Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Pencurian Peralatan BMKG di Sulawesi Selatan Ancam Sistem Peringatan Dini Gempa dan Tsunami

Atalya Puspa
15/2/2025 15:39
Pencurian Peralatan BMKG di Sulawesi Selatan Ancam Sistem Peringatan Dini Gempa dan Tsunami
Alat pendeteksi tsunami dicuri(Ilustrasi)

PENCURIAN dan perusakan peralatan monitoring gempa dan sistem peringatan dini tsunami milik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali terjadi. Insiden terbaru berlangsung di Desa Buae, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, pada 12 Februari 2025. Pelaku mencuri enam unit aki dan dua panel surya, sumber daya utama stasiun seismik BMKG di lokasi tersebut.

Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengungkapkan bahwa insiden ini bukan yang pertama.

"Ini adalah kejadian keempat kalinya pencurian dan perusakan peralatan BMKG terjadi di lokasi yang sama," ujarnya, Sabtu (15/2).

Dalam aksinya, pelaku membongkar bangunan shelter, masuk ke dalamnya, dan mengambil seluruh baterai yang menjadi penopang sistem monitoring gempa. Akibatnya, BMKG terpaksa mengevakuasi semua perangkat tersisa, termasuk sensor, digitizer, dan peralatan komunikasi, guna mencegah kerugian lebih lanjut.

Pola Pencurian Terus Berulang

Pencurian peralatan BMKG bukanlah kejadian baru. Data BMKG sejak 2015 mencatat setidaknya 10 insiden serupa di berbagai wilayah Indonesia. Kasus-kasus tersebut antara lain:

Daryono menekankan bahwa lokasi pencurian bukanlah daerah sembarangan. "Wilayah Sidrap berada di jalur patahan aktif Sesar Walanae, sesar regional yang mampu memicu gempa hingga magnitudo Mw7,1," jelasnya.

Kawasan ini pernah diguncang gempa berkekuatan Mw6,0 pada 29 September 1997 yang menewaskan 16 orang dan merusak ratusan rumah. Selain itu, wilayah ini rentan terhadap dampak ikutan seperti longsor, runtuhan batu, dan likuifaksi.

Daryono mengingatkan bahwa Sulawesi Selatan memiliki sejarah tsunami. Tsunami pernah terjadi di Teluk Mandar akibat gempa Mw6,3 pada 11 April 1967, yang menewaskan 58 orang. Oleh karena itu, keberadaan peralatan monitoring gempa sangat vital untuk meminimalkan risiko bencana.

"Pencurian ini merugikan keselamatan masyarakat. Tanpa sensor yang berfungsi, sistem peringatan dini menjadi lumpuh," tegas Daryono.

BMKG mengimbau masyarakat untuk menghentikan aksi pencurian dan perusakan peralatan. "Kami memohon dengan sangat, jika belum bisa aktif dalam mitigasi bencana, setidaknya jangan merusak alat yang melindungi keselamatan banyak orang," kata Daryono.

Ia juga meminta pemerintah daerah turut berperan dalam menjaga keamanan peralatan BMKG yang dipasang di lokasi-lokasi strategis.

"Peralatan ini menggunakan teknologi canggih dengan biaya besar, sehingga tidak mudah untuk segera menggantinya," tambahnya.

Daryono berharap semua pihak memahami pentingnya menjaga sistem peringatan dini demi keselamatan bersama. "Kami berharap pengertian dan perhatian semua pihak agar sistem peringatan dini tetap berjalan optimal, khususnya di Sulawesi Selatan dan seluruh Indonesia," tandas dia. (Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya