Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Ormas Keagamaan Harus Jadi Gerakan Berbasis Budaya dan Agama yang Konsisten

Rahmatul Fajri
07/12/2024 14:05
Ormas Keagamaan Harus Jadi Gerakan Berbasis Budaya dan Agama yang Konsisten
Musyawarat Tertinggi (MUSTI) ke II dan Muktamar IV resmi dibuka pada Jumat, 6 Desember 2024(Dok. ABI)

Ketua Umum Ahlulbait Indonesia (ABI), Habib Zahir Yahya, mengatakan, ormas keagamaan di Indonesia, khususnya Islam, merupakan entitas terbesar dengan pengikut yang mencapai puluhan juta.  Namun, untuk berperan aktif dalam membangun peradaban, ormas keagamaan harus menjadi gerakan berbasis budaya dan agama yang konsisten.  

“Landasan sebuah peradaban adalah budaya, bukan yang lain. Karena itu, ormas Islam harus menjadikan pembangunan budaya sebagai prioritas utama,” tegas Habib Zahir, dalam Musyawarat Tertinggi (MUSTI) ke II dan Muktamar IV  resmi dibuka pada Jumat, 6 Desember 2024 dengan tema Organisasi Berbudaya dan Berkearifan untuk Khidmat Keumatan dan Kebangsaan.

Ia juga menggarisbawahi bahwa pembangunan budaya harus dilakukan dengan strategi matang agar ekspresi budaya ormas tidak menjadi sasaran stigma atau diskriminasi.  

Habib Zahir mengajak ABI untuk segera mengidentifikasi budaya yang berakar pada nilai-nilai keyakinan Ahlulbait, mensosialisasikannya dengan prinsip kearifan lokal, dan memperkuat kerja sama dengan organisasi lain untuk melestarikan budaya tersebut.  

Dalam sesi seminar, peneliti BRIN, Ahmad Najib Burhani, mengupas peran budaya dalam membentuk identitas dan keberlanjutan ormas. Ia membandingkan ormas-ormas besar seperti NU, Muhammadiyah, ABI, dan IJABI. Menurutnya, meski terdapat perbedaan, semua ormas ini memiliki irisan budaya yang memperkuat keberlanjutan mereka.  

“Ilmu pengetahuan adalah budaya. Dalam tradisi Syiah, sains dan inovasi menjadi bagian kuat dari identitas budaya yang bisa diterima luas di masyarakat tanpa kontroversi berlebihan,” jelas Prof. Najib.  

Sementara itu, Ustaz Musa Kazim, anggota Dewan Syuro ABI, menegaskan bahwa ABI telah membuktikan kemampuannya hidup berdampingan dengan berbagai golongan keagamaan di Indonesia, baik Sunni, Syiah, maupun Muhammadiyah.  

Seminar ini menjadi ruang untuk memperkuat pemahaman bahwa ormas keagamaan, seperti ABI, harus terus mendorong pendekatan berbasis budaya dalam menjalankan misi mereka. Pendekatan ini diyakini mampu menjawab tantangan zaman sekaligus memperkokoh persatuan di tengah keberagaman. (Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya