Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PERNAHKAH Anda bertanya-tanya mengenai asal-usul perayaan Maulid Nabi? Perayaan yang memiliki makna mendalam bagi umat Islam ini ternyata memiliki sejarah yang panjang dan beragam.
Artikel ini akan membawa Anda menelusuri perjalanan sejarah perayaan Maulid Nabi, dari awal mula hingga perkembangan terkini.
Dengan memahami sejarahnya, kita dapat lebih menghargai makna di balik perayaan ini serta nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.
Baca juga : Perbedaan Perayaan Maulid Nabi Muhammad di Indonesia dan 6 Negara Lain
Maulid Nabi, atau dalam bahasa Arab: مولد النبي (Mawlid an-Nabī), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang jatuh setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriyah.
Peringatan ini dirayakan oleh mayoritas umat Muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Kata "maulid" atau "milad" dalam bahasa Arab berarti hari lahir.
Baca juga : 5 Makna dan Tujuan Peringatan Maulid Nabi Muhammad bagi Umat Islam
Peringatan Maulid Nabi sudah ada sejak lama, bahkan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, dan telah berkembang menjadi tradisi dalam masyarakat Islam.
Perayaan Maulid Nabi merupakan bentuk penghormatan dan pengingat atas kebesaran serta keteladanan Nabi Muhammad.
Kegiatan ini dilakukan melalui berbagai aktivitas keagamaan, ritual, dan budaya.
Baca juga : Biodata Nabi Muhammad SAW, Perjalanan Kehidupan, Keluarga, Sifat Fisik
Meskipun demikian, hingga kini terdapat beberapa kontroversi mengenai perayaan Maulid Nabi. Beberapa ulama menganggapnya sebagai bid’ah, sementara yang lain menganggapnya sebagai amalan yang baik.
Peringatan Maulid Nabi pertama kali dilakukan pada awal abad ke-7 Hijriyah oleh Raja Irbil, Muzhaffaruddin Al-Kaukabri.
Menurut buku 'Sejarah Maulid Nabi' karya Ahmad Sauri, sebagaimana dilansir dari situs NU, masyarakat Muslim bangsa Arab telah merayakan Maulid Nabi sejak tahun kedua Hijriyah.
Baca juga : 12 Peristiwa sebelum Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Catatan ini merujuk pada Nuruddin Ali dalam kitabnya Wafa'ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa.
Catatan tersebut menyebutkan bahwa Khaizuran, ibu dari Amirul Mukminin Musa al-Hadi dan al-Rasyid, mengadakan perayaan Maulid Nabi di Madinah dan Makkah pada abad ke-8 Masehi.
Khaizuran memerintahkan penduduk Madinah untuk merayakan Maulid di masjid, sementara penduduk Makkah merayakannya di rumah-rumah mereka.
Khaizuran, yang berpengaruh selama masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, berupaya agar teladan Nabi Muhammad SAW dapat terus menginspirasi umat Islam.
Ibnu Katsir dalam kitab Tarikh menjelaskan bahwa Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan Maulid Nabi dengan meriah pada bulan Rabi’ul Awal, melibatkan ulama dari berbagai disiplin ilmu dan menyediakan hidangan besar.
Perayaan ini disetujui oleh para ulama pada masa itu dan dianggap sebagai sesuatu yang baik.
Setelah zaman Sultan Muzhaffar, para ulama seperti Al-Hafizh Al-Suyuthi juga menulis karya tentang Maulid, menunjukkan penerimaan dan penghargaan terhadap perayaan ini.
Ada pendapat lain yang menyebut Sultan Salahuddin Al-Ayyubi sebagai pelopor perayaan Maulid Nabi. Sultan Salahuddin mengadakan perayaan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat Islam pada masa Perang Salib.
Meskipun mendapat persetujuan Khalifah An-Nashir di Baghdad, beberapa ulama menolak perayaan tersebut karena tidak dilakukan pada masa Nabi.
Namun, Salahuddin menekankan bahwa perayaan Maulid tidak bersifat ritual, melainkan sebagai bentuk semangat dakwah.
Di Indonesia, perayaan Maulid Nabi juga dilakukan oleh banyak Muslim dengan berbagai cara.
Di Jawa, Maulid Nabi dirayakan dengan membaca manakib Nabi dari kitab seperti Barzanji dan Burdah, diikuti dengan makan bersama yang diadakan secara gotong royong.
Di keraton Jawa, perayaan ini dikenal sebagai Grebeg Mulud. Sementara di Sulawesi Selatan, Maulid Nabi dirayakan dengan istilah Maudu Lompoa atau Maulid Akbar, yang ditandai dengan arak-arakan replika perahu Pinisi yang dihias.
Meskipun terdapat perdebatan di kalangan ulama tentang perayaan Maulid Nabi, banyak umat Islam yang melihatnya sebagai momen spiritual dan edukatif.
Perayaan ini menjadi kesempatan untuk mempelajari lebih dalam tentang kehidupan dan ajaran Nabi Muhammad SAW. (Z-10)
MAULID Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam ternyata sejak dulu dirayakan oleh penduduk kota suci Mekah dan Madinah. Bahkan tradisi itu berjalan hingga ratusan tahun.
Maulid Nabi Muhammad adalah salah satu perayaan besar di kalangan umat Islam. Perayaan yang bertujuan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dilakukan setiap tahun.
Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas Muslim, merayakan berbagai perayaan agama. Salah satu perayaan yang sangat penting dalam kalender Islam adalah Maulid Nabi
Sebentar lagi umat muslim akan memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Maulid Nabi diperingati setiap 12 Rabiul Awal.
PEMERINTAH telah menetapkan 16 September 2024 sebagai hari libur nasional, dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 H. Taman Margasatwa Ragunan buka
BAKAL calon wakil gubernur DKI Jakarta Rano Karno atau yang akrab disapa Bang Doel bakal memperingati Hari Maulid Nabi Muhammad SAW sembari melayat ke makam Dai Sejuta Umat, Zainuddin MZ.
Kehadiran Bang Doel tersebut sekaligus berziarah ke makam 'Dai Sejuta Umat' yakni KH Zainuddin MZ, di kawasan Masjid Jami' Fajrul Islam.
Usai peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, masyarakat menghadapi libur panjang.
Pengamat kebijakan publik Trubus Rahadiansyah menyarankan Pemprov DKI Jakarta untuk menggencarkan tes PCR di tingkat RT/RW.
Untuk distribusi lalu lintas menuju Jakarta dari ketiga arah yaitu mayoritas sebanyak 53,2% dari arah timur, 25,4% dari arah barat, dan 21,4% dari arah selatan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved