3 Fakta LAA Closure untuk Turunkan Risiko Aritmia Jantung

Media Indonesia
01/2/2025 07:07
3 Fakta LAA Closure untuk Turunkan Risiko Aritmia Jantung
Ilustrasi(freepik.com)

FIBRILASI atrium (FA) atau atrial fibirlasi menjadi jenis gangguan irama jantung (aritmia) yang paling banyak ditemukan di masyarakat. Jumlah penderita FA di Indonesia mencapai lebih dari 3 juta penduduk dengan prevalensi yang meningkat saat bertambahnya usia.

Gangguan ini dapat diatasi melalui prosedur medis yang dikenal sebagai LAA Closure. Bagaimana penjelasan mengenai Aritmia Atrial Fibrilasi dan peran LAA Closure dalam pengobatannya? Spesialis Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Aritmia Mayapada Hospital Tangerang, dr Agung Fabian Chandranegara, SpJP (K), FIHA akan menjelaskan Aritmia Atrial Fibrilasi dan tindakan LAA Closure yang dilakukan.

Fibrilasi atrium (FA) terjadi karena terganggunya irama jantung, menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah dengan maksimal dan berujung dengan menumpuknya darah pada serambi kiri jantung dan masuk ke LAA atau Left Atrial Appendage yang merupakan ruangan kecil menyerupai corong pada bagian serambi kiri jantung dan tidak memiliki fungsi signifikan. Darah yang menumpuk dalam LAA meningkatkan risiko stroke sumbatan atau stroke iskemik.

Seseorang dengan Aritmia Atrial Fibrilasi memiliki risiko 4-5 kali lebih tinggi untuk mengalami stroke, sehingga memerlukan obat pengencer darah. 

Menurut dr Agung, risiko stroke akibat sumbatan dapat diatasi melalui prosedur medis yang disebut LAA Closure. 

3 Faktar tentang prosedur LAA:

  1. "LAA Closure adalah tindakan minimal invasif untuk menutup bagian LAA, sehingga risiko stroke pada pasien Atrial Fibrilasi dapat diturunkan hingga 90 persen. Selain menurunkan risiko stroke, pasien yang telah menjalani penutupan LAA dapat menghentikan konsumsi obat pengencer darah," ujar dr Agung, dalam keterangan tertulis, Jumat (31/1/2025).
  2. LAA Closure dilakukan terhadap pasien dengan risiko perdarahan tinggi, serta pasien yang sudah tak dapat minum pengencer darah.

    Salah satu kasus Atrial Fibrilasi terjadi pada seorang pasien yang telah mengalami stroke berulang akibat gangguan irama jantung tersebut. Pasien tersebut juga memiliki faktor risiko lain, seperti riwayat keluarga, obesitas, dan hipertensi.

    Untuk meminimalkan risiko terjadinya stroke berulang, dr Agung melakukan prosedur LAA Closure.

  3. Evaluasi dengan Transesophageal Echocardiography (TEE)

    Lebih lanjut, Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Echocardiography dari Mayapada Hospital Tangerang dr Herenda Medishita, SpJP(K), menjelaskan bahwa sebelum LAA Closure, pasien perlu menjalani evaluasi menggunakan Transesophageal Echocardiography (TEE). Pemeriksaan ini bertujuan mendeteksi gumpalan darah, mengevaluasi bentuk dan ukuran LAA, serta memastikan kesesuaian pada ukuran perangkat yang akan dipasang.

    "TEE juga membantu mengantisipasi struktur di sekitar area, seperti katup mitral dan pembuluh darah, agar tidak terjepit. Selain itu, alat ini digunakan saat tindakan untuk memastikan perangkat terpasang dengan sempurna dan tidak ada kebocoran," jelas dr Herenda.

    Evaluasi menggunakan TEE dilakukan kembali sehari setelah tindakan LAA Closure. Selanjutnya, evaluasi dilakukan pada bulan ke-3 dan ke-6 untuk memastikan perangkat dan kondisi jantung pasien dalam keadaan baik. Setelah itu, pasien disarankan menjalani evaluasi rutin setiap enam bulan sekali. (H-2)
     



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya