Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PNEUMONIA adalah salah satu penyebab utama kematian pada anak-anak di seluruh dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Pneumonia menewaskan 740.180 anak di bawah usia 5 tahun pada 2019.
Pneumonia menyerang anak-anak dan keluarga di berbagai negara, tetapi angka kematian tertinggi terjadi di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan melaporkan ada 278.261 balita yang terkena pneumonia pada 2021. Tentu saja kasus Pneumonia pada anak masih menjadi masalah kesehatan yang serius.
Lalu bagaimana cara mencegahnya? Salah satu langkah pencegahan efektif adalah dengan memberikan vaksin Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV). Namun, apa itu vaksin PCV, dan bagaimana panduan pemberian vaksin PCV pada anak? Simak penjelasan berikut.
Vaksin PCV adalah vaksin yang dirancang untuk melindungi tubuh dari infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae. Bakteri ini dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk Pneumonia, Meningitis (radang selaput otak), dan Sepsis (infeksi darah).
Bakteri Streptococcus pneumoniae sangat berbahaya bagi anak-anak, terutama mereka yang memiliki sistem imun lemah atau berusia di bawah dua tahun.
Seorang anak yang tidak mendapatkan vaksin PCV berisiko besar mengalami penyakit serius yang bisa mengancam jiwa. Dalam kasus yang parah, hal ini dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak, bahkan berujung pada kematian.
Mengapa anak perlu mendapatkan vaksin PCV?
Pneumonia adalah infeksi yang menyerang paru-paru, menyebabkan kesulitan bernapas, demam, batuk, dan kadang-kadang komplikasi yang fatal. Pneumonia yang disebabkan Streptococcus pneumoniae sering kali sulit ditangani karena kemampuannya untuk bertahan (resistensi) melawan antibiotik semakin meningkat.
Berdasarkan data dari WHO, vaksin PCV terbukti efektif dalam mencegah infeksi bakteri pneumokokus, yang dapat menyebabkan penyakit serius seperti pneumonia dan meningitis. Vaksin ini disarankan untuk diberikan kepada bayi dan lansia yang lebih rentan terhadap infeksi bakteri pneumokokus.
Pemberian vaksin ini tidak hanya melindungi individu, tetapi juga membantu menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity). Artinya, jika cakupan vaksinasi sudah meluas, penyebaran bakteri berbahaya dapat diminimalkan di masyarakat.
Melansir dari Antara news, imunisasi PCV harus diberikan sesuai dengan jadwal yang direkomendasikan oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), agar anak mendapatkan perlindungan maksimal. Berikut adalah jadwal pemberian vaksin PCV:
Orangtua harus memastikan agar jadwal vaksinasi ini tidak terlewatkan. Namun, jadwal pemberian vaksin bisa disesuaikan dengan kondisi anak, terutama jika anak memiliki masalah kesehatan tertentu, sesuai rekomendasi dokter. Bagaimana jika vaksin PCV terlambat diberikan?
Jika anak terlambat menerima vaksin PCV, imunisasi bisa diberikan sesuai dengan kelompok usia berikut:
Seperti vaksin lainnya, vaksin PCV juga dapat menimbulkan efek samping yang bersifat ringan hingga sedang.
Setelah mendapatkan vaksin, anak mungkin akan mengalami beberapa efek samping, seperti kemerahan dan pembengkakan pada area bekas suntikan, rasa sakit di lokasi suntukan, merasa lebih lelah, kehilangan nafsu makan, demam, serta menjadi lebih rewel dari biasanya. Namun, efek samping ini umumnya bersifat sementara dan akan hilang dalam beberapa hari. (Kemenkes RI/Antara News/WHO/Z-3)
KETUA Satgas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Sukamto Koesnoe menyampaikan pembaruan vaksin pneumonia sangat penting pada orang dewasa.
BEBAN penyakit pneumonia di Indonesia masih tergolong tinggi, khususnya pada kelompok usia dewasa dan lansia, serta individu dengan penyakit penyerta.
Pneumonia bisa menjadi invasif dan berat bagi orang dewasa, terlebih bagi individu yang memiliki penyakit komorbid misalnya HIV atau penyakit jantung pada usia lanjut.
Gejala pneumonia berbeda dengan flu dan pada kasus berat, penyakit bisa menyebar ke organ tubuh lain.
Gejala awal pneumonia pada anak sering disalahartikan sebagai batuk pilek biasa, sehingga tidak jarang kondisi ini disepelekan begitu saja.
SEBANYAK 99 jemaah haji Indonesia dilaporkan terserang pneumonia selama menunaikan ibadah haji di Tanah Suci. Angka ini menjadi perhatian serius Kementerian Kesehatan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved