Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
GEMPA bumi adalah fenomena alam yang sering kali datang tanpa peringatan, mengguncang permukaan bumi dan meninggalkan jejak kerusakan yang tak jarang memakan korban jiwa.
Namun, apa sebenarnya yang menyebabkan bumi tiba-tiba "bergetar" ini? Mari kita kupas lebih dalam penyebab-penyebab gempa bumi yang bisa berasal dari kekuatan alam hingga aktivitas manusia.
Sebagian besar gempa bumi di dunia disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik. Bayangkan kerak bumi sebagai puzzle raksasa yang terdiri dari beberapa potongan besar yang terus bergerak, bertabrakan, atau saling menjauh satu sama lain.
Ketika tekanan di antara lempeng ini mencapai batas maksimalnya, energi yang terakumulasi dilepaskan dalam bentuk gempa bumi. Daerah seperti Ring of Fire di sekitar Samudra Pasifik adalah contoh klasik wilayah rawan gempa akibat aktivitas tektonik ini.
Selain pergeseran lempeng, gempa juga bisa dipicu oleh aktivitas gunung berapi.
Ketika magma bergerak naik menuju permukaan, ia bisa memecah batuan di sekitarnya dan menyebabkan getaran yang dikenal sebagai gempa vulkanik. Biasanya, gempa jenis ini menjadi tanda-tanda awal sebelum terjadinya letusan besar.
Tak semua gempa berasal dari pergerakan besar di kerak bumi. Kadang-kadang, runtuhan gua bawah tanah atau tanah longsor besar di daerah pegunungan juga bisa menimbulkan getaran yang terasa seperti gempa bumi.
Meskipun skalanya kecil, gempa runtuhan ini tetap bisa dirasakan di area sekitarnya.
Bumi kita tidak hanya berurusan dengan kekuatan internal, tetapi juga ancaman dari luar angkasa. Tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke bumi dapat menghasilkan gempa bumi dengan kekuatan yang cukup besar, tergantung pada ukuran dan kecepatan benda langit tersebut. Walaupun kejadian ini jarang terjadi, dampaknya bisa sangat merusak.
Ternyata, manusia juga berperan dalam memicu gempa bumi! Aktivitas seperti pengeboran minyak, fracking (rekahan hidrolik), pembangunan bendungan besar, atau bahkan peledakan bahan peledak dalam skala besar bisa mengubah tekanan di dalam tanah dan memicu gempa yang dikenal sebagai induced earthquakes. Meski tidak sebesar gempa tektonik, dampaknya tetap perlu diwaspadai, terutama di daerah padat penduduk.
Dengan memahami berbagai penyebab gempa bumi, kita bisa lebih waspada dan siap menghadapi potensi bencana ini.
Mulai dari kekuatan alam seperti pergerakan lempeng tektonik dan aktivitas vulkanik hingga campur tangan manusia, semua faktor ini berkontribusi terhadap getaran yang kita kenal sebagai gempa bumi. Yang terpenting, kesadaran dan langkah mitigasi yang tepat bisa membantu kita meminimalisir risiko saat bumi mulai "bergetar." (BMKG/Z-10)
Studi terbaru ungkap Patahan Tintina di wilayah terpencil utara Kanada berpotensi memicu gempa bumi berkekuatan besar.
Berdasarkan BMKG, gempa bumi tektonik magnitudo 4.7 terjadi Rabu (13/8) sekitar pukul 08.32 WIB terletak di koordinat 7.66 LS dan 107.15 BT.
Satu orang tewas dan puluhan lainnya mengalami luka saat gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,1 mengguncang Sindirgi, Turki, Minggu (10/8) malam.
GEMPA bumi berkekuatan magnitudo 3,7 mengguncang Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (9/8) pukul 08.21 Wita, tidak berpotensi tsunami.
Gempa ini terjadi akibat aktivitas deformasi batuan di dalam lempeng Indo-Australia yang tersubduksi ke bawah lempeng Eurasia.
Gunung Krasheninnikov di Kamchatka, Rusia, meletus untuk pertama kalinya sejak 1550, hanya beberapa hari setelah gempa bumi magnitudo 8,8.
Solar maksimum merupakan fase siklus 11 tahun aktivitas bintik (sunspot) pada matahari yang diperkirakan terjadi pada Juli ini.
Strawberry Moon mungkin salah satu fenomena bulan yang paling populer, tapi tahukah kamu bahwa ada banyak fenomena bulan lainnya selain Strawberry Moon yang terjadi sepanjang tahun
Menurut BMKG, fenomena halo tidak berkaitan dengan pertanda bencana atau gejala cuaca ekstrem, melainkan peristiwa alamiah yang bisa terjadi kapan saja.
Revolusi Bumi pengaruhi musim, cuaca, dan panjang hari! Temukan dampak nyata pada aktivitas harianmu di sini.
Fenomena langka Gerhana Bulan Total diprediksi akan terjadi pada tanggal 14 Maret 2025, yang bertepatan dengan 14 Ramadan 1446 H.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved