Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
PERHIMPUNAN Pendidikan dan Guru (P2G) menyebut wacana pemerintah meliburkan sekolah selama Ramadan harus mempertimbangkan sejumlah faktor. Pertama, prinsip utama layanan pendidikan dan pemenuhan hak anak dalam pendidikan.
Koordinator Nasional P2G Satriwan Salim menyebut pada prinsipnya layanan belajar berlaku untuk semua siswa. Jika libur ini berlaku secara nasional, maka berdampak juga pada siswa agama non Islam.
“Harus dikaji secara holistik, jika libur ini hanya mengakomodir siswa beragama Islam, bagaimana siswa non muslim? Jika mereka libur, mereka tidak mendapat layanan pembelajaran. Jika mereka tetap sekolah, ini juga mendiskriminasi layanan belajar siswa muslim yang libur,” ucap Satriwan dalam keterangannya, Jumat (3/1).
Kedua, para guru sekolah/madrasah swasta khawatir gaji mereka akan berkurang signifikan jika siswa libur sebulan penuh. Karena orang tua pun keberatan membayar iuran SPP karena anaknya libur sekolah.
"Guru-guru swasta di daerah khawatir, kalau liburnya full selama puasa, nanti yayasan akan memotong gajinya signifikan. Padahal kebutuhan belanja saat bulan puasa ditambah Idul Fitri keluarga meningkat," jelasnya.
Menurut Satriwan, data menunjukkan 95% madrasah berstatus swasta dan sebagian madrasah swasta itu dikelola dengan SDM dan anggaran minim. Gaji gurunya pun di bawah Rp1 juta per bulan.
Ia mengatakan pemerintah mesti memikirkan nasib dan kesejahteraan guru swasta kecil jika sekolah libur sebulan penuh.
Ketiga, setiap Ramadan jam belajar memang berkurang atau mendapatkan penyesuaian. Karena itu, kata Satriwan, sebenarnya siswa bisa tetap masuk sekolah. Namun jadwal pembelajaran selama Ramadan dimodifikasi, diatur ulang, lalu dikombinasikan dengan kegiatan sekolah bernuansa pendidikan nilai kerohanian.
“Misal saja, dengan mengurangi jam pelajaran di SMA/MA/SMK dari 45 menjadi 30-35 menit. Kemudian mengubah jam masuk sekolah lebih siang dan lebih cepat pulang atau juga belajar aktif hanya dua minggu pada pertengahan Ramadan. Sisanya sekolah mengadakan program Pesantren Ramadan. Jadi opsinya ada banyak," lanjut Satriwan.
Dengan itu siswa tetap belajar menuntaskan kurikulum, tapi juga tidak meninggalkan aktivitas spiritual Ramadan. Sekolah juga bisa membuat program pembelajaran khusus Ramadan.
Menurutnya, Ramadan menjadi momentum siswa dan guru meningkatkan literasi, baik literasi agama seperti membaca dan mempelajari kitab suci, sejarah Islam, kajian karakter tokoh, atau literasi umum.
Proses pembelajaran intrakurikuler tetap dibutuhkan meskipun bulan Ramadan. Sebab sekolah dan guru sudah merancang perencanaan pembelajaran di awal tahun ajaran baru.
"Jika siswa libur selama puasa, akan berdampak negatif terhadap capaian pembelajaran mereka. Kurikulum dan materi pembelajaran akan banyak tertinggal," kata Satriwan.
Keempat, jika siswa dan guru sepenuhnya libur, fungsi pengawasan dan kontrol belajar di rumah sepenuhnya di orang tua.
“Tapi faktanya orang tua yang bekerja atau punya aktivitas lain, tidak dapat mengawasi dan membimbing anak selama libur. Orang tuanya tidak libur, tetap mencari nafkah di luar rumah," lanjutnya.
Kelima, pemerintah hendaknya mempertimbangkan dampak negatif libur berkepanjangan.
Pertama, itu akan menambah learning loss. "Gap terlalu lama tidak belajar di beberapa negara subtropis yang memiliki musim panas, mereka juga meliburkan siswanya. Namun dibarengi dengan kegiatan perkemahan atau kursus intensif di luar sekolah. Harus ada persiapan ketika bulan Ramadan tidak sekolah," paparnya.
Kedua, waktu libur di rumah akan terforsir untuk screen time. Adiksi remaja pada gawai telah menjadi masalah global. Alih-alih mengisi Ramadan di rumah, yang terjadi anak asyik bermain media sosial internet seharian penuh.
"Jangan sampai libur selama Ramadan menjadi ajang anak lama-lama berselancar di dunia maya, mengakses konten negatif kekerasan, game online, bahkan pornografi," ucap Satriwan.
Ketiga, siklus kekerasan yang dilakukan remaja pada musim liburan. Ini akan menemukan momentumnya saat libur Ramadan, karena memang banyak kasus tawuran dan kekerasan lainnya terjadi pada musim libur.
“Apalagi Ramadan itu anak-anak remaja berkesempatan keluar malam lebih lama. Bahkan sampai sahur. Ini perlu pengawasan dan pengaturan yang ketat," lanjutnya.
Ia mencontohkan di beberapa wilayah Indonesia sudah dilarang kegiatan Sahur on The Road karena seringkali menimbulkan perkelahian dan tindak pidana lainnya. (Z-9)
Kemendikdasmen memastikan bahwa wacana mengenai libur sekolah selama Ramadan akan segera diumumkan oleh Mendikdasmen Abdul Mu’ti dalam waktu dekat.
MENYOAL wacana libur sekolah saat Ramadan ditanggapi oleh pengamat pendidikan dari Institut Media Digital Emtek (IMDE), Totok Amin Soefijanto.
Habib Syarief mengatakan rencana libur selama Ramadan itu harus dimatangkan, karena Ramadan tinggal dua bulan lagi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved