Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Festival Setara dan Berdaya, Langkah Nyata Menuju Kesetaraan dan Pemberdayaan Disabilitas

Melani Pau
13/12/2024 08:09
Festival Setara dan Berdaya, Langkah Nyata Menuju Kesetaraan dan Pemberdayaan Disabilitas
Obrian Torang Sianipar, penyandang tunadaksa akhibat kecelakaan kerja yang hadir di Festival Setara dan Berdaya, 2024 yang diadakan Media Indonesia, Kamis (12/12).(MI/Melani Pau)

DI Indonesia, isu kesetaraan dan pemberdayaan penyandang disabilitas masih menjadi tantangan besar. Meski Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas telah memberikan landasan hukum yang kuat, implementasi di lapangan masih jauh dari ideal. Banyak fasilitas umum yang belum ramah disabilitas, peluang kerja yang terbatas, hingga minimnya edukasi tentang apa itu disabilitas di masyarakat umum.  

Lantas, apakah penyandang disabilitas di Indonesia sudah benar-benar setara dan berdaya? Jawabannya, sayangnya, masih "belum sepenuhnya." Oleh karena itu, Festival Setara dan Berdaya 2024 yang digelar Media Indonesia menjadi langkah nyata untuk menjawab kebutuhan tersebut.  

Acara ini dirancang untuk memberikan ruang bagi penyandang disabilitas menunjukkan bakat, kemampuan, dan menyuarakan aspirasi mereka. Sebagai salah satu peserta, Obrain Torang Sianipar, penyandang tunadaksa akibat kecelakaan kerja, memberikan pandangan dan harapannya terhadap festival ini.  

Obrain menyebut acara ini sebagai bentuk nyata implementasi dari amanat Undang-Undang Disabilitas. 

"Kegiatan ini merupakan suatu kegiatan yang positif. Ini mengangkat penghargaan, penyetaraan, bahkan memberikan peluang atau hak yang sama untuk penyandang disabilitas. Setiap orang juga mempunyai hak yang sama, bukan karena dia disabilitas jadi terbatas. Ini momen penting yang harus dipertahankan, bahkan kalau bisa dilanjutkan secara terus-menerus," ujarnya.  

Obrain juga menyoroti betapa kurangnya pemahaman masyarakat tentang disabilitas. 

"Masih banyak orang yang tidak mengerti apa itu disabilitas. Contohnya, di fasilitas umum seperti bandara, rumah sakit, atau bank, kebutuhan disabilitas sering tidak terpenuhi. Jangankan bicara tentang peluang, pengertian disabilitas saja banyak yang tidak paham," katanya.  

Ia menegaskan pentingnya edukasi tentang disabilitas agar masyarakat dapat lebih menghargai dan memahami kebutuhan mereka.  

Obrain, yang juga seorang aktivis disabilitas, mengungkapkan aksesibilitas di ruang publik masih menjadi tantangan besar, terutama di daerah terpencil.  

"Bahkan untuk mengambil uang di ATM, tunanetra masih harus bergantung pada pendamping. Kalau kota besar saja belum sepenuhnya ramah disabilitas, bagaimana dengan desa-desa?" katanya.  

Ia juga menceritakan pengalamannya tentang minimnya pemahaman aparat terkait kebutuhan disabilitas.

"Saya pernah ditangkap polisi karena motor saya tidak sesuai izin. Padahal, saya sudah tiga kali mencoba mengurusnya, tapi pihak berwenang tidak mengeluarkan izin. Ini menunjukkan pentingnya edukasi hingga ke tingkat pemerintahan," tambahnya.  

Obrain memberikan apresiasi kepada Presiden Joko Widodo yang telah membuka peluang kerja 2% di BUMN dan instansi pemerintah bagi penyandang disabilitas. Namun, ia berharap lebih banyak langkah konkret di masa mendatang, terutama di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. 

"Kami menunggu kebijakan yang lebih pro-disabilitas, seperti kesempatan untuk menjadi pemimpin. Kalau Pak Erick Thohir dulu memberikan peluang besar bagi perempuan, kami ingin hal yang sama untuk disabilitas. Kami menantikan 'disability for leadership' di masa depan," ungkapnya penuh harap.  

Obrain, yang berasal dari Tanjung Enim, Sumatra Selatan, datang jauh-jauh ke acara ini untuk menyuarakan aspirasi rekan-rekannya.  

"Saya membawa suara dari teman-teman di daerah yang tidak terdengar. Banyak dari mereka yang bahkan tidak bisa keluar rumah karena fasilitas yang tidak memadai. Kami ingin merasa memiliki negeri ini dan diberi kesempatan untuk berkontribusi," tuturnya.  

Dalam penutupnya, Obrain menegaskan pentingnya memberikan hak dan kesempatan yang setara bagi penyandang disabilitas.  

"Kami mungkin disabilitas, tetapi kami tidak terbatas. Kesetaraan adalah harga mati. Berikan kami hak yang sama untuk berkarya dan berkontribusi bagi negeri ini," serunya penuh semangat.  

Festival Setara dan Berdaya 2024 adalah bukti bahwa langkah kecil bisa memberikan dampak besar. Namun, perjuangan untuk kesetaraan dan pemberdayaan disabilitas masih panjang. 

Acara seperti ini perlu menjadi inspirasi bagi masyarakat dan pemerintah untuk terus bergerak maju, menciptakan Indonesia yang inklusif dan berkeadilan. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya