obat apapun harus sesuai dosis dan resep yang diberikan dokter terkait. Sepert pada pasien hipertensi targetnya agar tekanan darahnya terkontrol.

"Kalau kita hipertensi, minum obat hipertensi namun tidak pernah kontrol tekanan darah di rumah kalau tekanan darahnya tetap 160-170 kebayangkan rusak juga ginjalnya nanti yang disalahin obatnya," ucapnya.

Jadi hal-hal seperti ini perlu pasien komunikasikan terutama pada pendamping atau keluarga pasien untuk periksa tekanan darahnya di rumah maupun di rumah sakit.

Selain itu, menjaga fungsi ginjal dan mengendalikan anemia sangat penting dilakukan setiap orang, karena anemia merupakan salah satu komplikasi yang umum terjadi pada tahap menengah hingga lanjut penyakit ginjal kronis (PGK) dan cenderung memburuk seiring dengan penurunan fungsi ginjal hingga mencapai tahap gagal ginjal. 

"Penanganan anemia pada pasien predialisis berperan penting dalam memperlambat progresi PGK menuju hemodialisis. Penggunaan long-acting erythropoietin, yang memungkinkan frekuensi injeksi yang lebih jarang, cukup 1-2 kali sebulan, dapat meningkatkan kenyamanan pasien sekaligus mendukung kepatuhan terhadap regimen pengobatan," jelasnya.

Efepoetin Alfa merupakan inovasi pengembangan produk bioteknologi yang dilakukan secara berkelanjutan oleh Kalbe dan anak usahanya dalam menyediakan pilihan terapi yang optimal. Efepoetin Alfa adalah long-acting erythropoiesis-stimulating agent (ESA) yang terbukti efektif dan aman berdasarkan uji klinis global pada 391 pasien di tujuh negara termasuk Indonesia.

Sejak peluncurannya di Indonesia, dalam kurun waktu satu tahun, Efesa sudah memberikan manfaat pada ratusan pasien PGK dalam melindungi kesehatan ginjal mereka. Dalam waktu dekat, produk inovatif ini akan segera diluncurkan di berbagai negara guna memperluas akses dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi pasien. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya