Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
PARA peneliti berhasil membuat terobosan dengan membuat tambalan untuk memperbaiki jantung yang rusak. Menurut sebuah studi terbaru, gagal jantung memengaruhi lebih dari 64 juta orang di seluruh dunia, dengan penyebab utama termasuk serangan jantung, tekanan darah tinggi, dan penyakit arteri koroner.
Transplantasi jantung masih menghadapi kendala akibat keterbatasan donor organ. Sementara pompa jantung buatan sangat mahal dan memiliki risiko komplikasi tinggi.
Kini, para ilmuwan meyakini mereka telah mencapai terobosan dengan menciptakan tambalan implan yang terdiri dari jaringan otot jantung yang dapat membantu organ tersebut berkontraksi.
Prof. Ingo Kutschka, salah satu penulis studi dari University Medical Center Göttingen, Jerman, mengatakan, "Untuk pertama kalinya, kami memiliki transplantasi biologis yang dikembangkan di laboratorium, yang berpotensi menstabilkan dan memperkuat otot jantung."
Tambalan ini dibuat dari sel yang diambil dari darah dan "diprogram ulang" menjadi sel induk, yang mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel dalam tubuh.
Dalam kasus tambalan ini, sel-sel tersebut diubah menjadi sel otot jantung dan jaringan ikat. Mereka kemudian dimasukkan ke dalam gel kolagen dan dikembangkan dalam cetakan khusus sebelum dipasang dalam susunan berbentuk heksagonal pada membran. Untuk manusia, membran ini berukuran sekitar 5 cm x 10 cm.
Prof. Wolfram-Hubertus Zimmermann, salah satu peneliti dari University Medical Center Göttingen, mengatakan otot dalam tambalan ini memiliki karakteristik jantung yang berusia sekitar 4 hingga 8 tahun.
"Kami menanamkan otot muda ke pasien dengan gagal jantung," ujarnya.
Para peneliti menilai tambalan ini sebagai inovasi penting karena menyuntikkan sel otot jantung langsung ke jantung berisiko memicu pertumbuhan tumor atau menyebabkan gangguan irama jantung yang berpotensi fatal.
Sebaliknya, penggunaan tambalan memungkinkan jumlah sel otot jantung yang lebih banyak ditanamkan dengan tingkat retensi lebih tinggi, serta mengurangi risiko efek samping yang tidak diinginkan.
Dalam jurnal Nature, Zimmermann dan timnya melaporkan bahwa mereka telah menguji tambalan ini pada monyet rhesus yang sehat dan tidak menemukan bukti gangguan irama jantung, pembentukan tumor, atau kematian serta penyakit terkait tambalan.
Saat para peneliti memeriksa jantung hewan tersebut hingga enam bulan setelah tambalan dipasang, mereka menemukan adanya penebalan dinding jantung—yang tingkatannya bergantung pada jumlah tambalan yang digunakan.
Tim juga menguji tambalan ini pada monyet yang mengalami penyakit serupa dengan gagal jantung kronis. Dalam kasus ini, mereka menemukan tanda-tanda peningkatan fungsi jantung, seperti kemampuan dinding jantung yang lebih besar untuk berkontraksi.
Pendekatan ini kemudian diterapkan pada seorang perempuan berusia 46 tahun dengan gagal jantung stadium lanjut. Dalam kasus ini, tambalan dibuat dari sel manusia yang diambil dari donor dan dijahit ke jantung pasien yang masih berdetak melalui operasi invasif minimal.
Tiga bulan kemudian, pasien tetap dalam kondisi stabil dan menjalani transplantasi jantung, yang memungkinkan tim untuk menganalisis jantung yang telah diangkat. Para peneliti menemukan tambalan tersebut tetap bertahan dan telah membentuk suplai darah.
Meskipun penggunaan sel dari donor memerlukan terapi imunosupresi, para peneliti mengatakan bahwa membuat tambalan dari sel pasien yang membutuhkan perawatan mendesak akan terlalu mahal dan memakan waktu lama. Sementara itu, penggunaan sel donor memungkinkan pembuatan tambalan "siap pakai" serta uji keamanan yang lebih baik.
Para peneliti menyatakan bahwa efek terapeutik dari tambalan ini baru terlihat dalam tiga hingga enam bulan, sehingga tidak semua pasien bisa mendapatkan manfaatnya. Namun, hingga saat ini, sudah ada 15 pasien yang menerima tambalan ini.
"Uji klinis yang sedang kami jalankan diharapkan dapat membuktikan apakah transplantasi otot jantung rekayasa ini dapat meningkatkan fungsi jantung pasien kami," kata Kutschka.
Zimmermann menegaskan tujuan penelitian ini bukan untuk menggantikan transplantasi jantung sepenuhnya.
"Ini adalah pengobatan baru bagi pasien yang saat ini hanya mendapatkan perawatan paliatif dan memiliki tingkat kematian 50% dalam waktu 12 bulan," ujarnya.
Prof. Sian Harding dari Imperial College London menyebut penelitian ini sebagai studi revolusioner, tetapi menekankan bahwa masih diperlukan penelitian lebih lanjut—terutama karena sel otot jantung dalam tambalan ini belum sepenuhnya matang dan proses pembentukan aliran darah masih lambat.
Prof. Ipsita Roy dari University of Sheffield juga menyambut baik penelitian ini, dengan mencatat bahwa prosedur pemasangan tambalan ini lebih sedikit invasif dibandingkan transplantasi jantung.
"Ini adalah penelitian luar biasa. Saya sangat terkesan," katanya. "Konsepnya sangat jelas, Anda bisa 'menambal' bagian jantung yang rusak." (The Guardian/Z-3)
Kepala Badan POM Taruna Ikrar menjelaskan mengenai kopi berbahan kimia obat dengan klaim sebagai kopi kejantanan berdampak serius bagi kesehatan.
Kardiomiopati atau bisa dikenal dengan Lemah Otot Jantung merupakan suatu kondisi dimana menyebabkan fungsi abnormal dan terkadang irama jantung tidak berfungsi secara baik.
Cara tidur seseorang dapat menjadi sinyal awal adanya masalah pada jantung.
Dalam beberapa kasus, batuk terus-menerus bisa menjadi sinyal awal gagal jantung, kondisi serius yang memerlukan penanganan segera.
GAGAL jantung memengaruhi lebih dari 10 juta orang Indonesia setiap tahun. BHG menawarkan solusi implan jantung buatan globalnya melalui anak perusahaannya, Indonesia.md.
Kesadaran akan penyakit ini masih rendah, sehingga banyak pasien datang dalam keadaan severe, dengan risiko komplikasi yang tinggi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved