Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
TAHUKAH Anda bahwa sepiring makanan lezat bisa berubah menjadi ancaman kesehatan yang serius?
Berbagai jenis makanan, seperti telur dan seafood mentah, dapat menjadi sumber racun yang berbahaya bagi tubuh jika tidak dibersihkan dan dimasak dengan tepat.
Bakteri seperti Salmonella dan kawan-kawannya bisa bersembunyi di mana saja, menunggu kesempatan untuk menyerang.
Melansir dari catatan Databoks, dalam kurun waktu setahun terakhir, terdapat lebih dari 6.000 kasus keracunan makanan dan obat-obatan di Indonesia.
Dengan tingginya jumlah kasus ini, penting bagi kita untuk memahami gejala, durasi, hingga langkah-langkah yang harus diambil saat mengalami keracunan makanan.
Menurut National Institute of Health (NIH), keracunan makanan terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri, virus, parasit, atau racun dari mikroorganisme.
Kontaminasi dapat terjadi pada berbagai tahap, mulai dari proses produksi hingga penyajian makanan.
Beberapa bakteri umum penyebab keracunan makanan adalah Salmonella, Escherichia coli (E. coli), dan Listeria. Berikut adalah gejala umum yang sering muncul:
Mual dan Muntah: Tanda awal yang sering terjadi, di mana tubuh berusaha mengeluarkan zat berbahaya dari sistem pencernaan.
Diare: Kotoran encer atau berair akibat iritasi pada saluran pencernaan, yang bisa menyebabkan dehidrasi jika tidak ditangani.
Kram dan Nyeri Perut: Disebabkan oleh kontraksi otot usus yang berlebihan sebagai respons terhadap infeksi.
Demam: Peningkatan suhu tubuh yang menandakan sistem kekebalan sedang melawan infeksi.
Kelelahan: Tubuh merasa lemah akibat kehilangan cairan dan energi.
Durasi gejala keracunan makanan bervariasi tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya. Gejala pertama bisa muncul dalam 1 jam hingga 3 minggu setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Sebagian besar kasus bersifat ringan dan gejala akan membaik dalam 1–3 hari tanpa perawatan medis khusus.
Namun, pada beberapa kasus, gejala dapat berlangsung lebih lama, terutama jika disebabkan oleh bakteri yang bertahan lama atau jika individu memiliki kondisi kesehatan yang mendasari.
Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala keracunan makanan, berikut langkah-langkah yang dapat membantu:
Minum Banyak Cairan: Ganti cairan yang hilang akibat muntah dan diare dengan air putih, larutan rehidrasi oral, atau air kelapa.
Beristirahat: Istirahat membantu tubuh memfokuskan energi untuk melawan infeksi.
Hindari Makanan Padat: Saat gejala masih aktif, berikan jeda pada perut untuk beristirahat dan pulih.
Konsumsi Makanan Mudah Dicerna: Setelah gejala mereda, konsumsi makanan rendah serat seperti pisang, roti panggang, atau nasi putih.
Dengan pengetahuan tentang gejala, durasi, dan langkah penanganan yang tepat, Anda dapat lebih siap menghadapi keracunan makanan.
Namun, selalu ingat bahwa pencegahan adalah langkah terbaik. Perhatikan kebersihan dan keamanan makanan mulai dari proses pemilihan, penyimpanan, hingga penyajian.
Dengan langkah-langkah ini, Anda bisa menikmati makanan tanpa rasa khawatir. Tetap waspada dan jaga kesehatan Anda! (Berbagai Sumber/Z-10)
Keracunan usai menyantap makanan Program MBG (Makan Bergizi Gratis) mencuat di sejumlah daerah. Ahli Gizi membagikan tip cara mengenali tanda-tanda makanan yang sudah basi
Proses menggoreng menghasilkan senyawa berbahaya, termasuk senyawa karsinogenik yang berpotensi meningkatkan risiko kanker jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Orangtua perlu memberikan contoh kepada anak dan menjelaskan pentingnya mengonsumsi makanan yang bergizi.
Pada makanan yang dimasak di rumah, setiap porsinya dapat ditakar sesuai kebutuhan. Hal ini berbeda dengan langsung menggunakan bumbu cepat saji.
Oat dan gandum utuh terbukti secara ilmiah bisa membantu menurunkan kolesterol karena tinggi serat larut yang dapat mengikat kolesterol dalam usus.
Sarapan adalah bagian penting dari rutinitas harian yang tidak boleh dilewatkan, baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. Faktanya, sarapan menyumbang sekitar 20% energi harian
Jaja Mihardja mengalami sejumlah penyakit seperti infeksi pernapasan, infeksi ginjal, dan diabetes.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved