RI Terkena Imbas Kebijakan Trump yang Hentikan Pasokan Obat TBC-HIV ke Negara Miskin? Ini Rekomendasi Ahli

Indriyani Astuti
31/1/2025 10:01
RI Terkena Imbas Kebijakan Trump yang Hentikan Pasokan Obat TBC-HIV ke Negara Miskin? Ini Rekomendasi Ahli
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama(dok.pribadi)

PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump akan mengentikan bantuan sementara  selama 90 hari kedepan untuk obat-obatan HIV, Tuberkulosis (Tb). dan Malaria yang disalurkan dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menyampaikan ada tiga hal yang perlu dilakukan Indonesia dalam mengantisipasi penghentian sementara pasokan obat-obatan dari AS.

Pertama, kata Tjandra, pemerintah tentu perlu segera diidentifikasi berapa besar obat-obatan untuk ke tiga penyakit itu datang dari bantuan langsung pemerintah Amerika Serikat yang kini digunakan di Indonesia untuk para masyarakat dan pasien. 

"Yang diberitakan di media menyebutkan bahwa kontraktor dan rekanan yang bekerja dengan USAID menerima memo untuk menghentikan kegiatannya. Jadi kita perlu tahu pasti seberapa besar masyarakat dan pasien kita menerima obat mereka dari kontraktor dan rekanan USAID ini. Kalau sudah ada jumlah dan proporsinya yang jelas maka baiknya diumumkan ke publik, agar tidak terjadi keresahan, apalagi karena masih ada hal ke dua dan ke tiga di bawah ini," ujar Tjandra melalui keterangan tertulis, Kamis (31/1).

Kedua, sambung dia,  masyarakat dan pasien mungkin menerima obat mereka dari sumber luar negeri lain selain dari Amerika Serikat seperti badan internasional lain seperti Global Fund AIDS TB Malaria (GF ATM) yang bukan tidak mungkin obatnya bukan hanya dari Amerika Serikat. Selain itu, ia mengatakan  kemungkinan ada negara lain di luar Amerika Serikat, atau pemerintah menjajaki hubungan kerjasama dengan negara di luar Amerika untuk mendapatkan obat-obat ini. Menurutnya Tjandra, hasil kerjasama ini juga perlu diumumkan ke publik secara luas.

Ketiga, pemerintah menurutnya dapat memanfaatkan maksimal obat yang diproduksi dalam negeri dengan mutu yang sudah terjamin dan sebaiknya sudah melewati proses WHO PQ (pre qualification). 

Anggaran Ekstra 

Tjandra mengatakan pemerintah  harus menyediakan anggaran ekstra kini untuk membeli obat-obat ke tiga penyakit ini dari berbagai pabrik di berbagai negara, baik dari Asia maupun dari Eropa, kalau memang diperlukan. Kembali, pendekatan ke tiga ini juga perlu segera diumumkan luas ke masyarakat.

Mengenai masalah penghentian obat untuk HIV, TB dan Malaria dari Amerika Serikat yang terjadi pada masa 100 hari pemerintahan Presiden Prabowo, ia mengatakan itu jadi salah satu tantangan kesehatan penting.
Menurut dia hal yang paling utama kini ialah upaya maksimal harus dilakukan agar masyarakat dan pasien yang memerlukan obat-obat ini jangan sampai putus di tengah jalan.

"Ini berakibat buruk bagi kesehatannya dan juga mungkin berakibat buruk pada penularan penyakit di masyarakat kita.  Semoga informasi yang jelas tentang betapa besar masalahnya dan berapa masyarakat dan pasien kita yang akan terdampak dengan penghentian obat dari Amerika Serikat ini," tukasnya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya