Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
CENTER for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) melihat taktik promosi industri makanan dan minuman tinggi gula dan akses yang mudah terhadapnya menyebabkan tingginya angka obesitas di Indonesia.
“Butuh langkah tegas untuk menekan konsumsi produk tinggi gula. Faktor lingkungan dan kebijakan justru menjadi faktor penentu kondisi kesehatan seseorang,” kata Founder dan CEO CISDI Diah S. Saminarsih pada peringatan Hari Obesitas Sedunia 2025 (World Obesity Day 2025) bertajuk Mission: Possible Resep Berbuka Sehat yang diselenggarakan CISDI di Gedung Sarinah, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (8/3).
Survei Kesehatan Indonesia (2023) menyebut 23,4% penduduk di atas usia 18 tahun mengalami obesitas. Sayangnya, masyarakat masih memandang obesitas dipengaruhi gaya hidup semata. Padahal, faktor lingkungan, sosial, dan ekonomi juga berpengaruh besar. Contoh harga murah minuman manis dalam kemasan (MBDK) membuatnya sangat mudah dibeli.
Survei Sosial Ekonomi Nasional (2022) menyatakan sebanyak 34,15% rumah tangga di Indonesia mengonsumsi MBDK. Sementara, Survei Kesehatan Indonesia (2023) mencatat 46,3% penduduk mengkonsumsi MBDK 1-6 kali per minggu.
Beberapa negara berhasil mengendalikan konsumsi pangan tidak sehat dan juga MBDK. Salah satunya melalui penerapan label peringatan depan kemasan atau front-of-package warning labeling (FOPWL) yang memudahkan konsumen menghindari produk olahan pangan tinggi gula, garam, dan lemak (GGL).
"Hidup sehat dimulai dari perubahan cara pikir dan makan serta dibarengi rasa ikhlas dan kesabaran. Di komunitas Eating Reorder, kami memilih jalan alami tanpa obat, suplemen, atau produk lain. Cukup makan, tidur, dan jalan-jalan. Sederhana saja. Yakin, jika kita punya niat kuat untuk sehat, pasti mengalahkan segala kendala. Konsisten membentuk kebiasaan membuat kita semua semakin sadar pentingnya
menjaga kesehatan. Umur di tangan Tuhan, kesehatan di tangan kita," kata Roy Irawan, Founder Eating Reorder.
CISDI memberikan tiga rekomendasi untuk meningkatkan upaya pencegahan obesitas:
Pembatasan bertujuan agar anak tidak terpengaruh mengonsumsi makanan dengan kandungan garam, gula dan lemak tinggi yang kerap kali dipromosikan melalui iklan.
75% kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit tidak menular (PTM), yang sebenarnya dapat dicegah dengan pola makan sehat.
Obesitas terbukti meningkatkan risiko kanker empedu melalui pembentukan radikal bebas dan peradangan kronis.
Data terbaru Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat bahwa 19,7% anak usia 5–12 tahun dan 14,3% anak usia 13–18 tahun mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
Penurunan berat badan ternyata tak hanya mengurangi lemak, tapi juga 'meremajakan' jaringan lemak di tingkat sel.
Diabetes melitus dan obesitas dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kandung empedu yang signifikan.
Dalam dunia kerja, obesitas dapat mengganggu keberlangsungan produktivitas (brain fog) dan penurunan kesehatan karena penyakit penyerta dari obesitas.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved