Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
ABDURRAHMAN Wahid atau Gus Dur bukan hanya Presiden Keempat RI, melainkan seorang Bapak Bangsa yang memiliki pemikiran dan kiprah panjang di bidang kemanusiaan, agama, sosial, hingga budaya. la dikenal sebagai Bapak Pluralisme yang berpihak kepada kelompok minoritas dan memperjuangkan nilai- nilai kesetaraan dan demokrasi.
Pada bulan ini 15 tahun silam, tepatnya pada 31 Desember 2009, Bapak Bangsa itu meninggal dunia. Sejak itu, setiap bulan Desember diperingati sebagai Bulan Gus Dur yang diisi dengan haul dan refleksi melalui sejumlah agenda, seperti seminar dan diskusi. Sayangnya, berbagai gagasan dan pemikiran Gus Dur yang penting bagi bangsa ini belum terlembaga secara akademik di kampus-kampus.
"Pemikiran-pemikiran Gus Dur dalam isu kemanusiaan, sosial, dan kebudayaan yang belum terlembaga di perguruan tinggi inilah yang melatari lembaga ini berdiri di Universitas Indonesia (UI)," kata Zacky Khairul Umam, Direktur Abdurrahman Wahid Center for Peace and Humanities (AWCPH) UI, saat dihubungi, Selasa (17/12/2024).
la menjelaskan, lembaga ini berdiri pada 2012 dengan nama Abdurrahman Wahid Center for Interfaith. Para peneliti dan pegiat di lembaga ini aktif mengembangkan berbagai gagasan Gus Dur sembari melakukan advokasi pada isu-isu lintas agama, kemanusiaan, dan demokrasi. Mereka juga berjejaring dengan komunitas-komunitas yang mengembangkan pemikiran Gus Dur, terutama Jaringan Gusdurian.
"Kami juga memiliki hubungan kultural dengan putri-putri Gus Dur, seperti Mbak Alissa, Mbak Anita, dan Mbak Inayah," tutur Zacky.
Pada 2019, lembaga tersebut bersalin nama Abdurrahman Wahid for Peace and Humanities dengan memberi penekanan pada riset-riset perdamaian dan kemanusiaan juga program-program pengabdian masyarakat.
Lembaga ini disiapkan sebagai ruang belajar untuk studi perdamaian dan kemanusiaan berbasis pemikiran Gus Dur sekaligus pusat referensi pustaka tokoh intelektual Islam tersebut.
"Kalau mengaca di luar negeri sudah banyak lembaga pemikiran tokoh publik terutama presiden, seperti John F Kennedy School of Politics di Amerika Serikat. Di Indonesia, sangat sedikit pemikiran pemimpin- pemimpin bangsa di level universitas, bahkan mungkin belum ada," kata doktor di kajian sejarah dan Islam Freie Universitaet Berlin, Jerman, ini.
Menurutnya, pelembagaan pemikiran tokoh-tokoh bangsa, seperti Sukarno dan Muhammad Hatta, di tingkat universitas amat perlu. Hal ini sangat penting untuk meneladani figur-figur publik sekaligus melembagakan gagasan mereka dalam bentuk kegiatan-kegiatan riset dan intelektual.
Nilai-nilai perdamaian dan kemanusiaan yang menjadi pedoman Gus Dur sangat relevan untuk terus disebarluaskan ke berbagai kalangan. "Kami mempromosikan nilai-nilai Gus Dur ini sebagai software sumber daya manusia (SDM). Kalau saat ini berkembang STEM (science, technology, engineer, mathematics), itu sebagai hardwarenya. Human value dan pemikiran sosial Gus Dur menjadi software dan nilai-nilai penting bagi pengembangan," ujar Zacky yang juga menjabat sebagai Direktur AWCPH UI sejak April 2024.
Kegiatan AWCPH UI mencakup tiga lini. Pertama sebagai pusat studi dan riset di sekitar gagasan dan nilai Gus Dur. Sebagai pusat studi, lembaga ini juga memberikan pelatihan peningkatan kapasitas dalam isu perdamaian hingga menyiapkan berbagai rekomendasi kebijakan publik.
Selain itu, AWCPH UI juga bertindak sebagai lembaga advokasi sosial yang memberikan pendampingan komunitas. "Kami turut melakukan advokasi dalam isu moderasi beragama juga berjejaring dengan Jaringan Gus Dur dan kampus lain seperti Universitas Islam Negeri (UIN) Lampung dan Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA)," ujar pria kelahiran Brebes yang pernah menjalani studi di Australia, Iran, Turki, hingga Inggris ini.
Saat ini, AWCPH UI menyiapkan aktivitas ketiganya yakni mengembangkan social entrepreneurship. Beberapa potensi kewirausahaan sosial tengah digodok untuk membuat peran lembaga ini makin luas. "Kami menyiapkan jalan tengah bagaimana nilai-nilai kemanusiaan Gus Dur bisa tersebar sekaligus memberikan kontribusi bagi Ul tanpa harus menjual nama Gus Dur," kata pengajar Universitas Islam Indonesia Internasional (UIII) ini.
Upaya menerapkan nilai-nilai Gus Dur dalam kewirausahaan sosial ini sebenarnya sudah dirintis oleh AWCPH UI. Pada 2019, lembaga ini memberikan pendampingan dan peningkatan kapasitas SDM di Kementerian BUMN dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pendampingan dan penanaman nilai perdamaian dan kemanusiaan berbasis prinsip-prinsip Gus Dur tersebut masih sangat diperlukan bagi profesional, baik di birokrasi pemerintah maupun kalangan swasta. Hanya saja, ia tak ingin langkah itu sekadar berupa seminar dan penataran yang singkat dan tak berdampak.
"Ini menjadi tantangan bagaimana penanaman nilai-nilai perdamaian dan kemanusiaan ala Gus Dur ini tak hanya membuat change, perubahan, tapi juga transformatif. Perubahan bisa positif atau negatif. Tapi transformasi itu perubahan yang bersifat radikal, mengakar, dan mendasar," ujarnya.
Lebih dari itu, menurut Zacky, gagasan dan sumbangsih pemikiran Gus Dur yang lebih universal juga patut diteladani dan disebarluaskan kembali. Antara lain gagasan demokrasi substantif yang dicetuskan Gus Dur untuk mengkritik demokrasi prosedural.
Yang tak kalah penting, bagi Zacky, Gus Dur juga memiliki pemikiran fundamental tentang kesetaraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di tengah masyarakat plural. "Instrumennya adalah keadilan sosial dan yang sampai saat ini belum diupayakan, padahal menjadi sesuatu yang mendasar, adalah keadilan ekonomi," katanya.
la memastikan AWCPH UI akan terus mengembangkan berbagai pemikiran Gus Dur yang terentang luas tersebut, termasuk menjadikan Gus Dur sebagai sosok inspiratif yang berani menyuarakan demokrasi, toleransi, dan keadilan sosial-ekonomi.
Atas kiprah dan perannya dalam memimpin AWCPH UI, Zacky menerima penghargaan dari Tanoto Foundation di bidang budaya di malam Graduation and Alumni Gathering (GAG) 2024 di Jakarta, Jumat (29/11/2024) lalu.
Sebagai alumni program beasiswa TELADAN Tanoto Foundation, melihat nilai-nilai kemanusiaan Gus Dur juga selaras dengan aksi-aksi filantropi Tanoto Foundation di bidang pendidikan dan kesehatan. "Bantuan kemanusiaan ini seperti wakaf dalam Islam dan sangat bagus. Bahkan saat ini Tanoto Foundation bukan hanya memberi pendidikan tinggi tapi juga sampai pendidikan dasar," kata penerima beasiswa TELADAN saat berkuliah di UI pada 2006 itu.
Zacky mengatakan beasiswa-beasiswa pendidikan tersebut menjadi pilar-pilar penguatan SDM. la mendorong lembaga-lembaga filantropi untuk memperluas beasiswa dalam riset dasar (basic research). "Riset dasar ini menopang riset dan inovasi-inovasi selanjutnya. Riset dasar ini penting untuk bidang sains seperti matematika dan sosial-humaniora seperti filsafat. Negara-negara maju memberi perhatian pada basic research, sementara Indonesia lebih banyak ilmu terapan yang jika dasarnya tidak kuat hanya akan menjadi konsumen negara maju," paparnya.
Program beasiswa Tanoto Foundation di Indonesia (saat ini bernama Program TELADAN) memberikan dukungan kepada penerima beasiswa S1 melalui pengembangan kepemimpinan berjenjang dan terstruktur, kesempatan pengembangan diri hingga tingkat global, pengabdian masyarakat, berbagai sarana kolaborasi dan jejaring, disertai dengan dukungan biaya kuliah dan tunjangan biaya hidup.
Sampai dengan tahun 2023, program beasiswa S1 Tanoto Foundation telah memberikan manfaat kepada 8,338 mahasiswa dari seluruh Indonesia dan memberi dukungan kepada 679 proyek sosial dan 709 penelitian yang dilakukan oleh para penerima beasiswanya. Program TELADAN bertujuan untuk mempersiapkan pemimpin-pemimpin masa depan Indonesia melalui beasiswa dan program pelatihan terstruktur mulai dari semester 2 sampai semester 8.
Para penerima program TELADAN (Tanoto Scholars) dibentuk menjadi pemimpin yang siap berkontribusi dan memberikan dampak positif kepada lingkungan sekitar
Selain pengembangan kepemimpinan yang terstruktur dalam kurikulum program TELADAN, Tanoto Scholars juga akan mendapatkan dukungan untuk mengikuti kegiatan pengayaan yang disebut sebagai Lingkaran Pengembangan TELADAN, salah satunya yaitu Pay it Forward di mana para Tanoto Scholars diwajibkan menyusun dan menjalankan sebuah kegiatan sosial untuk berkontribusi kepada masyarakat sekitar tempat mereka tinggal atau belajar.
Setelah lulus, Tanoto Scholars akan bergabung bersama dengan jaringan alumni program TELADAN yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan di belahan dunia lainnya. Dalam jaringan alumni, selain terkoneksi untuk saling menginspirasi satu sama lain, juga ada kegiatan pengembangan profesional atau peningkatan kapasitas seiring kebutuhan perkembangan dunia. (Adv)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved