Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
NYERI merupakan keluhan yang paling banyak dialami pasien. Nyeri dapat mengganggu fisiologis dan psikologis, bahkan penurunan kualitas hidup. Hal itu dikatakan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif dari Pain Clinic RS Pondok Indah - Pondok Indah, I Gusti Ngurah Akwila Dwiyundha, dalam pernyataan tertulis kepada Media Indonesia, Selasa (24/9).
"Karenanya, manajemen nyeri yang tepat sangat dibutuhkan oleh pasien, tidak hanya untuk meredakan rasa nyeri tetapi juga untuk meningkatkan kualitas kehidupannya," ujar Akwila.
Nyeri, menurut Akwila, adalah bentuk ketidaknyamanan, baik sensori maupun emosional, yang berhubungan dengan risiko atau adanya kerusakan jaringan tubuh.
Baca juga : Teliti Intervensi Nyeri Penderita Kanker, Yusak Jadi Guru Besar Neurologi UPH
Klasifikasi nyeri berdasarkan lama waktunya dibagi dua: yakni nyeri akut dan nyeri kronis.
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, sedangkan nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama.
Nyeri banyak dialami oleh pengidap kanker.
Baca juga : 9 Manfaat Buah Bit bagi Kesehatan, Dapat Mencegah Kanker
"Lebih dari 50% pengidap kanker stadium awal hingga stadium menengah mengalami nyeri selama perjalanan penyakit kanker mereka. Sedangkan 90% pengidap kanker mengalami nyeri selama perjalanan penyakitnya," papar Akwila.
Nyeri pada pengidap kanker dapat berasal dari:
Sel kanker
Baca juga : 9 Manfaat Tomat bagi Kesehatan, Bisa Mengurangi Risiko Terkena Kanker
Sel-sel abnormal tumbuh dan merusak jaringan di sekitarnya. Sel ganas yang terus membesar juga dapat menyebabkan tekanan pada saraf, tulang, atau organ sehingga menimbulkan rasa nyeri. Kanker yang sudah menyebar ke organ lain seperti tulang, juga dapat menimbulkan rasa nyeri luar biasa
Efek samping pengobatan
Nyeri dapat muncul akibat efek samping pengobatan kanker seperti kemoterapi, radiasi, pembedahan, dan konsumsi obat-obatan. Meski dapat membunuh sel kanker, terapi kanker juga dapat menimbulkan efek samping berupa munculnya nyeri kanker. Kondisi ini terjadi karena adanya gangguan pada saraf di sekitar lokasi tumbuhnya sel kanker
Baca juga : Ragam Manfaat Donor Darah Bagi Tubuh
Kondisi medis lainnya yang tidak terkait langsung dengan kanker
"Nyeri yang dirasakan pengidap kanker berbeda-beda, tergantung pada berbagai faktor seperti lokasi kanker dan penyebab kankernya," kata Akwila.
Selain itu, pada pengidap kanker, lokasi nyeri bisa jadi berbeda dengan sumber nyerinya. Misalnya, pada kasus kanker payudara yang menyebar ke tulang. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri tulang meskipun sel keganasan aslinya berada di payudara.
"Tingkat keparahan nyeri yang dialami pun dapat berbeda antara satu orang dengan yang lainnya, ada yang merasakan nyeri ringan, sedang, maupun nyeri yang sangat hebat," ungkap Akwila.
Jika nyeri akibat kanker sangat parah, penderitanya dapat mengalami kecemasan maupun depresi. Oleh karena itu, manajemen nyeri kanker yang tepat sangat dibutuhkan. Memahami dan mengidentifikasi sumber nyeri yang tepat, penting dalam perawatan dan manajemen nyeri.
Meski banyak metode yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri kanker, dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif akan memberikan penanganan sesuai dengan kondisi pasien. Terkadang dokter bisa saja melakukan manajemen nyeri kanker dengan menggabungkan beberapa metode sekaligus.
"Manajemen nyeri adalah sekumpulan prosedur medis yang dilakukan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri pada pasien, meningkatkan fungsi bagian tubuh yang nyeri, dan meningkatkan kualitas hidup pasien," jelas Akwila.
Manajemen nyeri akan diberikan ketika pasien sudah merasakan nyeri yang signifikan atau berkepanjangan. Pendekatan komprehensif dan diagnostik yang akurat diperlukan untuk mengidentifikasi dan menangani sumber nyeri dengan efektif. Harapannya, pasien mendapatkan perawatan yang sesuai dan dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
Manajemen nyeri dapat dilakukan dengan dua metode:
Salah satu prinsip manajemen nyeri yang digunakan untuk meredakan keluhan pengidap kanker adalah step ladder WHO.
"Secara garis besar, prinsip manajemen nyeri ini adalah mengatasi keluhan secara bertahap," ujar Akwila.
Rute pemberian obatnya dimulai dengan cara diminum. Apabila tidak memungkinkan, barulah obat antinyeri diberikan melalui rute lain, baik melalui lubang anus maupun pembuluh darah.
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai manajemen nyeri kanker berdasarkan prinsip step ladder yang dikeluarkan oleh WHO:
Tahap 1
Diberikan untuk mengatasi nyeri ringan dengan pemberian obat analgesik dari kelompok non-opioid, contohnya adalah obat OAINS (obat antiinflamasi non-steroid), aspirin, dan parasetamol. Tahap ini juga dapat dibarengi dengan pemberian obat adjuvant (terapi/obat tambahan)
Tahap 2
Jika nyeri masih menetap atau memburuk, dan dapat dikategorikan sebagai nyeri sedang. Dokter akan memberikan pereda nyeri yang berasal dari kelompok opioid lemah, seperti codein atau tramadol, dengan atau tanpa pemberian parasetamol dan obat adjuvant
Tahap 3
Merupakan tahapan manajemen nyeri untuk nyeri sedang hingga berat. Dokter akan memberikan obat antinyeri dari kelompok opioid, seperti morphine, fentanyl, maupun oxycodone.
Pada tahap ini, pengobatan juga dapat dilakukan bersama dengan pemberian obat dari kelompok non-opioid dengan atau tanpa pemberian terapi adjuvant.
Pada dasarnya, terapi adjuvant dapat diberikan pada ketiga tahapan manajemen nyeri tersebut.
Hal ini dilakukan untuk meredakan efek samping dari obat analgetik, meningkatkan efektivitas obat antinyeri, maupun penanganan keluhan psikologis yang terjadi bersamaan dengan timbulnya nyeri kanker
Tahap 4
Tahapan keempat ini mencakup sejumlah prosedur non-farmakologis untuk menangani nyeri yang persisten, bahkan dalam kombinasi dengan opioid kuat atau obat-obatan lain. Langkah ini mencakup prosedur Interventional Pain Management dan minimal invasive seperti:
Selanjutnya, obat atau zat tersebut akan memblok saraf secara tepat sasaran, menggunakan alat pemandu seperti ultrasonografi (USG) dan alat penunjang lainnya.
Langkah ini efektif dalam menangani sejumlah kasus nyeri karena memiliki berbagai keunggulan, antara lain tindakan bersifat minimal invasive, menggunakan anestesi lokal sehingga risiko lebih kecil, obat dapat ditargetkan langsung dengan panduan ultrasonografi (USG), membantu pasien dalam mengurangi dan menghentikan konsumsi obat nyeri, serta recovery atau pemulihan lebih cepat.
Penanganan nyeri merupakan hal yang kompleks, personal, dan berbeda bagi setiap pasien tergantung kondisi kesehatan yang dimiliki. Nyeri yang ditangani secara baik, terutama nyeri kronis, mampu meningkatkan kualitas hidup pasien terutama pada pengidap kanker.
"Kasus nyeri penting ditangani segera agar proses kesembuhan penyakit berjalan lebih optimal. Karenanya, konsultasikan keluhan nyeri akibat kanker Anda dengan dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif kami untuk memperoleh diagnosis dan penanganan medis yang tepat. Mari tingkatkan kualitas hidup dengan penanganan nyeri yang tepat," pungkas Awkila. (Z-1)
Beberapa penyakit kuno seperti Rabies, Trakoma, Kusta, TBC, dan Malaria masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia.
Menggunakan talenan yang sama untuk sayur dan daging bisa menyebabkan kontaminasi silang berbahaya seperti Salmonella. Simak tips mencegahnya berikut.
Kebiasaan merokok biasanya diawali hanya dengan satu batang rokok tapi akan ada banyak resiko yang mengikuti setelahnya.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan pentingnya untuk mengukur tekanan darah secara rutin.
Jambu biji mengandung sejumlah nutrisi yang bisa mengatasi atau membantu permasalahan kesehatan.
Adapun ruang lingkup kerja sama yang dilakukan yaitu pengembangan sistem klaim digital dan pengembangan sistem pembayaran kepada seluruh fasilitas kesehatan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved