Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
KEMENTERIAN Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) akan mulai memfokuskan riset pada 9 sektor investasi prioritas di antaranya energi baru terbarukan, hilirisasi, ketahanan pangan, semikonduktor, ekonomi digital dan pusat data, industri manufaktur berorientasi ekspor, kesehatan, ibu kota nusantara (IKN), serta pendidikan dan vokasi.
Hal ini dilakukan agar riset dapat memecahkan permasalahan yang dibutuhkan oleh Indonesia dan juga agar pendanaan riset tidak hanya mengandalkan APBN tapi juga dapat menjalin kemitraan dengan industri.
“Jadi sekarang yang kita kembangkan adalah ekosistem riset. Jadi ekosistem riset ini supaya industri dan pemangku kepentingan yang lain, investor maksudnya di situ, itu tertarik juga untuk terlibat dalam riset dan juga kita ingin riset itu lebih dipimpin oleh industri, sehingga industri merasakan kelebihan dari keterlibatan mereka di dalam riset. Karena memang ini model di luar negeri juga sudah lumayan umum ya, jadi kalau riset itu pendanaannya tidak semuanya dari pemerintah, tapi juga dari industri itu sendiri dan juga dari bagian-bagian dari komunitas di masyarakat. Bahkan pemerintah daerah juga bisa berkontribusi di sini,” ungkap Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan, Kemdiktisaintek, Fauzan Adziman dalam acara Ngopi bareng Kemdiktisaintek di Jakarta, Selasa (11/1).
Lebih lanjut, dana riset di Kemdiktisaintek sendiri mencapai Rp1,2 triliun dari anggaran sebesar Rp57 triliun. Pada 2024, dana riset atau penelitian sendiri hanya mampu membiayai 7% dari total proposal yang masuk ke Kemdiktisaintek.
Hal ini berarti dana riset yang ada selama ini sangat terbatas dan kecil, sehingga untuk memaksimalkan potensi yang ada, riset akan dimaksimalkan dalam 9 sektor investasi prioritas.
“Jadi dana riset di Indonesia memang kita boleh dibilang masih kecil ya. Terutama untuk pengembangan teknologi dan teknologi ini memang diperlukan untuk peningkatan nilai tambah. Salah satunya adalah pentingnya pengembangan untuk hilirisasi. Jadi hilirisasi ini tidak bisa hanya dengan jual-beli. Kita ingin lebih banyak lagi mengurangi impor dan mensubsidisi impor menggunakan produk-produk yang kita kembangkan di dalam negeri. Ini kita memerlukan dana riset dan pengembangan yang sebaiknya bisa berkembang,” kata Fauzan
“Tapi kami juga tidak berhenti dengan dana riset yang kecil, tapi juga mengembangkan kerja sama. Jadi diharapkan juga dari industri atau dari pemerintah daerah dan juga dari berbagai pemangku kepentingan dapat bekerja sama supaya ekosistem yang kita kembangkan ini bisa berkembang,” sambungnya.
Fauzan menambahkan bahwa pihaknya juga sudah mulai mengidentifikasi penelitian yang sifatnya tidak krusial dan dapat ditunda, khususnya yang tidak berkaitan dengan 9 sektor investasi prioritas tadi.
Selain itu, pihaknya juga sedang mengembangkan kerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) agar riset yang dilakukan juga sesuai dengan kebutuhan yang ada di Indonesia.
“Kita ingin integrasi bukan hanya beasiswa di riset tapi antar perguruan tinggi luar dan Indonesia. Selama ini beasiswa (LPDP) itu hanya dipersyaratkan LoA dari luar negeri tapi bidang yang diriset tidak diintegrasikan. Ketika kerja kita tidak tahu juga mereka bekerja bidang apa. Ke depan akan terhubung ekosistem riset di Indonesia. Ini akan meningkatkan ekosistem riset di dalam negeri. Jadi kita ingin tingkatkan interaksi dalam negeri dan luar negeri,” ujar Fauzan.
“Kita sudah komunikasi dengan pihak LPDP dan mereka sangat terbuka ya. Karena kan kalau kemarin kan semua lebih pengelolaannya di Kementerian Keuangan. Mereka tidak bisa melihat data-data riset itu. Tapi kalau sekarang karena pengelolaannya lebih ke community scientist dan data-data ada di kita, sehingga kita bisa integrasikan dengan LPDP. Itu mulai di tahun ini,” pungkasnya.(H-2)
KEPALA Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko menegaskan bahwa wacana efisiensi anggaran BRIN 2025 masih dalam tahap simulasi internal.
Sepanjang 2024, BRIN mencatatkan 539 capaian Kekayaan Intelektual (KI) yang meliputi paten, hak cipta, merek, desain industri, dan Perlindungan Varietas Tanaman (PVT).
Skema-skema pendanaan ini terbuka untuk berbagai disiplin ilmu dan sektor, mulai dari riset dasar hingga komersialisasi hasil inovasi.
BRIN berkomitmen untuk menjadi fasilitator utama dalam pengembangan riset di Indonesia bekerja sama dengan berbagai kementerian terkait, univesitas, dan industri.
Peneliti Rice University dan University of Houston menciptakan biopolimer baru sekuat logam namun fleksibel seperti plastik, tanpa polusi.
UNTUK memperkuat peran akademisi sebagai mitra strategis pemerintah dan dunia usaha, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) menandatangani sejumlah nota kesepahaman dengan berbagai pihak.
Peningkatan kualitas pendidikan tinggi bisa dicapai antara lain dengan memperkuat kolaborasi riset.
TAK mudah melangkah keluar dari kenyamanan, namun Almi membuktikan bahwa keberanian mencoba membuka pintu peluang besar.
Era Soekamto mengatakan akan terus melestarikan dan mempromosikan batik melalui karya-karya rancangannya sebagai seorang desainer serta menghadirkan platform Nusantara Wisdom.
Riset Akademik dalam Olahraga Prestasi Studi yang dilakukan Reilly, Bangsbo, dan Franks (2000) mencatat bahwa olahraga prestasi tidak lagi sekadar ajang unjuk kekuatan fisik dan bakat alami.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved