Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
DI Indonesia, isu kesetaraan dan pemberdayaan penyandang disabilitas masih menjadi tantangan besar. Meski Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas telah memberikan landasan hukum yang kuat, implementasi di lapangan masih jauh dari ideal. Banyak fasilitas umum yang belum ramah disabilitas, peluang kerja yang terbatas, hingga minimnya edukasi tentang apa itu disabilitas di masyarakat umum.
Lantas, apakah penyandang disabilitas di Indonesia sudah benar-benar setara dan berdaya? Jawabannya, sayangnya, masih "belum sepenuhnya." Oleh karena itu, Festival Setara dan Berdaya 2024 yang digelar Media Indonesia menjadi langkah nyata untuk menjawab kebutuhan tersebut.
Acara ini dirancang untuk memberikan ruang bagi penyandang disabilitas menunjukkan bakat, kemampuan, dan menyuarakan aspirasi mereka. Sebagai salah satu peserta, Obrain Torang Sianipar, penyandang tunadaksa akibat kecelakaan kerja, memberikan pandangan dan harapannya terhadap festival ini.
Obrain menyebut acara ini sebagai bentuk nyata implementasi dari amanat Undang-Undang Disabilitas.
"Kegiatan ini merupakan suatu kegiatan yang positif. Ini mengangkat penghargaan, penyetaraan, bahkan memberikan peluang atau hak yang sama untuk penyandang disabilitas. Setiap orang juga mempunyai hak yang sama, bukan karena dia disabilitas jadi terbatas. Ini momen penting yang harus dipertahankan, bahkan kalau bisa dilanjutkan secara terus-menerus," ujarnya.
Obrain juga menyoroti betapa kurangnya pemahaman masyarakat tentang disabilitas.
"Masih banyak orang yang tidak mengerti apa itu disabilitas. Contohnya, di fasilitas umum seperti bandara, rumah sakit, atau bank, kebutuhan disabilitas sering tidak terpenuhi. Jangankan bicara tentang peluang, pengertian disabilitas saja banyak yang tidak paham," katanya.
Ia menegaskan pentingnya edukasi tentang disabilitas agar masyarakat dapat lebih menghargai dan memahami kebutuhan mereka.
Obrain, yang juga seorang aktivis disabilitas, mengungkapkan aksesibilitas di ruang publik masih menjadi tantangan besar, terutama di daerah terpencil.
"Bahkan untuk mengambil uang di ATM, tunanetra masih harus bergantung pada pendamping. Kalau kota besar saja belum sepenuhnya ramah disabilitas, bagaimana dengan desa-desa?" katanya.
Ia juga menceritakan pengalamannya tentang minimnya pemahaman aparat terkait kebutuhan disabilitas.
"Saya pernah ditangkap polisi karena motor saya tidak sesuai izin. Padahal, saya sudah tiga kali mencoba mengurusnya, tapi pihak berwenang tidak mengeluarkan izin. Ini menunjukkan pentingnya edukasi hingga ke tingkat pemerintahan," tambahnya.
Obrain memberikan apresiasi kepada Presiden Joko Widodo yang telah membuka peluang kerja 2% di BUMN dan instansi pemerintah bagi penyandang disabilitas. Namun, ia berharap lebih banyak langkah konkret di masa mendatang, terutama di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
"Kami menunggu kebijakan yang lebih pro-disabilitas, seperti kesempatan untuk menjadi pemimpin. Kalau Pak Erick Thohir dulu memberikan peluang besar bagi perempuan, kami ingin hal yang sama untuk disabilitas. Kami menantikan 'disability for leadership' di masa depan," ungkapnya penuh harap.
Obrain, yang berasal dari Tanjung Enim, Sumatra Selatan, datang jauh-jauh ke acara ini untuk menyuarakan aspirasi rekan-rekannya.
"Saya membawa suara dari teman-teman di daerah yang tidak terdengar. Banyak dari mereka yang bahkan tidak bisa keluar rumah karena fasilitas yang tidak memadai. Kami ingin merasa memiliki negeri ini dan diberi kesempatan untuk berkontribusi," tuturnya.
Dalam penutupnya, Obrain menegaskan pentingnya memberikan hak dan kesempatan yang setara bagi penyandang disabilitas.
"Kami mungkin disabilitas, tetapi kami tidak terbatas. Kesetaraan adalah harga mati. Berikan kami hak yang sama untuk berkarya dan berkontribusi bagi negeri ini," serunya penuh semangat.
Festival Setara dan Berdaya 2024 adalah bukti bahwa langkah kecil bisa memberikan dampak besar. Namun, perjuangan untuk kesetaraan dan pemberdayaan disabilitas masih panjang.
Acara seperti ini perlu menjadi inspirasi bagi masyarakat dan pemerintah untuk terus bergerak maju, menciptakan Indonesia yang inklusif dan berkeadilan. (Z-1)
Di Sekolah Khusus Anak Mandiri, anak-anak berkebutuhan khusus tidak hanya mendapat pendidikan akademik, tetapi juga dilatih keterampilan hidup.
Dari ruang tamu milik pribadi, Maria Lyis mengantar anak-anak usia dini mampu jadi juara di sekolah dasar.
PEMERINTAH di tingkat desa terkadang tidak memiliki data warganya yang mengalami disabilitas.
Sebagai penyandang tunarungu wicara, Fenny Ayuningtyas menjembatani komunikasi penyandang tunarungu dengan masyarakat lain lewat video tutorial bahasa isyarat.
IDAK semua orang dilahirkan sempurna. Meskipun begitu, mereka masih tetap memiliki kesempatan yang sama dengan orang lain dalam beraktivitas, bekerja, sekolah, dan lainnya.
Sekolah perlu memberikan wadah seluas-luasnya bagi siswa untuk mengembangkan kreativitasnya.
Kolam renang Somerset Grand Citra Jakarta kini telah dibuka kembali bagi tamu hotel yang menginap mulai Jumat (22/3).
Terletak di lokasi strategis, Lumire Hotel and Convention Center Jakarta kerap menjadi pilihan bagi para tamu baik di akhir pekan maupun hari kerja.
Mercure Serpong Alam Sutera menyediakan beragam pilihan ruang meeting yang dapat disesuaikan dengan berbagai kebutuhan. Mulai dari ruang kecil untuk pertemuan intim hingga ruang besar
Perhutani mengelola sejumlah objek wisata di Kabupaten Sumedang. Di antaranya Tanjung Duriat di Desa Pajagan, Kecamatan Cisitu; Forest Walk Desa Pakualam, Kecamatan Darmaraja.
Wilayah Kabupaten Bandung memiliki banyak tempat wisata yang cocok untuk dikunjungi. Bahkan destinasi wisata di tempat tersebut memiliki akses yang cukup mudah dan fasilitas lengkap.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved