Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KEMENTERIAN Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) akan mulai memfokuskan riset pada 9 sektor investasi prioritas di antaranya energi baru terbarukan, hilirisasi, ketahanan pangan, semikonduktor, ekonomi digital dan pusat data, industri manufaktur berorientasi ekspor, kesehatan, ibu kota nusantara (IKN), serta pendidikan dan vokasi.
Hal ini dilakukan agar riset dapat memecahkan permasalahan yang dibutuhkan oleh Indonesia dan juga agar pendanaan riset tidak hanya mengandalkan APBN tapi juga dapat menjalin kemitraan dengan industri.
“Jadi sekarang yang kita kembangkan adalah ekosistem riset. Jadi ekosistem riset ini supaya industri dan pemangku kepentingan yang lain, investor maksudnya di situ, itu tertarik juga untuk terlibat dalam riset dan juga kita ingin riset itu lebih dipimpin oleh industri, sehingga industri merasakan kelebihan dari keterlibatan mereka di dalam riset. Karena memang ini model di luar negeri juga sudah lumayan umum ya, jadi kalau riset itu pendanaannya tidak semuanya dari pemerintah, tapi juga dari industri itu sendiri dan juga dari bagian-bagian dari komunitas di masyarakat. Bahkan pemerintah daerah juga bisa berkontribusi di sini,” ungkap Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan, Kemdiktisaintek, Fauzan Adziman dalam acara Ngopi bareng Kemdiktisaintek di Jakarta, Selasa (11/1).
Lebih lanjut, dana riset di Kemdiktisaintek sendiri mencapai Rp1,2 triliun dari anggaran sebesar Rp57 triliun. Pada 2024, dana riset atau penelitian sendiri hanya mampu membiayai 7% dari total proposal yang masuk ke Kemdiktisaintek.
Hal ini berarti dana riset yang ada selama ini sangat terbatas dan kecil, sehingga untuk memaksimalkan potensi yang ada, riset akan dimaksimalkan dalam 9 sektor investasi prioritas.
“Jadi dana riset di Indonesia memang kita boleh dibilang masih kecil ya. Terutama untuk pengembangan teknologi dan teknologi ini memang diperlukan untuk peningkatan nilai tambah. Salah satunya adalah pentingnya pengembangan untuk hilirisasi. Jadi hilirisasi ini tidak bisa hanya dengan jual-beli. Kita ingin lebih banyak lagi mengurangi impor dan mensubsidisi impor menggunakan produk-produk yang kita kembangkan di dalam negeri. Ini kita memerlukan dana riset dan pengembangan yang sebaiknya bisa berkembang,” kata Fauzan
“Tapi kami juga tidak berhenti dengan dana riset yang kecil, tapi juga mengembangkan kerja sama. Jadi diharapkan juga dari industri atau dari pemerintah daerah dan juga dari berbagai pemangku kepentingan dapat bekerja sama supaya ekosistem yang kita kembangkan ini bisa berkembang,” sambungnya.
Fauzan menambahkan bahwa pihaknya juga sudah mulai mengidentifikasi penelitian yang sifatnya tidak krusial dan dapat ditunda, khususnya yang tidak berkaitan dengan 9 sektor investasi prioritas tadi.
Selain itu, pihaknya juga sedang mengembangkan kerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) agar riset yang dilakukan juga sesuai dengan kebutuhan yang ada di Indonesia.
“Kita ingin integrasi bukan hanya beasiswa di riset tapi antar perguruan tinggi luar dan Indonesia. Selama ini beasiswa (LPDP) itu hanya dipersyaratkan LoA dari luar negeri tapi bidang yang diriset tidak diintegrasikan. Ketika kerja kita tidak tahu juga mereka bekerja bidang apa. Ke depan akan terhubung ekosistem riset di Indonesia. Ini akan meningkatkan ekosistem riset di dalam negeri. Jadi kita ingin tingkatkan interaksi dalam negeri dan luar negeri,” ujar Fauzan.
“Kita sudah komunikasi dengan pihak LPDP dan mereka sangat terbuka ya. Karena kan kalau kemarin kan semua lebih pengelolaannya di Kementerian Keuangan. Mereka tidak bisa melihat data-data riset itu. Tapi kalau sekarang karena pengelolaannya lebih ke community scientist dan data-data ada di kita, sehingga kita bisa integrasikan dengan LPDP. Itu mulai di tahun ini,” pungkasnya.(H-2)
KEPALA Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko menegaskan bahwa wacana efisiensi anggaran BRIN 2025 masih dalam tahap simulasi internal.
Sepanjang 2024, BRIN mencatatkan 539 capaian Kekayaan Intelektual (KI) yang meliputi paten, hak cipta, merek, desain industri, dan Perlindungan Varietas Tanaman (PVT).
Skema-skema pendanaan ini terbuka untuk berbagai disiplin ilmu dan sektor, mulai dari riset dasar hingga komersialisasi hasil inovasi.
BRIN berkomitmen untuk menjadi fasilitator utama dalam pengembangan riset di Indonesia bekerja sama dengan berbagai kementerian terkait, univesitas, dan industri.
Pentingnya regulasi yang proporsional, khususnya di sektor kesehatan. Salah satu contohnya adalah perlunya pendekatan berbasis bukti dalam mengatur produk tembakau alternatif.
WAKIL Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie optimis terhadap masa depan riset Indonesia.
DORONG pemanfaatan hasil riset dalam upaya meningkatkan kinerja industri yang diharapkan mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Kunjungan tersebut bertujuan memperkuat kolaborasi di bidang riset dan teknologi pertanian dan mencari solusi terhadap tantangan pangan di Tanah Air.
IndoStrategi merilis hasil evaluasi kinerja Kabinet Merah Putih setelah enam bulan masa kerja pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
PKR Material Karbon Berbasis Biomassa UNRI diharapkan menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan yang berdampak nyata bagi kemandirian energi Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved