Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
KETEPATAN waktu dan kedisiplinan menjadi hal yang paling utama untuk diterapkan oleh orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dalam mengonsumsi obat antiretroviral (ARV). Terlambat satu menit saja, virus HIV akan sudah bisa bereplikasi dan membuat pengobatan jadi tidak maksimal.
Apoteker spesialis farmasi rumah sakit dari RSPON, Hadijah Tahir, mengatakan kasus penderita HIV/AIDS yang telat mengonsumsi obat ARV dari jadwal yang sebelumnya telah ditetapkan memang menjadi kendala yang sering dihadapi. Mengingat pentingnya ketepatan waktu ini, maka pasien juga harus selalu memastikan ketersediaan stok ARV untuk dirinya sendiri.
"Tidak boleh telat (minum obat ARV), semenit pun tidak boleh. Lima menit saja sudah ada replikasi virus," kata Hadijah dalam diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, kemarin.
Ketika virus HIV telah menginfeksi sel limfosit, virus tersebut akan bereplikasi dengan sangat cepat. Pada pasien yang baru terdiagnosis HIV/AIDS, Hadijah juga menekankan pentingnya untuk mendapatkan terapi ARV sesegera mungkin.
Hal ini juga berlaku apabila petugas kesehatan secara tidak sengaja terpajan virus HIV. Dalam waktu empat jam, ujar Hadijah, seorang yang terpajan virus HIV minimal harus sudah mengonsumsi ARV.
"Jadi harus segera supaya dia (ARV) bisa menghambat replikasi virus. Karena kalau tidak segera, maka virus akan semakin banyak, daya tahan tubuh atau CD4 akan diduduki oleh virus tersebut. Dan tentu daya tahan tubuh menurun, maka infeksi oportunistik akan bisa segera terinfeksi," kata dia.
Hadijah mengatakan, saat ini ARV merupakan satu-satunya terapi yang tersedia untuk mengatasi virus HIV. Meski tidak bisa menyembuhkan, tetapi patuh mengonsumsi ARV dapat memperbaiki kualitas hidup penderita. Ketika jumlah virus HIV dalam darah tidak terdeteksi, maka risiko penderita untuk menularkan virus sangat rendah bahkan tidak ada risiko sama sekali.
Menurut dia, saat ini regimen obat ARV semakin baik. Bahkan, ada jenis obat yang di dalam satu tabletnya berisi beberapa macam obat sehingga hal ini meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat.
Hadijah menambahkan, obat ARV dapat diminum setengah jam hingga satu jam sebelum makan atau dua jam sesudah makan. Beberapa jenis ARV dianjurkan untuk tidak dikonsumsi bersamaan dengan makanan lain seperti efavirenz yang sebaiknya tidak dikonsumsi berdekatan dengan makanan lemak tinggi karena bisa mengganggu absorpsi obat.
Terkait efek samping ARV, ia mengatakan bahwa pada dasarnya efek samping obat bersifat individual. Artinya, tidak semua penderita ARV mengalami efek samping yang sama. Namun secara umum, ARV dapat menimbulkan efek samping seperti mual, muntah, hingga diare.
Pemberian obat ARV akan terus dievaluasi oleh tenaga kesehatan. Jika timbul efek samping, Hadijah mengingatkan bahwa hal ini bukan berarti pasien dapat menghentikan konsumsi ARV. Dalam waktu dua minggu, pada umumnya pasien sudah bisa beradaptasi dan tidak lagi mengalami efek samping.
"Apabila minum ARV sesaat langsung muntah, berarti dipastikan belum terabsorpsi dengan baik. Jadi bisa minum lagi untuk pengganti. Tapi kalau muntah saat sudah dekat dengan dosis selanjutnya, maka tidak perlu diulang, cukup minum obat pada waktu dosis selanjutnya itu," kata Hadijah. (Ant/Z-9)
Hingga saat ini, layanan tes HIV tersedia di 514 kabupaten/kota, layanan IMS di 504 kabupaten.
Di Kota Yogyakarta, jumlah kasus HIV tercatat sebanyak 1.425 kasus, dengan 337 di antaranya sudah masuk dalam kategori AIDS.
Kemenkes mencatat pada Maret 2025 sebanyak 356.638 orang dengan HIV (ODHIV) dari total estimasi 564 ribu ODHIVÂ yang harus ditemukan pada 2025 untuk segera diberi penanganan.
Kasus HIV/AIDS memang cenderung mengalami peningkatan cukup signifikan terjadi sejak 2022 tercatat 145 kasus, 2023 tercata 145 kasus, 2024 ada 169 kasus dan di 2025 ada 74 kasus.
Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, menemukan 20 kasus baru HIV yang terjadi pada tahun 2025.
KASUS HV/AIDS kini telah menyebar dan menghantui seluruh pelosok negeri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved