Headline
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.
DOKTER Spesialis Urologi jebolan Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Andika Afriansyah mengingatkan pria yang telah menginjak usia 45 tahun untuk melakukan pemeriksaan kanker prostat.
"Mestinya, laki-laki itu harus mulai skrining saat usia 45 tahun jika ada riwayat keluarganya kanker prostat. Tapi, kalau dia tidak ada
riwayat kanker prostat di keluarga, bisa mulai cek saat berusia 50 tahun," kata Andika, Selasa (1/10).
Andika mengatakan kanker prostat sangat jarang terjadi pada pria di usia bawah 50 tahun.
Baca juga : Kematian Kanker pada Pria Diperkirakan Meninggkat Hingga Tahun 2050
Sebaliknya, kanker yang menyebabkan reproduksi pria tidak berfungsi secara optimal tersebut umum terjadi pada pria berusia 50 tahun ke atas.
Untuk itu, lanjut Andika, pemeriksaan di usia 45 tahun sangat dianjurkan apa bila memiliki riwayat kanker prostat pada keluarga.
Pemeriksaan kanker prostat saat ini juga cukup mudah, dengan harga yang bervariasi.
Baca juga : 3 Langkah Mencegah Penyakit Kanker Prostat
Tes bernama Prostate Specific Antigen (PSA) kini telah tersedia di berbagai fasilitas kesehatan. Andika menganjurkan untuk melakukan tes tersebut setiap satu hingga dua tahun sekali.
'Kanker prostat stadium lanjut dapat menyebabkan kematian, namun sangat bisa diobati asalkan datang pada stadium awal. Namun yang paling
penting di sini adalah pencegahan, dengan skrining kanker prostat, cek PSA, setiap satu atau dua tahun sekali," ujar Andika.
Banyak pria tidak menyadari gejala awal dari kanker prostat sebab gejalanya yang tidak diiringi rasa sakit, meski salah satu gejalanya seperti keluar darah pada air mani.
Baca juga : Ini Gejala Kanker Prostat yang Harus Anda Waspadai
Selain itu, dokter yang kini berpraktik di RS Columbia Asia Pulomas tersebut menjelaskan, gejala kanker prostat lainnya yakni aliran air seni yang lemah dan terputus-putus.
Deteksi dini memegang peranan penting dalam penanganan kanker prostat, karena dapat meningkatkan peluang kesembuhan dan mengurangi risiko komplikasi yang lebih serius.
Menurut ulasan pada situs resmi Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI), secara global, kanker prostat merupakan jenis kanker yang umum dan menjadi penyebab kematian kelima pada pria.
Semakin tua seseorang, kejadian kanker prostat semakin besar. Selain itu, faktor lain yang dapat meningkatkan seorang laki-laki mengalami kanker prostat adalah obesitas, hipertensi, kurang berolahraga, hormon laki-laki (testosteron) yang meningkat, dan riwayat keluarga yang menderita kanker prostat. (Ant/Z-1)
Terapi proton adalah radioterapi yang menggunakan partikel bermuatan positif (proton) untuk menghancurkan sel kanker dengan lebih tepat.
Kanker prostat adalah jenis kanker yang berkembang pada kelenjar prostat, organ kecil di bawah kandung kemih pria yang menghasilkan cairan semen.
KEBIASAAN sehari-hari ini ternyata dapat mencegah terjadinya kanker prostat pada pria
Mantan Presiden AS Joe Biden menyatakan terima kasih akan dukungan dari seluruh dunia akan diagnosis kanker prostat agresif yang dideritanya.
Mantan Presiden AS Joe Biden baru saja didiagnosis kanker prostat agresif. Kenali lebih lanjut tentang penyakit ini.
Donald Trump mendoakan mantan presiden AS Joe Biden segara pulih dari kanker prostat agresif.
Journal of the American Heart Association mengungkapkan fakta mengejutkan: sindrom "patah hati" atau kardiomiopati takotsubo justru lebih mematikan bagi pria.
Sebuah studi internasional terbaru mengungkapkan alasan ilmiah mengapa pria dan wanita mengalami risiko, gejala, serta hasil kesehatan yang berbeda dalam menghadapi penyakit
Para ilmuwan menemukan penurunan risiko ini mungkin berbeda antara pria dan perempuan. Jadi siapa yang perlu berolahraga lebih banyak?
Sindrom patah hati bukan hanya istilah puitis. Sebuah studi medis terbaru membuktikan bahwa kondisi ini benar-benar bisa menyebabkan kematian—dan pria ternyata jauh lebih rentan.
Pria dalam penelitian ini, 45,4 persen diklasifikasikan sebagai penderita obesitas, dan hampir sepertiga memiliki kondisi pradiabetes 29,2% dan prahipertensi 31,1%.
Sebuah studi dari National Institute of Cardiology di Warsawa menemukan pria yang sudah menikah memiliki risiko 3,2 kali lebih besar mengalami obesitas dibandingkan pria lajang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved