Headline
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.
PENYAKIT demam berdarah dengue (DBD) membutuhkan penanganan cepat untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi DBD seperti kebocoran plasma darah dan dengue shock syndrome (DSS) sangat berisiko meningkatkan potensi kematian akibat DBD.
Guru Besar dalam Bidang Ilmu Virologi dan Imunologi Virus Demam Berdarah Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI), Beti Ernawati Dewi, mengatakan deteksi dini sangat krusial dalam penanganan kasus DBD. Dengan penanganan tepat dan cepat, pasien DBD akan terhindar dari dehidrasi, penyebab utama komplikasi DBD.
Ia berharap masyarakat memahami pentingnya deteksi dini DBD, sehingga Indonesia zero kematian tahun 2030 dapat tercapai.
Beti mengatakan DBD yang disebabkan karena infeksi virus dengue (DENV), masih merupakan masalah kesehatan di dunia, termasuk Indonesia. Sejak pertama kali dilaporkan di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968, kasus DBD terus meningkat secara bermakna dan berdampak pada semua provinsi di Indonesia.
Angka kasus kematian akibat DBD di Indonesia menempati urutan pertama jika dibandingkan dengan negara-negara lain setiap tahunnya. DI tahun 2023, angka kematian akibat DBD di Indonesia mencapai 894 kasus. Di tahun 2024, ada lebih dari 1.000 kematian akibat DBD di seluruh Indonesia.
Kematian akibat DBD terjadi arena keterlambatan dalam penanganan. Gejala klinis yang kerap tidak khas pada DBD menyulitkan klinisi dalam menegakkan diagnosis.
Deteksi dini DBD pada awal infeksi dapat membantu tenaga medis memberikan penatalaksanaan yang cepat dan tepat, sehingga kematian dapat dicegah
(Ant/H-3)
Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, pencegahan agar nyamuk tidak berkembang biak dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip 3M Plus dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk.
MUSIM kemarau basah merupakan kondisi yang memungkinkan timbul dan merebaknya berbagai penyakit. Di antaranya seperti demam berdarah dengue (DBD), diare, dan leptospirosis.
"Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menjadi vektor utama. Keberadaan dan penyebarannya yang meluas menjadikan arbovirus sebagai ancaman serius,”
Sejumlah faktor turut memperparah penyebaran penyakit DBD yakni tingginya mobilitas penduduk, perubahan iklim, dan urbanisasi.
DOKTER spesialis penyakit dalam dr. Dirga Sakti Rambe menyebut terdapat penjelasan mengapa kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia sulit sekali dihentikan.
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) melaporkan hingga 2 Juni 2025 terdapat 277 kasus kematian akibat DBD dari 63.014 kasus incidence rate dari berbagai daerah.
Komplikasi DBD umumnya terjadi akibat terlambatnya penanganan dan menyebabkan pasien mengalami Dengue Shock Syndrome (DSS).
Memastikan kecukupan asupan cairan menjadi hal krusial yang harus dilakukan pada pasien DBD untuk mencegah kebocoran plasma darah yang rentan menyebabkan kematian.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved