Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pakar UGM: Bantuan Amerika USAID Ditutup, Peneliti di Bidang Kesehatan harus lebih Kreatif Cari Pendanaan Riset

Ardi Teresti Hardi
14/2/2025 22:00
Pakar UGM: Bantuan Amerika USAID Ditutup, Peneliti di Bidang Kesehatan harus lebih Kreatif Cari Pendanaan Riset
Ilustrasi(Dok UGM)

Acara yang diadakan oleh Pusat Kedokteran Tropis (PKT) UGM ini menghadirkan para ahli, akademisi, dan praktisi dari berbagai negara untuk membahas inovasi serta tantangan dalam pengendalian penyakit tropis di tengah perubahan dunia yang dinamis. 

Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM. FK-KMK UGM, Prof. dr. Yodi Mahendradhata menyampaikan, saat ini merupakan momen krusial bagi kesehatan global.

Hal itu disebabkan oleh Amerika Serikat yang keluar dari WHO dan menghentikan United States Agency for International Development (USAID), Centers for Disease Control and Prevention (CDC), dan National Institutes of Health (NIH).

"Kampus dan para peneliti harus mencari inovasi baru yang efektif dan efisien agar lebih resilience dalam menangani penyakit-penyakit tropis ini di tengah ketidakpastian saat ini," terang dia dalam Konferensi Internasional Gadjah Mada International Conference on Tropical Medicine (GAMA-ICTM) 2025 di FKKMK UGM, (14/2).

Konferensi yang berlangsung selama dua hari ini bertujuan untuk memperkuat kolaborasi global dalam menemukan solusi berkelanjutan untuk berbagai tantangan kesehatan. Pelaksanaan konferensi dua tahunan ini, lanjut Prof Yodi, menjadi momen yang krusial sebagai wadah untuk berbagi pengetahuan terkini, mendiskusikan inovasi medis, serta memperkuat kolaborasi dalam pengendalian dan pencegahan penyakit tropis.

"Sekarang kita harus kreatif dalam mencari sumber-sumber pendanaan yang lain, misalnya melalui filantropi dan CSR (Corporate Social Responsibility)," terang dia. Pasalnya, saat ini, dunia masih berada pada ketidakpastian kebijakan politik, peralihan prioritas kesehatan global dan tidak  menentunya pendanaan dengan jumlah yang signifikan. 

Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr. Yudhi Pramono mengatakan, pencegahan dan pengendalian penyakit tropis memerlukan sinergi global. "Pemerintah berkomitmen dalam menangani penyakit tropis di Indonesia, misalnya dengue, TBC, dan malaria. Pemerintah telah mengembangkan berbagai strategi, termasuk pengawasan terintegrasi, sistem peringatan dini, serta pemanfaatan kecerdasan buatan untuk kesiapsiagaan pandemi," kata dia.

Hari pertama GAMA-ICTM 2025 menghadirkan dua simposium utama yang membahas inovasi dan tantangan dalam pengendalian penyakit tropis. Simposium pertama menyoroti pengembangan vaksin malaria, dampak perubahan iklim terhadap vektor penyakit, serta tantangan deteksi dini.

Simposium kedua membahas strategi peningkatan cakupan vaksinasi, termasuk pengalaman global dalam pemberantasan polio dan tantangan vaksin oral, dengan pembicara dari University of Alabama, Imperial College London, dan Kementerian Kesehatan RI.

Selain diskusi ilmiah, hari pertama GAMA-ICTM 2025 juga menampilkan peluncuran buku yang mengupas tantangan serta solusi dalam pengendalian penyakit tropis. Dokterr. Risalia Reni Arisanti memperkenalkan buku pertama yang menyoroti evaluasi program kesehatan dengan judul yang sama dan Prof. dr. Eggi Arguni memaparkan buku kedua yang berfokus pada dinamika penyakit demam berdarah berjudul Dengue: Berbagai Aspek dan Solusinya. 

Peluncuran buku ini menjadi bagian penting konferensi yang menghadirkan wawasan baru bagi akademisi, praktisi, dan pembuat kebijakan dalam memperkuat sistem kesehatan global. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya