Headline
DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.
DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
PERNAHKAH kamu merasa nyaman di atas kasur atau sofa. Namun kamu enggan bergerak meskipun tahu banyak pekerjaan yang menanti? Atau lebih memilih duduk diam daripada beraktivitas? Jika iya, itu bisa jadi tanda kebiasaan mager atau malas gerak, yang ternyata dapat berbahaya bagi tubuhmu.
Mager atau malas gerak (sedentary lifestyle) adalah perilaku yang melibatkan sedikit aktivitas fisik, dengan pengeluaran energi yang rendah. Meskipun efeknya tidak terasa secara langsung, dampak negatif dari gaya hidup ini mulai terasa bertahun-tahun setelahnya.
Menurut WHO, gaya hidup ini termasuk salah satu dari 10 penyebab kematian terbanyak di dunia. Bahkan, penelitian yang dilakukan oleh European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition (EPIC) pada 2008 mengungkapkan kematian akibat kebiasaan malas gerak dua kali lebih banyak dibandingkan kematian karena obesitas.
Salah satu penyakit yang paling sering terjadi akibat kebiasaan ini adalah penyakit jantung. Malas gerak dapat mengganggu metabolisme lemak darah, yang menyebabkan peningkatan kolesterol jahat (LDL) dan penurunan kolesterol baik (HDL). Akibatnya, penumpukan lemak di pembuluh darah semakin parah, memperburuk aterosklerosis, dan memperberat kerja jantung.
Studi dari Stanford University mengungkapkan Indonesia memiliki tingkat malas berjalan kaki tertinggi di dunia, dengan rata-rata hanya 3.513 langkah per hari. Hal ini menunjukkan kurangnya aktivitas fisik atau kebiasaan malas gerak di Indonesia.
Oleh karena itu, selain masalah jantung, kamu juga harus waspada terhadap bahaya 'mager' lainnya.
Kurangnya aktivitas fisik mengganggu sirkulasi darah, yang dapat meningkatkan risiko pembekuan darah dan masalah pada pembuluh darah otak, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke akibat berkurangnya suplai oksigen ke otak.
Malas bergerak menyebabkan resistensi insulin, di mana tubuh tidak dapat menggunakan glukosa secara efisien. Hal ini menyebabkan kadar gula darah meningkat, yang pada akhirnya dapat memicu diabetes tipe 2.
Kebiasaan malas bergerak mengurangi kepadatan tulang dan massa otot. Tanpa aktivitas fisik yang cukup, tubuh akan kehilangan kalsium tulang, yang menyebabkan osteoporosis, kondisi tulang menjadi rapuh dan lebih mudah patah.
Malas bergerak berhubungan langsung dengan penurunan pembakaran kalori tubuh. Jika asupan kalori lebih tinggi daripada yang dibakar, kalori berlebih akan disimpan dalam bentuk lemak, yang lama kelamaan dapat menyebabkan obesitas.
Kurangnya aktivitas fisik membuat organ tubuh, termasuk usus, menjadi kurang aktif dan tidak berfungsi secara optimal, yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti konstipasi, karena proses pencernaan yang terhambat.
Kurangnya gerakan tubuh dapat mengurangi kapasitas paru-paru dalam menyerap oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida, yang akhirnya mengganggu proses pernapasan dan menyebabkan sesak napas serta penurunan daya tahan tubuh secara keseluruhan.
Kebiasaan malas bergerak dapat berdampak buruk pada kesehatan mental, karena kurangnya aktivitas fisik mengurangi pelepasan hormon endorfin yang berfungsi meningkatkan mood, sehingga seseorang menjadi lebih rentan mengalami stres dan perubahan suasana hati yang cepat.
Dengan mengetahui bahaya dari kebiasaan malas gerak, mari kita kurangi kebiasaan tersebut melalui aktivitas fisik. Misalnya, dengan berdiri, menaiki tangga, atau berjalan-jalan pendek, kita dapat secara bertahap meningkatkan tingkat aktivitas fisik demi mendukung kesehatan tubuh. (Kementerian Kesehatan/halodoc/Z-3)
Jumlah penderita kanker hati di seluruh dunia diperkiakan hampir dua kali lipat pada 2050, jika pencegahannya tidak segara ditingkatkan.
Pola makan lebih dominan sebagai pemicu obesitas dibandingkan tingkat aktivitas fisik harian.
Hasil skrining kesehatan di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Provinsi DKI Jakarta. Pada skrining itu salah satunya ditemukan 62,09% obesitas.
Hasil pemeriksaan kesehatan ASN DKI Jakarta pada 2024 menunjukkan salah satunya, sebanyak soal ASN Jakarta yang mengalami obesitas dan masalah kejiwaan.
BANYAK mengonsumsi gula bisa berbahaya bagi tubuh untuk jangka panjang karena bisa terserang berbagai penyakit salah satunya obesitas hingga diabetes melitus.
Pembatasan bertujuan agar anak tidak terpengaruh mengonsumsi makanan dengan kandungan garam, gula dan lemak tinggi yang kerap kali dipromosikan melalui iklan.
Polusi udara berisiko menyebabkan asma, ISPA, penyakit kardiovaskular, penyakit paru sampai dengan resisten insulin pada kelompok usia muda seperti anak-anak dan remaja.
Kesehatan generasi muda adalah dasar utama untuk kemajuan Jakarta.
Sebagai langkah nyata mendukung tumbuhnya industri beauty and wellness nasional, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menginisiasi pameran wellness terbesar di Tanah Air.
Monk fruit adalah pemanis alami bebas kalori yang cocok untuk penderita diabetes dan diet rendah gula. Simak manfaatnya sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan solusi manis sehat.
MENU kopi hitam dan singkong rebus seringkali menjadi kombinasi yang cocok untuk santap pagi hari atau sebagai cemilan mengobrol dengan kerabat.
Vaksin memiliki beragam manfaat, antara lain untuk melindungi anak dari berbagai macam penyakit berbahaya seperti polio serta mencegah komplikasi berat yang dapat menyebabkan kecacatan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved