Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
HARI Raya Kuningan adalah salah satu perayaan keagamaan yang sangat penting bagi umat Hindu di Bali, yang dirayakan setiap 210 hari sekali, tepatnya pada hari Sabtu Kliwon Kuningan menurut penanggalan Bali.
Hari ini merupakan kelanjutan dari perayaan Galungan, yang jatuh 10 hari sebelumnya, dan menandakan berakhirnya rangkaian Galungan.
Pada Hari Raya Kuningan, umat Hindu mempercayai bahwa roh-roh leluhur dan para dewa turun ke bumi untuk memberikan berkah dan perlindungan bagi keluarga yang masih hidup.
Baca juga : Bali Siap Antisipasi Inflasi Jelang Galungan dan Kuningan
Dalam pandangan umat Hindu Bali, Kuningan bukan hanya sekadar ritual penghormatan kepada roh leluhur, melainkan juga sebuah momen untuk mendekatkan diri kepada Tuhan (Sang Hyang Widhi Wasa) serta menjaga keseimbangan antara dunia material dan spiritual.
Secara esensial, Hari Raya Kuningan membawa pesan tentangbkebahagiaan, kesucian, dan perlindungan. Umat Hindu percaya bahwa roh-roh leluhur dan para dewa turun dari surga selama Hari Raya Kuningan untuk memberkati dan mengawasi kehidupan di bumi.
Oleh karena itu, persembahan dan ritual yang dilakukan pada hari ini lebih dikhususkan untuk menghormati kehadiran para leluhur serta memohon perlindungan dan keselamatan.
Baca juga : Hari Raya Waisak Diharapkan Rekatkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Pada Hari Raya Kuningan, umat Hindu Bali melaksanakan sembahyang di pura-pura, tempat suci keluarga (merajan), dan di rumah masing-masing. Sembahyang ini ditujukan untuk memohon restu, kesejahteraan, dan perlindungan dari para leluhur yang diyakini turun ke bumi pada hari tersebut. Sembahyang dilakukan dengan menggunakan canang sari (persembahan bunga) yang disertai dupa, dan biasanya dilakukan pada pagi hari karena diyakini bahwa roh leluhur hanya berada di bumi sampai siang hari.
Salah satu elemen khas dalam perayaan Kuningan adalah penggunaan nasi kuning dalam persembahan. Nasi kuning dianggap sebagai simbol kebahagiaan dan kesucian, serta menjadi representasi keberkahan yang diberikan oleh leluhur. Nasi kuning disajikan bersama lauk-pauk serta persembahan lainnya seperti buah-buahan, bunga, dan janur yang dihias indah.
Persembahan Kuningan juga melibatkan dua ornamen utama, yaitu tamiang dan endongan.
Baca juga : Menag: Nyepi Melatih Bakti dan Peduli
Sama seperti pada perayaan Galungan, masyarakat Bali memasang penjor, yaitu tiang bambu yang dihiasi dengan daun kelapa, buah-buahan, dan hasil bumi lainnya sebagai bentuk persembahan dan penghormatan kepada Sang Hyang Widhi. Penjor melambangkan kemakmuran, keselamatan, dan kehidupan yang sejahtera.
Tradisi lain yang tak terpisahkan dari Hari Raya Kuningan adalah pertunjukan seni seperti wayang kulit dan barong. Wayang kulit menceritakan kisah-kisah mitologis dan moral, yang bertujuan mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada masyarakat. Sementara Barong, yang melambangkan kekuatan baik, tampil dalam bentuk tari-tarian yang penuh dengan makna simbolis tentang perjuangan antara kebaikan dan kejahatan.
Hari Raya Kuningan mengandung nilai filosofi yang dalam tentang keseimbangan hidup. Umat Hindu Bali diajak untuk selalu menjaga hubungan yang baik dengan leluhur dan alam semesta, serta mengingatkan pentingnya menjalani kehidupan dengan kebaikan dan kebajikan. Momen ini juga menjadi ajang refleksi untuk memupuk kedamaian batin dan memelihara hubungan harmonis antara dunia sekuler dan spiritual.
Dalam konteks masyarakat Bali yang sangat kental dengan tradisi dan spiritualitas, Hari Raya Kuningan memiliki peran penting dalam menjaga identitas budaya dan mengingatkan mereka akan asal-usul serta nilai-nilai leluhur yang harus dilestarikan. Melalui perayaan ini, generasi muda juga diajarkan untuk menghargai warisan budaya dan tradisi nenek moyang yang kaya akan makna dan kebijaksanaan.
Sumber :Susanti, Desy. 2008. Makna dan Tata Cara Upacara Kuningan dalam Agama Hindu (Studi Kasus di Pura Agung Tirta Bhuana Bekasi).
Kami mendorong seluruh pemangku kepentingan di sektor transportasi, terutama yang berkaitan dengan angkutan laut, untuk segera mengevaluasi dan memperbaiki sistem yang ada saat ini.
SEBANYAK 29 orang penumpang KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam di Selat Bali ditemukan dalam kondisi selamat. Sementara itu 4 orang ditemukan meninggal dunia.
PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) mengonfirmasi insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya milik operator swasta PT Raputra Jaya pada Rabu (2/7) malam.
Mereka menyelamatkan diri dengan menggunakan sekoci sebelum akhirnya ditemukan di sekitar Pantai Cekik, tak jauh dari Pelabuhan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, Bali.
SEBUAH insiden tragis terjadi di Selat Bali pada Rabu (2/7) malam, ketika kapal motor penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya dilaporkan tenggelam.
Peristiwa tenggelamnya kapal tersebut terjadi di perairan Selat Bali pada Rabu (2/7) malam, diduga akibat cuaca ekstrem.
Remisi khusus (RK) narapidana dan pengurangan masa pidana pada Nyepi dan Idulfitri mampu menekan pengeluaran pemerintah untuk biaya makan warga binaan sampai Rp81 miliar lebih
Di wilayah Cirebon, umat Hindu menggelar upacara Melasti di pantai Kejawanan, Minggu (23/3).
UMAT Hindu di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya akan menggelar rangkaian hari suci Nyepi Tahun Saka 1947 atau bertepatan dengan 29 Maret 2025 Masehi di kawasan Candi Prambanan, Sleman.
MENTERI Pendidikan Dasar dan Menengah (Medikdasmen) Abdul Mu’ti mengatakan pemerintah terus menggencarkan budaya ramah dan rukun khususnya dalam perbedaan beragama.
Atlas, yang berlokasi di jantung pariwisata Canggu Bali itu telah menjadikan simbol Dewa Siwa dalam agama Hindu untuk menarik banyak orang ke klub malam tersebut.
Perjalanan pembangunan kuil ini dimulai pada 14 Februari 2020 dengan upacara peletakan batu pertama dan Puja yang dipimpin pendeta ternama dari India dan Malaysia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved