Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Unik Banget! Inilah 10 Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Berbagai Daerah Indonesia

Eve Candela F
15/9/2024 12:56
Unik Banget! Inilah 10 Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Berbagai Daerah Indonesia
Tradisi Maulid Nabi di berbagai daerah di Indonesia(Ilustrasi)

INDONESIA, sebagai negara dengan mayoritas Muslim, merayakan berbagai perayaan agama. Salah satu perayaan yang sangat penting dalam kalender Islam adalah Maulid Nabi, yaitu peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Umat Islam di Indonesia memiliki berbagai tradisi dalam merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Maulid adalah hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang diperingati pada 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah.

Tahun ini, Maulid Nabi jatuh pada 16 September 2024, dan di Indonesia, perayaan ini merupakan hari libur nasional.

Baca juga : Apa Itu Perayaan Maulid Nabi? Begini Sejarahnya

Berikut adalah 10 tradisi yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

1. Walima, Gorontalo

Walima Gorontalo

Walima adalah tradisi perayaan Maulid Nabi yang telah berlangsung turun-temurun sejak munculnya kerajaan-kerajaan Islam di Gorontalo, diperkirakan sejak masyarakat mulai mengenal ajaran Islam pada sekitar abad ke-17.

Baca juga : Perbedaan Perayaan Maulid Nabi Muhammad di Indonesia dan 6 Negara Lain

Tradisi Walima dimulai dengan lantunan dikili atau zikir di masjid. Semua masjid di Gorontalo dipenuhi oleh zikir yang dinyanyikan bersama oleh para warga.

Sementara itu, di rumah-rumah, setiap keluarga biasanya menyiapkan berbagai makanan dan kudapan tradisional khas Gorontalo. Makanan-makanan ini termasuk kolombengi, curuti, buludeli, wapili, dan pisangi, yang disusun di Tolangga, sebuah usungan kayu yang berbentuk seperti perahu atau menara, kemudian dibawa dari rumah menuju masjid.

2. Ampyang, Kudus

Ampyang Kudus

Baca juga : 5 Makna dan Tujuan Peringatan Maulid Nabi Muhammad bagi Umat Islam

Tradisi ini dirayakan oleh warga Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Menurut situs resmi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, tradisi ini diperkirakan sudah ada sejak akhir abad ke-15 pada masa Tjie Wie Gwan, seorang pendakwah Islam keturunan Tiongkok yang turut berperan dalam pembangunan Masjid At Taqwa Loram Kulon. 

Tradisi Ampyang ini sempat terhenti sekitar tahun 1960-an, namun dilanjutkan lagi pada tahun 1995 dan masih berlangsung hingga kini.

Ampyang merujuk pada sejenis kerupuk yang terbuat dari tepung, berbentuk bulat dengan berbagai warna. Warga setempat menyiapkan gunungan makanan yang dihias dengan ampyang, kemudian membagikannya kepada warga. Makanan yang umum ditemukan adalah nasi kepal yang dibungkus daun jati.

Baca juga : Ini Perbedaan Maulid dan Maulud menurut Ustadz Adi Hidayat

3. Grebeg Maulud, Yogyakarta

Grebeg Maulud Yogyakarta

Tradisi Grebeg Maulud dirayakan di Yogyakarta dengan prosesi arak-arakan yang membawa makanan dan hasil bumi yang dibentuk seperti gunung. Arak-arakan gunungan ini dimulai dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju alun-alun utara dan berakhir di Masjid Agung Kauman. Gunungan hasil bumi tersebut kemudian akan diperebutkan oleh masyarakat.

Tradisi ini dimulai pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I dan kemudian diwarnai dengan serangkaian acara seperti sekaten atau pasar malam. Seperti halnya tradisi Maulid Nabi lainnya, Grebeg Maulud dilaksanakan sebagai bentuk syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Selain di Keraton Ngayogyakarta, Grebeg Maulud juga diadakan di Keraton Surakarta, Jawa Tengah.

4. Molodhen, Madura

Muluden

Orang Madura memiliki berbagai cara untuk menunjukkan kecintaan mereka kepada Nabi Muhammad SAW, salah satunya adalah melalui tradisi molodhen atau maulidan. Maulidan dapat diadakan secara individu atau berjamaah. 

Maulidan individu biasanya dilakukan oleh mereka yang memiliki kelebihan materi, sementara maulidan berjamaah dilaksanakan khusus pada hari kelahiran Nabi Muhammad, yaitu 12 Rabiul Awal.

Bulan Maulid sering disebut juga sebagai 'lebarannya anak-anak'. Saat ada undangan maulid, anak-anak akan duduk di barisan depan dan mengelilingi tumpeng buah. Setelah doa selesai dibacakan oleh kiai, mereka akan saling berebut buah hingga terkadang terdesak satu sama lain.

5. Bungo Lado, Padang Pariaman

Bungo Lado

Kabupaten Padang Pariaman di Sumatera Barat memiliki tradisi khas bernama Bungo Lado untuk merayakan Maulid Nabi. Menurut Journal of Education, Cultural and Politics, tradisi bungo lado merupakan warisan budaya masyarakat Padang Pariaman yang mengandung nilai-nilai ajaran Islam.

Tradisi ini bertujuan untuk menggambarkan kebahagiaan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW dan sebagai sarana untuk berlomba dalam kebaikan, seperti mengumpulkan dana untuk pembangunan masjid. Biasanya, tradisi ini dilaksanakan di masjid-masjid tua atau masjid yang telah lama berdiri dan menjadi pusat perayaan bungo lado.

Dalam bahasa Minangkabau, "bungo" berarti bunga dan "lado" berarti lada atau cabai, sehingga "bungo lado" secara harfiah berarti "bunga cabai." Namun, secara konotatif, bungo lado merujuk pada "pohon uang."

Perayaan Maulid Nabi ini dilakukan dengan membuat pohon hias yang dihiasi dengan uang kertas berbagai nominal. Uang tersebut kemudian dirajut atau dipasang pada ranting pohon seperti layaknya daun.

6. Muludan, Banten

Muludan, Banten

Muludan adalah tradisi perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang berasal dari Banten. Perayaan ini merupakan salah satu acara budaya yang sangat dinantikan oleh masyarakat Banten.

Pada tahun 2023, warga Banten kembali dapat menikmati tradisi khas ini yang dikenal sebagai "Panjang Muludan" atau "Ngeropok." Tradisi ini melibatkan serangkaian acara yang berbeda di setiap daerah. Biasanya dimulai dengan ceramah di masjid, diikuti oleh arak-arakan panjang, yaitu gunungan makanan yang disajikan dalam bentuk yang unik, seperti hewan, kapal, masjid, dan sebagainya.

7. Endog-endogan, Banyuwangi

Endog-endogan

Di Banyuwangi, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dirayakan dengan tradisi Endog-endogan, yang menggunakan telur sebagai simbol kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Tradisi ini berlangsung selama sebulan penuh secara bertahap dan tidak terbatas pada tanggal 12 Rabiul Awal saja.

8. Grebeg Maulid, Solo

Grebeg Maulid

Sementara itu, di Solo, Jawa Tengah, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dilakukan dengan tradisi Grebeg Maulid. Dalam tradisi ini, warga berkerumun untuk memperebutkan gunungan yang berisi hasil bumi.

Ada dua jenis gunungan yang diperebutkan, yaitu gunungan jaler untuk laki-laki yang berisi berbagai hasil bumi seperti kacang pajang, wortel, terong cabai, telur asin, dan klenyem, serta gunungan estri untuk perempuan, yang berisi intip atau makanan dari nasi.

Gunungan-gunungan ini memiliki makna religius dan dibagikan kepada masyarakat untuk memperoleh berkah.

9. Nyiram Gong, Cirebon

Nyiram Gong

Di Cirebon, tradisi Nyiram Gong adalah cara khas untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Ritual ini melibatkan pembersihan gamelan sekaten dan warga yang saling berebut air bekas cucian gamelan tersebut.

Tradisi ini dianggap sebagai upaya untuk membersihkan diri dan menyambut Maulid Nabi.

10. Ngalungsur Pusaka, Garut

Ngalungsur Pusaka

Di Kabupaten Garut, Jawa Barat, tradisi Ngalungsur Pusaka adalah upacara ritual di mana barang-barang pusaka peninggalan Sunan Rohmat (Sunan Godog/Kian Santang) dibersihkan dengan air bunga dan digosok dengan minyak wangi untuk mencegah karat.

Tradisi ini menunjukkan pelestarian dan penghormatan terhadap peninggalan Sunan Rohmat Suci.

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya